Sukses

Saat Kiai As'ad Situbondo Merindukan Kiai Hamid Pasuruan, Hal Tak Terduga Ini Langsung Terjadi

Kiai As'ad mengaku sangat merindukan sosok Kiai Abdul Hamid, seorang ulama besar dari Pasuruan. "Saya rindu sekali ingin bertemu Kiai Abdul Hamid. Sudah lama saya tidak bertemu dengannya," kata Kiai As'ad. Tentu saja, pernyataan ini cukup mengejutkan karena pada saat itu, mereka berada sangat jauh satu sama lain, dengan jarak yang mencapai ratusan kilometer.

Liputan6.com, Jakarta - Pada tahun 1960-an, alat komunikasi masih sangat terbatas. Telepon yang kita kenal sekarang belum ada, begitu pula dengan teknologi canggih lainnya yang memungkinkan komunikasi jarak jauh.

Namun, meskipun keterbatasan tersebut, dua ulama besar asal Indonesia, Kiai As'ad Situbondo dan Kiai Hamid Pasuruan, mampu membuktikan bahwa jarak jauh tidak menjadi halangan bagi mereka untuk saling berkomunikasi. Kisah mereka menjadi bukti nyata karomah para wali Allah yang luar biasa.

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SPORTS_30626, cerita ini datang dari santri asal Pondok Pesantren As-Salafiyah Sukorejo, Muhammad Hafiduddin. Suatu hari, Kiai As'ad sedang memantau kebun kelapa di sekitar pesantren yang terletak di Sukorejo, Situbondo.

Saat itu, Kiai As’ad ditemani oleh seorang santri. Di tengah aktivitasnya, tiba-tiba Kiai As’ad mengatakan sesuatu yang mengejutkan santri tersebut.

Kiai As'ad mengaku sangat merindukan sosok Kiai Abdul Hamid, seorang ulama besar dari Pasuruan. "Saya rindu sekali ingin bertemu Kiai Abdul Hamid. Sudah lama saya tidak bertemu dengannya," kata Kiai As'ad. Tentu saja, pernyataan ini cukup mengejutkan karena pada saat itu, mereka berada sangat jauh satu sama lain, dengan jarak yang mencapai ratusan kilometer.

Namun, keesokan harinya, sesuatu yang tak terduga terjadi. Tiba-tiba, Kiai Abdul Hamid dari Pasuruan datang menyambangi Kiai As'ad di Sukorejo. Dua ulama besar ini langsung bersalaman dan berangkulan, seperti sudah lama tidak bertemu. Kehadiran Kiai Hamid yang datang begitu cepat dan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya membuat santri yang mendengar cerita ini semakin takjub.

Kiai Hamid, yang sampai di Sukorejo, mengungkapkan alasan kedatangannya. "Suara Kiai As’ad nyaring sekali sampai terdengar ke Pasuruan. Makanya saya datang ke sini," kata Kiai Hamid dengan nada ringan namun penuh makna. Jawaban Kiai Hamid ini semakin menambah keheranan santri yang ada di sekitar mereka.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Dialog Pemilik Karomah, Renyah Sekali

Kiai As'ad yang mendengar jawaban tersebut hanya tersenyum dan menjawab dengan bijaksana. "Bukan suara saya yang nyaring, tapi karena pendengaran Kiai yang luar biasa. Kiai Hamid bisa mendengar suara saya yang ada di Situbondo," jawab Kiai As'ad dengan rendah hati.

Dialog antara dua ulama besar ini menunjukkan betapa tingginya derajat kewalian mereka yang mampu berkomunikasi meski terpisah jarak yang begitu jauh.

Kisah ini menjadi bukti karomah yang luar biasa dari Kiai As’ad dan Kiai Hamid. Pada zaman yang tidak ada telepon atau alat komunikasi canggih seperti sekarang, mereka bisa berkomunikasi seolah-olah menggunakan alat komunikasi modern. Kejadian ini menjadi cerita yang mengesankan bagi banyak orang yang mendengarnya, terutama bagi para santri yang menjadi saksi hidup dari peristiwa ini.

Penting untuk dicatat bahwa peristiwa ini tidak hanya menunjukkan karomah kedua ulama tersebut, tetapi juga mengajarkan kita tentang kekuatan doa dan ikhlas dalam berhubungan dengan Allah. Karomah ini menunjukkan bahwa komunikasi yang sejati bukan hanya antara manusia, tetapi juga bisa terjalin melalui keikhlasan dan kedekatan seseorang dengan Tuhan.

Keajaiban ini juga memperlihatkan betapa besar pengaruh kewalian seorang hamba yang dekat dengan Allah. Kiai As’ad dan Kiai Hamid bukan hanya dihormati karena ilmu mereka, tetapi juga karena kedekatan mereka dengan Allah yang memungkinkan mereka mengalami karomah-karomah yang luar biasa. Dalam pandangan banyak orang, cerita ini menjadi simbol betapa agungnya ulama-ulama yang memiliki derajat tinggi di sisi Allah.

Bagi para santri yang mendengarkan kisah ini, hal itu menjadi pelajaran berharga tentang kedekatan dengan Allah dan pentingnya memiliki hati yang tulus dalam menjalani kehidupan. Meskipun tidak semua orang dapat merasakan karomah seperti Kiai As’ad dan Kiai Hamid, namun cerita ini mengingatkan kita bahwa Allah memberikan keistimewaan bagi hamba-hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dan ikhlas dalam menjalankan perintah-Nya.

Cerita ini juga menjadi bukti bahwa seorang wali yang dekat dengan Allah dapat menjadi perantara yang menyatukan umat. Kiai As’ad dan Kiai Hamid, meski tidak secara fisik berkomunikasi satu sama lain, tetapi Allah memberikan jalan bagi mereka untuk saling bertemu dan mempererat ikatan ukhuwah Islamiyah. Inilah yang menjadi contoh teladan bagi umat Islam dalam menjaga persaudaraan dan kedekatan hati antar sesama.

3 dari 3 halaman

Intinya Menjaga Hubungan Baik

Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Dengan kekuasaan-Nya, segala sesuatu bisa terjadi, termasuk peristiwa luar biasa seperti yang dialami oleh Kiai As’ad dan Kiai Hamid. Dalam hidup kita, kita juga diajarkan untuk selalu bergantung kepada Allah, karena hanya Dia yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Selain itu, cerita ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama. Meskipun Kiai As’ad dan Kiai Hamid tidak saling bertemu dalam waktu yang lama, hubungan mereka tetap erat dan penuh kasih sayang. Hal ini bisa menjadi teladan bagi kita untuk menjaga ukhuwah dan saling mendukung satu sama lain dalam kebaikan.

Peristiwa ini semakin menguatkan keyakinan kita bahwa keberkahan dan karomah seorang wali tidak terbatas oleh waktu dan ruang. Kiai As’ad dan Kiai Hamid mampu berkomunikasi tanpa alat komunikasi canggih, hanya dengan bantuan Allah. Hal ini memberikan pelajaran bahwa dengan niat yang tulus, kita dapat meraih keberkahan yang luar biasa dalam hidup ini.

Dengan kisah ini, banyak orang semakin yakin bahwa kewalian bukanlah sekadar sesuatu yang tampak di luar, tetapi juga berkaitan dengan kedekatan hati seseorang dengan Allah. Meskipun berada di dunia yang penuh keterbatasan, seorang wali yang dekat dengan Allah dapat merasakan dan mengalaminya dengan cara yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Akhirnya, cerita tentang Kiai As’ad dan Kiai Hamid ini terus dikenang dan diceritakan dari generasi ke generasi. Bagi masyarakat sekitar, kisah ini menjadi inspirasi dan pengingat akan pentingnya hubungan yang baik dengan Allah dan dengan sesama. Karomah yang dimiliki oleh kedua ulama ini bukan hanya sebuah keajaiban, tetapi juga pelajaran hidup yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Keajaiban yang dialami oleh Kiai As’ad dan Kiai Hamid tetap hidup dalam cerita ini, dan menjadi bukti nyata bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kisah ini membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil jika Allah sudah menghendaki sesuatu, termasuk komunikasi jarak jauh antara dua ulama besar ini.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul