Sukses

Ogah Sedekah sebab Takut Miskin, Pertanda Apa? Simak Ini.. Hati-Hati

Ternyata takut miskin ini merupakan jebakan setan supaya kita hidup lebih sengsara lagi di hari kiamat.

Liputan6.com, Cilacap - Banyak orang yang merasa takut miskin dan hanya mendapatkan rezeki yang sedikit. Perasaan ini pun menyeret hal negatif lainnya seperti takut tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya.

Demikian halnya mereka tidak bersedia sedekah sebab takut hartanya akan berkurang.

Padahal di hari kiamat, orang miskin justru akan mendapatkan hisab yang ringan dibandingkan mereka yang hidup dalam kemewahan harta benda. Hisab orang miskin itu cepat dan singkat.

Sejatinya, ketakutan akan hidup miskin itu merupakan godaan setan dan merupakan salah satu upaya setan menjerumuskan kita agar jauh dari Allah SAW.

Tak jarang, rasa takut miskin ini membuat kita larut dalam kesibukan duniawi yang tidak pernah ada habisnya hingga ajal menjemputnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Penjelasan Al-Qur'an

Setan mengerahkan beragam daya dan upaya untuk menjauhkan manusia dari Allah. Salah satunya adalah dengan membuat manusia takut miskin ketika hendak berinfak, bersedekah dan berzakat. Kenyataan ini dijelaskan oleh Allah swt dalam QS. Al-Baqarah ayat 268.

Dalam ayat tersebut digambarkan, bahwa setan menjanjikan manusia kemiskinan dalam hidupnya. Berikut ini adalah naskah, terjemahan dan tafsir ulama berkaitan dengan QS. Al-Baqarah ayat 268:

اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاۤءِ ۚ وَاللّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

asy-syaithânu ya‘idukumul-faqra wa ya'murukum bil-faḫsyâ', wallâhu ya‘idukum maghfiratam min-hu wa fadllâ, wallâhu wâsi‘un ‘alîm

Artinya: “Setan menjanjikan kamu kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji, sedangkan Allah menjanjikan kamu ampunan dan karunia-Nya. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.”

3 dari 4 halaman

Tafsir Surah Al-Baqarah ayat 268

Dalam Tafsir Baghawi, Syekh Abu Muhammad bin Mas’ud al-Baghawi dalam kitab Ma’alimut Tanzil fii Tafsiril Qur’an (Beirut, Darul Ihya’ at-Turats, 1999/I:372-373) menjelaskan, ayat ini secara umum mengabarkan, setan akan menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan saat hendak menunaikan perintah Allah yang berkaitan dengan harta kemudian menggiring manusia mengerjakan perbuatan keji.

Selain itu, dalam ayat ini Allah berjanji kepada manusia, bahwa Dia akan mengampuni segala dosa dan memberikan anugerah berupa kemuliaan. Al-Baghawi memaparkan, dalam hal setan yang menakut-nakuti manusia akan kemiskinan, gambarannya, ketika seseorang hendak berinfak, bersedekah ataupun berzakat, setan berkata: “Simpan saja hartamu itu.

Jika kamu mengeluarkannya untuk bersedekah dan lain sebagainya, maka bisa jadi kamu akan miskin akibatnya.” Godaan setan yang menyebabkan manusia takut miskin ini, bukan hanya membisikkan manusia untuk tidak bersedekah dan berinfak, akan tetapi lebih parah lagi menjadikan manusia bakhil (pelit).

Urusan yang berkaitan dengan kewajiban mengeluarkan harta seperti zakat pun, manusia pun menjadi enggan melakukannya. Selanjutnya, setelah setan sukses menggoda manusia menjadi takut miskin, setan juga akan berusaha menyebabkan manusia terjerumus ke dalam perbuatan keji.

Al-Baghawi menukil perkataan Al-Kalbi, bahwa maksud dari perbuatan keji yang disebut dengan kata (الْفَحْشاء) dalam ayat tersebut adalah segala kekejian yang ada di dalam Al-Qur’an. Entah itu yang berkaitan dengan zina maupun dengan kesyirikan. Berbeda dengan apa yang dijanjikan oleh setan, Allah justru memberikan ampunan kepada manusia dari dosa setelah ia bertaubat dan akan menganugerahkan kemuliaan serta rezeki yang melimpah.

Kemudian, sebagai penguat argumentasi, Al-Baghawi juga menampilkan beberapa hadits yang berkaitan dengan penjelasan yang mempertegas bahwa mengeluarkan harta untuk bersedekah, berinfak, dan berzakat itu tidak bisa menghabiskan harta, hadits itu menganjurkan mengeluarkan harta untuk kebaikan. Salah satunya adalah hadits yang bersumber dari Asma’. Dalam hadits tersebut, Rasulullah saw menganjurkan Asma’ untuk berinfak dan tidak memperhitungkan sebanyak apa yang ia keluarkan.

4 dari 4 halaman

Ampunan dan Kemuliaan Orang yang Bersedekah

Tidak jauh berbeda, Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya, Marah Labid li Kasyf Ma’na al-Qur’an al-Majid (Beirut, Darul Kutub al-‘Ilmiyah, 1996/I:99) menjelaskan lebih rinci bahwa dalam ayat tersebut, Iblis sebagai bagian dari golongan setan akan senantiasa menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan ketika mereka akan bersedekah.

Syekh Nawawi memberikan gambaran ungkapan Iblis ketika membisikkan hati manusia agar takut miskin. Jadi seakan-akan Iblis itu berbisik, “Simpan saja harta kalian itu. Sungguh, jika kalian kalian bersedekah maka kalian akan jatuh miskin.” Namun, selain menafsirkan lafaz “Syaithan” dalam ayat tersebut sebagai Iblis, Syekh Nawawi juga mengartikan lafaz “Syaithan” sebagai “An-Nafsu al-Ammarah”, yakni hawa nafsu dalam diri manusia yang cenderung menggiring ke perbuatan buruk.

Dalam konteks ayat ini, membisikkan manusia supaya takut miskin. Setelah menakuti-nakuti manusia akan kemiskinan, setan juga akan memerintahkan kepada manusia untuk berbuat keji, seperti berlaku pelit dan supaya tidak mau mengeluarkan zakat serta sedekah. Kebalikannya, dalam ayat tersebut jika setan menggoda manusia agar takut miskin sebab mengeluarkan harta di jalan Allah, Syekh Nawawi menjelaskan bahwa dalam lanjutan ayat ini, justru Allah swt akan memberikan ampunan bagi siapa saja yang berinfak.

Selain itu, Allah juga akan memberikan kemuliaan kepada mereka, yakni dengan memberikan pengganti yang lebih banyak dari harta yang telah dikeluarkan di dunia atau berupa pahala untuk akhirat. Menegaskan hal ini, Allah swt memberikan penjelasan bahwa Dia itu Maha Luas, yakni ampunan-Nya dan Maha Mengetahui akan niat-niat hamba-Nya ketika bersedekah atau mengeluarkan harta di jalan-Nya.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul