Sukses

Allah Punya Cara Unik agar Manusia Tak Sombong, Simak Penjelasan Gus Baha

Gus Baha juga menyinggung fenomena pejabat tinggi yang merasa bangga bisa masuk ke dalam Ka'bah. Namun, di sisi lain, seorang tukang sapu yang bekerja di Masjidil Haram justru masuk ke dalam Ka'bah setiap hari untuk membersihkannya.

Liputan6.com, Jakarta - Sifat sombong adalah salah satu sikap yang sangat dibenci dalam Islam. Dalam berbagai kesempatan, ulama-ulama sering mengingatkan umat agar senantiasa menjaga kerendahan hati. Salah satu ulama yang memberikan pandangan unik terkait sifat sombong adalah KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau lebih dikenal sebagai Gus Baha.

Gus Baha menjelaskan bahwa Allah SWT memiliki cara unik agar manusia tidak menjadi sombong. Cara ini tercermin dalam berbagai fenomena di kehidupan sehari-hari yang menunjukkan betapa Allah Maha Adil dalam menyeimbangkan kelebihan dan kekurangan manusia.

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @gusbaha-n8f, Gus Baha mengatakan bahwa Allah SWT sengaja menciptakan pesaing-pesaing yang menjadi kebalikan dari orang-orang yang merasa unggul di suatu bidang. Hal ini dilakukan agar manusia tidak merasa paling hebat atau sombong atas kelebihannya.

"Allah itu punya adat, rungokno tenan (dengarkan benar-benar ini). Jika ilmu hanya ditemukan orang pintar, mesti Allah gawe pesaing, soko wong goblok," ujar Gus Baha dengan gaya khasnya.

Ia mencontohkan, sering kali orang yang memiliki gelar tinggi seperti profesor doktor di bidang ekonomi merasa bangga dengan ilmunya. Namun, di sisi lain, ada orang yang tidak lulus sekolah dasar (SD) tetapi justru menjadi kaya raya, bahkan melampaui seorang profesor.

"Misalnya, ono wong ahli pakar ekonomi Profesor Doktor, mesti ono wong ra lulus SD sugeh (kaya) ngalah-ngalahi Profesor. Iki wis adate Pangeran (ini sudah kebiasaan Allah)," lanjutnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Perdana Menteri Bangga Masuk Ka'bah, Padahal Tukang Sapu Juga Masuk Tiap Hari

Gus Baha juga memberikan contoh lain, seperti orang yang alim dalam ilmu agama. Ada ulama yang mampu membaca kitab-kitab sulit seperti Mu’in atau Wahab, tetapi hanya mampu pergi haji satu kali. Sebaliknya, ada orang yang tidak bisa mengaji tetapi bisa berhaji tiap tahun karena profesinya sebagai makelar haji.

Hal ini, menurut Gus Baha, adalah salah satu cara Allah menunjukkan bahwa semua manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan begitu, tidak ada alasan bagi manusia untuk merasa sombong.

Ia juga menyinggung fenomena pejabat tinggi yang merasa bangga bisa masuk ke dalam Ka'bah. Namun, di sisi lain, seorang tukang sapu yang bekerja di Masjidil Haram justru masuk ke dalam Ka'bah setiap hari untuk membersihkannya.

"Perdana Menteri iso mlebu Ka'bah buangga aku PM kok, padahal tukang sapu yo mlebu Ka'bah. Gak mungkin Ka'bah ora diresiki (Perdana Menteri bisa masuk Ka'bah dan bangga, tapi tukang sapu juga masuk Ka'bah. Mustahil Ka'bah tidak dibersihkan)," ujar Gus Baha.

Fenomena ini, kata Gus Baha, adalah salah satu bukti bahwa Allah memiliki cara tersendiri untuk menjaga keseimbangan dan mencegah manusia dari sifat sombong. Semua manusia, apa pun status dan pekerjaannya, memiliki peran penting yang telah ditetapkan oleh-Nya.

Gus Baha juga menegaskan bahwa hal ini adalah kebiasaan Allah yang sangat menarik untuk diperhatikan. "Wis tak titeni kui, tak titenin tenan (sudah saya perhatikan ini, benar-benar diperhatikan)," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Kesenjangan Sosial Ciptakan Kesombongan

Menurut Gus Baha, sifat manusia yang sering merasa bangga dengan kedudukan atau kelebihan yang dimiliki, pada akhirnya akan runtuh ketika melihat orang lain yang secara kasat mata tampak lebih sederhana, tetapi memiliki keistimewaan yang sama atau bahkan lebih tinggi.

Pesan dari Gus Baha ini mengingatkan umat Islam untuk senantiasa rendah hati dan tidak merasa lebih baik dari orang lain. Apa pun kelebihan yang dimiliki, semua itu adalah anugerah dari Allah yang harus disyukuri, bukan dijadikan alasan untuk bersikap sombong.

Dalam pandangan Gus Baha, manusia sejatinya tidak memiliki apa-apa. Semua yang dimiliki hanyalah titipan Allah yang kapan saja bisa diambil kembali. Kesombongan hanya akan menjauhkan manusia dari ridha Allah.

Ia juga mengingatkan bahwa setiap manusia memiliki peran yang sama pentingnya di dunia ini. Baik itu presiden, perdana menteri, maupun tukang sapu, semuanya berkontribusi pada keberlangsungan hidup dan ibadah umat manusia.

Pesan dari Gus Baha ini menjadi pengingat yang relevan bagi kehidupan modern, di mana kesenjangan sosial sering kali memunculkan sikap sombong pada sebagian kalangan. Dengan memahami cara Allah menciptakan keseimbangan, manusia diharapkan lebih sadar akan pentingnya bersyukur dan menghargai orang lain.

Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari pernyataan Gus Baha ini dan terus berusaha menjadi pribadi yang rendah hati serta penuh rasa syukur kepada Allah SWT.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Â