Sukses

Doa Tak Kunjung Dikabulkan? Ini 3 Kesalahan yang Harus Dihindari

Menyadari dan memperbaiki kesalahan dalam berdoa adalah ikhtiar yang penting dilakukan agar Allah memperkenankan doa kita. Berikut beberapa kesalahan yang dapat menjadi penghalang terkabulnya doa.

Liputan6.com, Jakarta - Sejatinya seorang muslim hendaknya senantiasa berdoa kepada Alalh agar diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalani segala urusan. Berdoa dapat dilakukan kapan pun baik dalam keadaan sempit maupun lapang.

Doa sebagai wujud penghambaan diri kepada Allah. Berdoa merupakan ibadah paling mulia di sisi-Nya. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

"Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia di sisi Allah ta’ala dari pada doa". (Imam Ahmad, Imam Al-Bukhari, Imam At-Tirmidzi, Imam An-Nasa’i dari sahabat Abu Hurairah RA dengan sanad-sanad yang shahih)

Barangkali kita pernah doa terus-menerus tanpa henti namun tak kunjung dikabulkan. Mungkin kita juga sering menganggap jika doa itu tertunda atau digantikan dengan hal baik lainnya.

Kendati demikian, perlu disadari beberapa kesalahan dalam berdoa dapat menjadi salah satu penyebab doa tidak dikabulkan. Berikut adalah beberapa kesalahan yang sering terjadi saat berdoa, dikutip dari muslimah.or.id.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

2 dari 4 halaman

1. Menyepelekan Kekhusyukan dan Perendahan Diri di Hadapan Allah

Allah ta’ala berfirman, “Berdoalah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.” (QS. Al-A’raf: 55)

“Sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) segala kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90 )

Seseorang yang berdoa seharusnya bersikap khusyuk, merendahkan diri di hadapan Allah, tawadhu’, dan menghadirkan hatinya. Kesemua ini merupakan adab-adab dalam berdoa. Seseorang yang berdoa juga selayaknya memendam keinginan mendalam agar permohonannya dikabulkan, dan dia hendaknya tak henti-henti meminta kepada Allah.

Seyogianya, dia selalu ingin menyempurnakan doanya dan memperbagus kalimat doanya, agar doa tersebut terangkat menuju Al-Bari (Dzat yang Maha Mengadakan segala sesuatu), dan itu dilakukannya hingga Allah mengabulkan doa itu.

Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadis, yang sanadnya dinilai hasan oleh Al-Mundziri, dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika kalian berdoa kepada Allah maka berdoalah kepada-Nya dengan penuh keyakinan bahwa doa tersebut akan dikabulkan. Sesungguhnya, Allah tidaklah mengabulkan doa seorang hamba, yang dipanjatkan dari hati yang lalai.”

3 dari 4 halaman

2. Putus Asa

Putus asa, merasa doanya tidak akan terkabul, serta tergesa-gesa ingin doanya segera terwujud. Sikap-sikap semacam ini merupakan penghalang terkabulnya doa.

Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

“Doa yang dipanjatkan seseorang di antara kalian akan dikabulkan selama dia tidak tergesa-gesa. Dirinya berkata, ‘Aku telah berdoa namun tidak juga terkabul.’”

Telah diketengahkan, bahwa seseorang yang berdoa sepatutnya yakin bahwa doanya akan dikabulkan, karena dia telah memohon kepada Dzat yang Paling Dermawan dan Paling Mudah Memberi. 

”Dan Rabbmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS. Al-Mu’min: 60). 

Barang siapa yang belum dikabulkan doanya, jangan sampai lalai dari dua hal:

  • Mungkin ada penghalang yang menghambat terkabulnya doa tersebut, seperti: memutus hubungan kekerabatan, bersikap lalim dalam berdoa, atau mengonsumsi makanan yang haram. Secara umum, seluruh perkara ini menjadi penghalang terkabulnya doa.
  • Boleh jadi, pengabulan doanya ditangguhkan, atau dia dipalingkan dari keburukan yang semisal dengan isi doanya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu,

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa yang tidak mengandung dosa dan tidak pula pemutusan hubungan kekerabatan, melainkan Allah akan memberinya salah satu di antara tiga hal: doanya segera dikabulkan, akan disimpan baginya di akhirat, atau dirinya akan dijauhkan dari keburukan yang senilai dengan permohonan yang dipintanya.”

Para shahabat berkata, “Kalau begitu, kami akan banyak berdoa.” Rasulullah menanggapi, “Allah lebih banyak (untuk mengabulkan doa kalian).” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dengan sanad jayyid; hadis ini berderajat sahih dengan adanya beberapa hadits penguat dari jalur ‘Ubadah bin Shamit yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim, serta dari jalur Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya.)

4 dari 4 halaman

3. Bersikap Lalim dalam Berdoa

Bersikap lalim dalam berdoa misalnya, doa yang isinya perbuatan dosa atau pemutusan hubungan kekerabatan. Sungguh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

“Akan muncul sekelompok orang yang lalim dalam berdoa.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan yang lainnya; hadis hasan sahih)

Allah ta’ala berfirman, “Berdoalah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.” (QS. Al-A’raf: 55)

Contoh sikap lalim adalah berdoa agar bisa melakukan dosa, agar bencana ditimpakan, atau supaya hubungan kekerabatan terputus. Sebagaimana hadis riwayat At-Tirmidzi dan selainnya dari Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

“Di muka bumi ini, tidak ada seorang muslim pun yang memanjatkan doa kepada Allah melainkan Allah pasti akan memberi hal yang dipintanya atau Allah akan memalingkannya dari keburukan yang senilai dengan isi doanya, sepanjang dia tidak memohon doa yang mengandung dosa atau pemutusan hubungan kekerabatan.” (HR. Turmudzi dan Ahmad; dinilai sebagai hadis hasan-shahih oleh Al-Albani).

Bersabarlah dalam menanti terkabulnya doa, perbanyak amalan saleh yang bisa menjadi sebab terwujudnya doa, dan jauhi segala kesalahan yang bisa menyebabkan doa tidak kunjung terkabul. Marilah kita memohon agar Allah tidak menolak doa kita. 

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah puas, juga dari doa yang tidak terkabul.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i; hadis sahih)