Liputan6.com, Jakarta - Khutbah merupakan syarat sah dari sholat Jumat. Khutbah bertujuan untuk menyampaikan nasihat dan ajaran agama kepada jamaah, serta mengingatkan tentang kewajiban yang harus dipenuhi terhadap Allah.
Namun perlu diingat, kewajiban mendengarkan khutbah Jumat tidak hanya sebatas hadir, tetapi juga memerlukan perhatian penuh dan rasa hormat agar nasihat-nasihat yang disampaikan oleh imam dapat diterima dengan baik.
Advertisement
Baca Juga
Syekh Ali Jaber Ungkap Keutamaan Membaca Ayat Kursi sebelum Tidur dan setelah Sholat Fardhu, Tak Ada yang Halangi Masuk Surga
Ustadz Adi Hidayat Sebut 3 Kata Paling Manjur di Dunia, Bisa Selesaikan Semua Masalah Hidup
Yang Terjadi saat Seorang Wanita tantang Syaikh Abdul Qadir al-Jilani Tunjukkan Karomah
Ada banyak pesan penting yang disampaikan dalam sebuah khutbah. Namun, ada juga sebagian saudara kita yang tidak tahan berlama-lama dalam majelis tersebut mungkin karena alasan tertentu.
Peristiwa serupa ternyata pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW, di mana beberapa sahabat meninggalkannya saat beliau belum selesai menyampaikan khutbah Jumat.
Saat itu, khutbah Jumat dilakukan setelah sholat, seperti dengan khutbah sholat Id. Para sahabat Nabi SAW duduk tenang mendengarkan khutbah, namun ketenangan mereka terganggu saat kafilah dagang milik Dihyah bin Khalifah dari Syam tiba.
Saksikan Video Pilihan ini:
Jemaah Memilih Berburu Dagangan daripada Menunggu Khutbah Selesai
Dikutip dari NU Online Jatim, kejadian ini direkam dalam hadis dari Jabir bin Abdillah berikut.
بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ النّبِيّ - صل الله عليه وسلم – إِذَا أَقْبَلَتْ عِيْرٌ تَحْمِلُ طَعَامًا، فَالْتَفَتُوْا إِلَيْهَا حَتَّى مَا بَقِيَ مَعَ النَّبِيّ - صل الله عليه وسلم - إِلَّا إِثْنَا عَشَرَ رَجُلًا
Artinya: Saat itu kita sedang sholat bersama Nabi Muhammad SAW. Kemudian ketika datang rombongan dagang yang membawa makanan, maka mereka (para sahabat) berpaling menuju rombongan dagang tersebut. Sehingga hanya tersisa dua belas sahabat. (HR. Bukhari No. 936).
Para sahabat mulai gelisah saat genderang ditabuh sebagai tanda perniagaan sudah dimulai. Namun, masih belum ada yang beranjak dari tempat duduknya. Masih fokus mendengarkan khutbah yang disampaikan Nabi. Padahal hati kecil mereka ingin segera keluar dari masjid untuk berburu barang dagangan sebelum kehabisan.
Barang dagangan yang dibawa Dihyah berupa makanan favorit masyarakat Madinah. Dalam riwayat lain, dagangannya tak hanya makanan saja, tapi juga barang lain dari Syam yang tidak ada di Madinah. Sungguh sayang untuk dilewatkan. Terlebih, kafilah Dihyah ini belum tentu datang dalam waktu sebulan.
Namun, tiba-tiba datang seseorang dari rombongan Dihyah masuk ke masjid, menyampaikan kalau jual-beli sudah siap dimulai. Maka berhamburlah para sahabat, hingga hanya tersisa dua belas orang. Di antaranya sahabat Jabir (perawihadis), Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar dan sahabat lain yang ketabahannya patut diacungi jempol.
Advertisement
Begini Reaksi Nabi
Para sahabat tidak fokus lagi pada pesan langit yang begitu teduh. Pancaran wajah cerah Nabi mereka tinggalkan dan lebih memilih urusan duniawi. Mungkin mereka berpikir, kalau tidak buru-buru nanti akan kehabisan barang; bukankah sholat Jumat telah usai, mungkin boleh ditinggalkan; atau mungkin Nabi Muhammad akan memaafkan karena beliau adalah pemaaf.
Bagaimana reaksi Nabi? Beliau dengan wajah yang masih sama, tetap memancarkan cahaya keteduhan tanpa ada rasa kesal, meneruskan khutbah Jumat. Kemudian beliau berucap:
والذى نفسى بيده ، لو تتابعتم حتى لم يبق منكم أحد ، لسال بكم الوادى نارا
Artinya: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaanNya, seandainya kalian semua terpengaruh hingga tiada seorang pun dari kalian yang tersisa, niscaya lembah ini akan mengalirkan api membakar kalian semua. (Tafsir al-Wasit, Tafsir Ibn Katsir)
Rasulullah mengucapkan demikian dengan welas asih, tanpa ekspresi marah. Dari kejadian ini, pelaksanaan khutbah Jumat yang pada masa itu dilakukan setelah sholat Jumat, diubah menjadi dilakukan sebelum sholat Jumat, seperti yang sekarang dipraktikkan.