Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kisah karomah yang luar biasa dari KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sosok Presiden ke-4 RI kembali terungkap. Dalam sebuah acara di Sumenep, Kiai Anang Faisal, yang saat itu mendampingi Gus Dur, mengisahkan pengalaman unik yang terjadi setelah acara selesai.
Setelah acara berakhir, Kiai Anang berjalan di samping Gus Dur menuju mobil. Di tengah kerumunan Banser yang mengawal dan orang-orang yang ingin bersalaman, Gus Dur tiba-tiba berkata, "Tolong beri jalan, ada seorang wanita yang ingin bersalaman dengan saya."
Kiai Anang yang terkejut segera meminta para Banser memberi jalan. Tak lama kemudian, muncul seorang wanita paruh baya berpakaian hitam ala Jawa dan mengenakan konde. Wanita itu berjalan perlahan menuju Gus Dur.
Advertisement
Kiai Anang segera memberi ruang agar wanita tersebut bisa mendekat. Ketika wanita itu sampai, Gus Dur dengan hormat menunduk untuk bersalaman. Setelah salaman, wanita itu secara misterius menghilang di tengah kerumunan yang masih ramai.
Saat berada di dalam mobil, Gus Dur menceritakan kejadian tersebut kepada Kiai Anang. "Gus Anang, kamu tahu siapa wanita tadi? Itu adalah ibunya Joko Tingkir. Saya belum sempat sowan kepada beliau, jadi beliau datang menemui saya di sini," kata Gus Dur, dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Fakta_Bray.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Sekilas Joko Tingkir
Nama Joko Tingkir, atau yang lahir dengan nama Mas Karebet, tentu sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Ia dikenang sebagai Raja Pajang pertama dan seorang ulama besar. Joko Tingkir dilahirkan pada 18 Jumadilakhir tahun Dal mangsa VIII. Sang ibu, Nyai Ageng Pengging, merupakan sosok yang sangat dihormati.
Joko Tingkir tumbuh menjadi sosok pemuda yang tangguh dan dikenal akan kedalaman ilmunya. Ia gemar bertapa, berlatih bela diri, serta kesaktian. Joko Tingkir belajar banyak ilmu dari berbagai guru, termasuk Sunan Kalijaga, Ki Ageng Sela, dan Ki Ageng Banyubiru.
Babad Tanah Jawi mengisahkan perjalanan hidup Joko Tingkir yang menarik. Suatu ketika, Joko Tingkir berniat untuk mengabdi kepada Kerajaan Demak. Untuk mencapai Demak, ia harus menempuh perjalanan melalui sungai, naik getek atau rakit bambu.
Perjalanan tersebut tidaklah mudah. Dalam perjalanannya, Joko Tingkir diserang oleh sekawanan buaya yang berusaha menggagalkan misinya. Namun, dengan kekuatan dan keberanian luar biasa, Joko Tingkir mampu mengalahkan buaya-buaya tersebut.
Menariknya, setelah mengalahkan buaya-buaya tersebut, Joko Tingkir justru mendapat bantuan tak terduga. Sekawanan buaya itu malah mengawal Joko Tingkir sampai ke Demak, seolah menunjukkan tanda kehormatan kepada dirinya.
Cerita-cerita tentang kehebatan dan kebesaran Joko Tingkir memang sudah menjadi bagian dari legenda sejarah. Ia tidak hanya dihormati karena kedudukannya sebagai raja, tetapi juga sebagai seorang ulama yang bijaksana dan menjadi teladan bagi banyak orang.
Â
Â
Advertisement
Kisah Gus Dur Mau Diberi Umur 90 Tahun
Selain kisah karomah Gus Dur diatas, ada cerita lain yang tak kalah menarik. Kiai Abdul Moksid Ghazali mengisahkan pengalaman spiritual yang dialami Gus Dur.
Menurut Kiai Moksid, Gus Dur pernah ditawari umur panjang oleh malaikat. Dalam sebuah percakapan, malaikat menawarkan umur 90 tahun kepada Gus Dur. Namun Gus Dur dengan bijaksana menjawab, "Untuk apa umur panjang-panjang? Yang sedang saja, 69 tahun."
Ucapan Gus Dur ini ternyata terbukti benar. Gus Dur wafat pada usia 69 tahun, sesuai dengan yang ia katakan sebelumnya. Hal ini menjadi sebuah tanda kebesaran dan keistimewaan yang dimiliki Gus Dur.
Kisah Gus Dur, Joko Tingkir, dan para tokoh besar lainnya mengajarkan kita tentang keberanian, keikhlasan, serta kebijaksanaan. Mereka adalah teladan yang menunjukkan bahwa kemuliaan bukan hanya datang dari kedudukan atau usia, tetapi juga dari akhlak dan cara kita hidup.
Kisah karomah Gus Dur yang menyentuh hati banyak orang ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hubungan dengan sesama, baik dengan sesama manusia maupun dengan Allah. Keberkahan hidup sering datang dari sikap yang penuh kesederhanaan dan kedekatan dengan Tuhan.
Joko Tingkir, sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia, menunjukkan bahwa perjalanan hidup yang penuh rintangan dan cobaan bisa mengantarkan seseorang menuju kebesaran. Begitu juga dengan Gus Dur, yang dengan segala kesederhanaan dan kebijaksanaannya, meninggalkan jejak yang tak akan terlupakan.
Kehidupan kedua tokoh ini menginspirasi kita untuk tidak hanya mengejar dunia, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai spiritual yang dapat membawa kedamaian. Karomah-karomah yang dimiliki mereka menunjukkan bahwa jalan kebaikan sering kali tidak terduga, dan bisa datang dalam bentuk yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Sebagai umat yang beriman, kita diajarkan untuk terus mengasah kualitas diri dengan keikhlasan, ketulusan, serta kasih sayang. Seperti yang ditunjukkan oleh Gus Dur dan Joko Tingkir, kebesaran hati adalah hal yang tak ternilai.
Dengan mengingat kisah-kisah karomah ini, semoga kita semua bisa merenungkan arti sejati dari hidup yang penuh makna. Keberanian untuk berbuat baik, serta kesadaran akan kekuatan spiritual, akan membawa kita pada kehidupan yang lebih bermakna dan penuh berkah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul