Liputan6.com, Cilacap - Mubaligh kondang kelahiran Lampung, 5 Agustus 1981, Miftah Maulana Habiburrahman atau kerap disapa Gus Miftah kini tengah viral.
Ucapan yang dinilai mengolok-olok seorang penjual es teh di acara pengaiannya ini menuai respons dan kecaman masyarakat luas. Jagat maya pun ramai memperbincangkan sosok da’i nyentrik ini.
Banyak pihak yang menyayangkan ucapan Gus Miftah yang dinilai tidak mencerminkan sikap seorang pemuka agama yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat luas.
Advertisement
Belakangan, Miftah Maulana mundur dari jabatannya sebagai utusan khusus presiden.
Baca Juga
Terlepas dari hal tersebut, dalam sebuah kesempatan ceramahnya, sebelumnya KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) pernah menyampaikan pentingnya tata krama sosial.
Pentingnya Tata Krama Sosial
Gus Baha mengingatkan betapa pentingnya tata krama sosial yang harus dimiliki seseorang meskipun ia seorang yang memiliki derajat yang tinggi.
Bahkan menurut Gus Baha Rasululla SAW yang merupakan seorang Nabi pun tak luput dari hukum sosial. Rasulullah SAW tetap diwajibkan memiliki tata karma sosial.
“Nabi meskipun sebagai Nabi tapi tetap kena aturan hukum sosial,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @Muhibbingusbaha1994, Jumat (06/12/2024).
“Meskipun beliau punya mukjizat seperti apa, ketemu orang harus santun, ketemu anak kecil harus sayang, ketemu orang sepuh harus hormat,” sambungnya.
“Nabi bisa terbang ke langit sekalipun, mikraj, tapi misalnya ketemu anak kecil menampar, ketemu orang sepuh meludah (menghina), tetap tidak diterima oleh publik,” ujarnya.
“Betapa pentingnya tata krama sosial,” tandasnya.
Advertisement
Adab di Atas Ilmu
Mengutip smpitinsanmulia.sch.id, sering kita mendengar bahwa salah satu ciri-ciri perbedaan manusia dengan hewan ialah akal atau ilmu. Pernyataan tersebut memang tidak salah. Tapi perlu diperhatikan bahwasannya diatas ilmu ada yang lebih urgent, yaitu adab. Karena ilmu setinggi apapun kalau tidak mempunyai adab akan berbahaya. Pepatah arab mengatakan :
الأدب فوق العلم
Artinya : “Adab itu lebih tinggi daripada ilmu”
Banyak sekali orang yang memiliki keilmuan yang luas, tetapi dengan keilmuannya yang luas itu terkadang merasa yang paling benar dan yang paling pintar diantara yang lain sehingga merendahkan orang lain bahkan gurunya sendiri. Padahal kunci mendapatkan ilmu yang barokah salah satunya ialah menghormati seorang guru. Ilmu akan menjadi berbahaya dan tidak barokah apabila tidak dihiasi dengan adab.
Kenapa sampai para ulama mendahulukan adab ? sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata :
بالأدب تفهم العلم
Artinya : “Dengan mepelajari adab, maka engkau akan mudah memahami sebuah ilmu”
Kepintaran tidak ada artinya apabila seseorang tidak mempunyai adab. Bahkan, ilmu akan menjadi berbahaya bagi pemiliknya yang tidak mempunyai adab. Abu Zakariyya Rahimahullah mengatakan :
علم بلا أدب كنار بلا حطب، وأدب بلا علم كروح بلا جسد
Artinya : “Ilmu tanpa adab, seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh”
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul