Liputan6.com, Jakarta - Sholawat adalah bentuk cinta dan penghormatan umat Islam kepada Rasulullah. Dalam setiap kesempatan, umat Muslim diajarkan untuk senantiasa melantunkan sholawat sebagai bukti kecintaan. Namun, apakah wanita yang sedang dalam keadaan haid tetap diperbolehkan membaca sholawat? Buya Yahya memberikan jawaban yang menenangkan hati dalam ceramahnya.
Buya Yahya menjelaskan bahwa membaca sholawat merupakan amalan mulia yang bisa dilakukan kapan saja, termasuk oleh wanita yang sedang haid. Sholawat menjadi jembatan untuk terus mengingat Rasulullah dalam segala situasi.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Ibnu_syujak, Buya Yahya mengatakan, "Cara mengingat Rasulullah adalah dengan membaca sholawat kepada Baginda Nabi. Maka jangan mengaku cinta Nabi jika kita belum memperbanyak sholawat."
Advertisement
Ia menegaskan bahwa haid tidak menjadi penghalang untuk tetap melantunkan sholawat. Wanita dalam keadaan tersebut tetap dapat memperbanyak amalan ini, karena tidak ada larangan dalam agama.
"Sholawat bisa dibaca dalam keadaan seorang wanita haid. Enggak apa-apa," ujar Buya Yahya.
Menurutnya, membaca sholawat tidak hanya dapat dilakukan di waktu khusus, tetapi juga saat menjalankan aktivitas sehari-hari. Misalnya, seorang ibu rumah tangga dapat melantunkan sholawat sambil memasak untuk keluarganya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Sambil Memasak juga Bagus
"Masyaallah, ibu yang solehah sedang menghidangkan makanan buat suami, sambil memasak nasi atau sayur untuk suami. Resepnya adalah resep cinta Rasulullah. Taburkan bumbu sambil membaca sholawat," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa kebiasaan ini tidak hanya mendatangkan pahala, tetapi juga membuat aktivitas sehari-hari menjadi lebih bermakna. Setiap tindakan yang diiringi shalawat mencerminkan cinta kepada Nabi.
"Sedapnya masakan itu karena ada sholawat yang ditaburkan dengan cinta Rasulullah," ujarnya.
Buya Yahya juga menekankan pentingnya mengevaluasi diri dalam melantunkan shalawat. Menurutnya, tanda cinta kepada Nabi dapat dilihat dari seberapa sering seseorang melantunkan shalawat dalam kesehariannya.
"Tolong diperhatikan diri masing-masing. Enggak usah nengok orang lain. Kalau tanda cinta Nabi itu kok nggak ada pada diri Anda, seperti jarang shalawat, jangan ngaku-ngaku cinta Nabi dulu," katanya.
Ia juga memberikan panduan bahwa cinta kepada Nabi tidak hanya terwujud dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan nyata yang sesuai dengan sunnah. Membaca sholawat adalah salah satu langkah awal yang penting.
Advertisement
Sholawat Menjadi Sarana Mendekatkan diri Kepada Rasulullah
Dalam ceramahnya, Buya Yahya memberikan pemahaman bahwa sholawat memiliki nilai spiritual yang besar. Sholawat menjadi sarana mendekatkan diri kepada Rasulullah, bahkan di tengah aktivitas yang tampaknya sederhana.
Pesan ini pas untuk siapa saja, baik pria maupun wanita, untuk menjadikan sh0lawat sebagai kebiasaan yang mendalam. Sholawat tidak hanya sebagai doa, tetapi juga sebagai bukti nyata cinta kepada Nabi.
Ia juga menyoroti bahwa membaca shalawat tidak membutuhkan waktu khusus atau tempat tertentu. Kapan pun dan di mana pun, sholawat dapat dilantunkan dengan penuh cinta dan keikhlasan.
Buya Yahya mengingatkan bahwa setiap muslim memiliki kewajiban untuk mencintai Rasulullah. Salah satu bukti nyata dari cinta tersebut adalah dengan melantunkan shalawat secara konsisten.
Dengan cara ini, umat Islam diharapkan dapat terus menjaga hubungan spiritual dengan Rasulullah, meskipun dalam keadaan haid atau menjalani aktivitas harian yang padat.
Ceramah ini memberikan pencerahan bagi umat Islam bahwa amalan sholawat adalah bentuk ibadah yang fleksibel. Tidak ada alasan untuk meninggalkan sholawat, bahkan dalam kondisi tertentu seperti haid.
Semoga pesan ini menginspirasi umat Islam untuk lebih mencintai Rasulullah melalui sholawat. Cinta yang tulus akan membawa keberkahan dalam setiap langkah kehidupan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul