Sukses

3 Kondisi Orang Beriman saat Memasuki Surga, Tanpa Hisab tapi Ada juga yang Diazab Dulu

Allah SWT memberikan jaminan surga bagi hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Begini keadaan orang-orang beriman ketika masuk surga.

Liputan6.com, Jakarta - Allah SWT menciptakan surga sebagai tempat bagi hamba-Nya yang selalu berbuat kebaikan. Surga digambarkan sebagai tempat yang luar biasa indah, dipenuhi dengan kenikmatan yang tak pernah terbayangkan oleh manusia.

Setiap orang pasti menginginkan untuk masuk surga, apalagi jika tanpa harus memperhitungkan amalnya. Sebab, salah satu peristiwa yang paling menegangkan di hari kiamat adalah saat amal seseorang ditimbang.

Allah SWT telah menetapkan bahwa setiap orang yang memiliki keimanan yang sah akan masuk ke dalam surga. Namun, karena perbedaan tingkat keimanan, posisi mereka di surga pun berbeda.

Demikian juga, cara mereka memasuki surga akan bervariasi. Berdasarkan cara masuknya orang beriman ke dalam surga, mereka terbagi menjadi tiga golongan. Berikut uraiannya dikutip dari laman muslim.or.id.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

2 dari 4 halaman

1. Orang yang Masuk Surga Tanpa Hisab, Tanpa Azab

Hal ini telah diterangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sabdanya,

“Akan masuk ke dalam surga tanpa hisab dari umatku sebanyak tujuh puluh ribu.” Para sahabat bertanya, “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka adalah orang yang tidak minta diruqyah, tidak bertathayyur (beranggapan sial dengan melihat sesuatu), tidak pula melakukan pengobatan kay, dan mereka bertawakal hanya kepada (Allah) Tuhan mereka.” (HR. Muslim no. 218)

Dalam redaksi lain, disebutkan bahwa mereka masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.

Keutamaan yang besar ini akan diperoleh oleh orang-orang yang benar-benar mewujudkan tauhid dengan sempurna.  Yaitu, dengan merealisasikan kewajiban-kewajiban dalam tauhid ditambah dengan melaksanakan perkara-perkara yang sunah. Apabila seseorang telah melaksanakan kewajiban-kewajiban di dalam tauhid dengan meninggalkan kesyirikan, ke-bid’ah-an, dan kemaksiatan, kemudian dia melaksanakan perkara-perkara yang sunah, maka berarti dia telah mewujudkan tauhid secara sempurna. (Lihat Hasyiyah Kitab Tauhid, Abdurrahman bin Qasim, hal. 37)

Syekh Shalih Al-Fauzan menjelaskan bahwa orang yang bertauhid ada tiga tingkatan:

Pertama: Orang yang selamat dari syirik, namun tidak selamat dari dosa-dosa selain syirik. Mereka itulah orang-orang yang disebut “zhalim linafsih” (orang yang menzalimi diri sendiri). Dan mereka terancam dengan neraka.

Kedua: Yang disebut “muqtashid”, yaitu orang-orang yang mengerjakan kewajiban dan meninggalkan yang haram, namun terkadang masih melakukan yang makruh dan meninggalkan sebagian yang mustahab (sunah). Mereka inilah yang disebut juga dengan “Al-Abrar” (orang-orang yang taat).

Ketiga: Yang selamat dari syirik besar dan kecil, selamat dari ke-bid’ah-an, meninggalkan yang haram dan makruh, bahkan sebagian perkara yang mubah, bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketaatan, baik yang wajib maupun mustahab. Mereka inilah yang disebut “Sabiqun bil khairat” (yang terdepan dengan kebaikan). Dan siapa saja yang berada pada tingkatan ini akan masuk surga tanpa hisab tanpa azab. (I’anatul Mustafid bi Syarh Kitab Tauhid, 1: 74-76, Maktabah Syamilah)

3 dari 4 halaman

2. Orang yang Masuk Surga Setelah Melalui Hisab, Tanpa Diazab

Mereka adalah orang-orang yang ketika dihisab ternyata amal kebaikan mereka lebih berat dibandingkan dengan amal keburukan. Sehingga, mereka bisa langsung masuk ke dalam surga. Allah berfirman,

“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan). Barangsiapa yang berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-A’raf: 8)

Syekh Abdurrahman As-Sa’di menerangkan, “Timbangan pada hari kiamat itu dengan keadilan yang tidak ada sedikit pun kecurangan dan kezaliman. Maka, siapa saja yang berat timbangan kebaikannya mengalahkan timbangan keburukannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Yaitu, orang-orang yang selamat dari perkara yang tidak disukai dan mendapatkan perkara yang dicintai. Mereka mendapatkan keuntungan besar dan kebahagiaan yang abadi.” (Taisirul Karimir Rahman)

Di antara contoh yang disebutkan dalam hadis tentang keadaan orang yang termasuk golongan ini, adalah hadis bithaqah, hadis yang menjelaskan selamatnya seseorang dikarenakan dia memiliki kartu bertuliskan “lailahaillallah”.

4 dari 4 halaman

3. Orang yang Masuk Surga Setelah Melalui Hisab dan Setelah Diazab

Golongan ini adalah orang-orang yang masih memiliki iman yang sah, namun di samping itu dia juga memiliki banyak dosa-dosa yang mengalahkan kebaikannya ketika diadakan penimbangan amal pada hari kiamat.

Syekh Hafizh Ahmad Hakami rahimahullah menjelaskan tiga tingkatan pelaku dosa besar dari kalangan orang yang bertauhid, dengan mengatakan,

“Para pelaku maksiat dari kalangan orang yang bertauhid ada tiga tingkatan:

Tingkat pertama adalah orang-orang yang kebaikan mereka lebih berat dibandingkan keburukan mereka. Maka, mereka akan masuk ke dalam surga secara langsung tanpa merasakan neraka sama sekali.

Tingkat kedua adalah orang-orang yang kebaikan mereka seimbang dengan keburukan mereka. Keburukan mereka menghalangi mereka masuk surga, dan kebaikan mereka menjadikan mereka selamat dari neraka. Merekalah yang disebut sebagai “ashabul a’raf”, yang Allah sebutkan bahwa mereka diberhentikan antara surga dan neraka selama waktu yang Allah kehendaki, kemudian mereka diizinkan masuk ke dalam surga.

Tingkat ketiga adalah orang-orang yang menjumpai Allah dalam keadaan belum bertobat dari dosa-dosa besar dan perbuatan keji. Mereka masih memiliki fondasi tauhid, namun keburukan mereka lebih berat dari kebaikan mereka. Mereka inilah yang akan masuk ke dalam neraka (terlebih dahulu) sesuai dengan kadar dosa-dosa mereka (sampai perkataan beliau) Mereka inilah yang akan Allah izinkan kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam dan para nabi yang lain, para wali, para malaikat, serta orang-orang yang Allah muliakan, untuk memberi syafaat kepada mereka, sehingga mereka dikeluarkan dari neraka.” (Ma’arijul Qabul, 3: 1022-1023 dengan diringkas).