Liputan6.com, Jakarta - Bahagia merupakan keadaan ketika seseorang mencapai sesuatu yang ia harapkan. Dalam Islam, hal ini merujuk pada kebahagiaan dunia dan akhirat yang dicapai melalui taat kepada Allah SWT serta memiliki hati yang suci dan bersih.
Untuk mencapai suatu kebahagiaan, seseorang harus mengusahakannya dengan sebaik mungkin. Sebagai umat muslim, mencapai kebahagiaan merupakan hal yang dianjurkan.
Advertisement
Baca Juga
Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Qashash ayat 77:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ٧٧
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia, Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Imam Syafi’i sebagai ulama besar memberikan tips bagaimana cara untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, sebagaimana dikutip dari laman UIT Lirboyo.
Saksikan Video Pilihan ini:
1. Memiliki Kekayaan Jiwa
Jiwa dikenal dengan nafs yang merupakan bagian dari ruh pembentuk manusia. Jiwa inilah yang memberikan kemampuan bagi jasad untuk melakukan berbagai aktivitas.
Seorang muslim haruslah memiliki jiwa yang kaya akan tenang serta lapang. Islam mengajarkan bagi umat muslim untuk memiliki jiwa yang kaya, namun bukan kaya dalam makna harta duniawi.
Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
“Kekayaan itu bukan soal keberlimpahan harta benda dunia, melainkan kekayaan yang sejati adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis tersebut, Rasulullah SAW seakan menunjukkan bahwa kekayaan sejati bukanlah terletak pada jumlah harta yang dimiliki, melainkan berada pada kondisi hati dan jiwa yang merasa cukup dengan apa yang Allah SWT berikan.
Kekayaan jiwa dapat dilihat dari bagaimana seseorang bersyukur atas nikmat Allah SWT, tidak tamak, tidak iri, tidak bakhil, tidak sombong, dan tidak merasa takut akan kehilangan harta yang ia punya.
Seseorang yang memiliki kekayaan jiwa akan merasa puas dengan apa yang ia miliki serta tidak mengeluh atas yang tidak ia miliki.
2. Menahan Diri dari Menyakiti
Seorang muslim hendaknya berlaku dengan baik kepada sesama. Tidak menyinggung bahkan menyakiti perasaan orang lain. Apabila seseorang berani dan rela untuk menyakiti perasaan orang lain, maka ia akan merasa tidak tenang dalam hidupnya.
Namun, jika seorang muslim mampu dalam menahan diri dari menyakiti orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak terlibat dalam permusuhan yang hanya akan membawa pada kesengsaraan.
Advertisement
3. Mengusahakan Sesuatu yang Halal
Dalam berikhtiar di dunia, seorang muslim haruslah mengusahakan hal-hal yang halal dan baik. Harta yang didapatkan secara halal akan menghasilkan keberkahan dalam hidup. Sedangkan usaha yang didapatkan secara haram akan berdampak buruk terhadap diri sendiri dan orang lain.
Mengusahakan sesuatu yang halal juga termasuk makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 172:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”
Firman Allah SWT di atas menjelaskan bahwa seorang muslim harus mensyukuri apa saja makanan dan minuman yang diberikan oleh Allah SWT. Qur’an surah Al-Baqarah ayat 172 sebelumnya berhubungan dengan ayat 168 mengenai perintah makan-makanan yang baik dan diiringi dengan larangan mengikuti ajaran setan.
4. Mengenakan Pakaian Takwa
Takwa memiliki makna menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Di dalam kehidupan, bersifat takwa dapat memberikan ketenangan yang luar biasa, karena hati manusia sebenarnya meminta kesucian bukan kegelapan akan maksiat.
Maksiat yang sering dilakukan akan berbekas pada seseorang sehingga hatinya menjadi hitam. Hal tersebut akan memberikan perasaan gelisah tak karuan.
Pakaian takwa merujuk pada pakaian yang dikenakan oleh umat muslim sebagai bentuk keimanannya kepada Allah SWT. Pakaian takwa tidak hanya mencakup ketakwaan, namun juga pakaian ruhani yang dapat menjadi perisai seseorang secara ruhani.
Menggunakan pakaian takwa terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 26:
يَا بَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْءٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ ٢٦
Artinya: “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.”
5. Yakin Kepada Allah dalam Segala Kondisi
Seseorang yang memiliki keyakinan kuat terhadap Allah SWT, ia akan mendapatkan kemudahan di waktu sulit. Sedangkan seseorang yang berharap kepada selain Allah SWT pasti akan merasakan kecewa.
Sesuai dengan Al-Qur’an surah Ath-Thalaq ayat 3:
وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا
Artinya: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Allah SWT telah berjanji bahwa akan memberikan ganjaran terhadap orang-orang yang yakin kepada-Nya di hari pembalasan. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Fathir ayat 5:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.”
Seseorang yang yakin akan janji-janji Allah SWT tidak akan terperdaya dengan godaan-godaan dari setan yang akan membuatnya terjerumus dalam maksiat dan perbuatan mungkar.
Ketika seseorang telah yakin dan menerima segala ketetapan Allah SWT, maka di dalam hidupnya ia akan merasa dunia hanyalah permainan dan kehidupan sesungguhnya adalah akhirat. Sehingga, kelapangan atas ketetapan Allah SWT akan dirasakan dalam hati serta kehidupannya.
Advertisement