Liputan6.com, Jakarta - Meski Al-Qur'an telah terbukti sebagai pedoman hidup yang sempurna bagi umat manusia, masih ada saja yang meragukan kebenarannya. Keraguan terhadap Al-Qur'an ini sering muncul dari ketidaktahuan, kesalahpahaman, atau keengganan untuk memahami isinya secara mendalam.
Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengingatkan umat Islam untuk tidak pernah meragukan kebenaran Al-Qur'an. Menurutnya, keimanan yang penuh tanpa keraguan adalah kunci untuk meraih petunjuk dan manfaat dari kitab suci ini.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam salah satu ceramahnya yang dikutip dari kanal YouTube @ummuhaniya. Dalam ceramah tersebut, UAH membahas pentingnya memahami Surat Al-Baqarah ayat 2. Ayat tersebut berbunyi:
Advertisement
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
(Zalikal-kitabu la raiba fih, hudal lil-muttaqin).
Artinya: "Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa."
Menurut UAH, inti dari ayat ini adalah penegasan bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk yang sempurna bagi orang-orang bertakwa. Namun, syarat utamanya adalah keyakinan tanpa keraguan sedikit pun terhadap isinya.
“Kalau Anda ragu, Anda tidak akan mendapat manfaatnya. Jangan pernah ragu terhadap Al-Qur'an,” tegasnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Begini Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 2
Tafsir ayat ini juga diperkuat oleh Kementerian Agama RI yang menjelaskan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang sempurna, tidak ada keraguan di dalamnya, dan menjadi petunjuk yang jelas bagi orang-orang yang siap menerima kebenaran.
Para ulama tafsir, seperti Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, menambahkan bahwa istilah “Dzaalika” dalam ayat tersebut memberikan kesan tingginya kedudukan dan kemuliaan Al-Qur'an. Makna ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang sangat istimewa.
Al-Qur'an tidak hanya sekadar kitab suci, tetapi juga merupakan pedoman hidup yang dapat mengantarkan manusia menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Namun, hanya mereka yang bertakwa yang mampu memanfaatkan petunjuk dari Al-Qur'an.
UAH juga menyinggung makna bertakwa yang merujuk pada mereka yang menjaga diri dari azab Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Orang bertakwa adalah mereka yang memiliki keyakinan penuh kepada hal-hal gaib, seperti Allah, malaikat, surga, dan neraka.
Keimanan ini harus diwujudkan melalui ibadah yang khusyuk dan pengabdian kepada Allah, termasuk dengan menunaikan salat tepat waktu dan berinfak di jalan kebaikan.
UAH mengingatkan bahwa tantangan zaman modern sering kali membuat manusia kehilangan fokus terhadap Al-Qur'an. Banyak orang yang ragu akan kebenarannya karena terpengaruh oleh arus informasi yang salah.
Padahal, menurut UAH, Al-Qur'an sudah terbukti memberikan jawaban atas berbagai persoalan hidup. Namun, manfaat ini hanya bisa dirasakan jika seseorang yakin sepenuhnya kepada kitab suci tersebut.
Advertisement
Mau Interaksi dengan Al-Qur'an? Jangan Ragu
“Kalau ingin berinteraksi dengan Al-Qur'an, kaidah pertama adalah jangan pernah ragu,” ujar UAH.
Ia menekankan pentingnya membangun hubungan yang kuat dengan Al-Qur'an melalui pemahaman yang mendalam. Membaca Al-Qur'an tidak cukup, seseorang juga harus merenungi maknanya dan mengaplikasikan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ceramah UAH ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk memperkuat keyakinan mereka terhadap Al-Qur'an. Tanpa keyakinan, seseorang tidak akan mampu menggali hikmah yang terkandung di dalamnya.
Bagi umat Islam, Al-Qur'an adalah sumber petunjuk yang sempurna. Sebagai kitab yang diwahyukan oleh Allah, Al-Qur'an mengandung solusi untuk semua persoalan hidup jika dipahami dan diamalkan dengan baik.
UAH mengajak umat Islam untuk memperbanyak interaksi dengan Al-Qur'an, baik melalui tilawah, tafsir, maupun mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, Al-Qur'an akan benar-benar menjadi petunjuk yang menerangi jalan kehidupan.
Ia menutup ceramahnya dengan pesan untuk terus mendekatkan diri kepada Allah melalui Al-Qur'an. Keyakinan yang kokoh terhadap kitab suci ini adalah bekal utama untuk meraih keberkahan di dunia dan akhirat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul