Liputan6.com, Cilacap - Mbah Sholeh Darat memiliki nama lengkap yakni Muhammad Shaleh ibn Umar As-Samarani al-Jawi as-Syafi’. Beliau dikenal sebagai maha guru dari para ulama dan tokoh Nusantara.
Adapun di antara murid-muridnya ialah KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU, KH Ahmad Dahlan, pendiri Persyarikatan Muhammadiyah dan RA Kartini, tokoh emansipasi wanita.
Selain tersohor keilmuannya yang tinggi, Mbah Soleh Darat juga diyakini oleh banyak orang sebagai seorang wali yang memiliki banyak karomah.
Advertisement
Baca Juga
Di antara karomah-karomah beliau yakni membuat mobil tentara Belanda mogok dan mengubah bongkahan batu menjadi emas di hadapan utusan pemerintah Belanda.
Berikut ini kisahnya sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @Ceritaislami836, Minggu (15/12/2024).
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Bikin Mobil Tentara Belanda Mogok
Dikisahkan, Al-‘Alim ‘alalamah Syaikh Muhammad Shaleh bin Umar As-Samarani al-Jawi as-Syafi'i atau lebih dikenal dengan nama Mbah Sholeh Darat ketika itu sedang berjalan kaki menuju Semarang.
Kemudian lewatlah tentara Belanda dengan berkendara mobil. Begitu mobil mereka menyalip Mbah Sholeh, tiba-tiba mogok. Mobil itu bisa berjalan lagi setelah tentara Belanda memberi tumpangan kepada Mbah Sholeh Darat.
Selain itu, karena mengetahui sosok Mbah Sholeh Darat memiliki pengaruh yang besar, pemerintah Belanda mencoba menyuap Mbah Sholeh Darat dengan sejumlah uang.
Advertisement
Ubah Bongkahan Batu Menjadi Emas
Maka diutuslah seorang untuk menghadiahkan banyak uang tersebut kepada Mbah Sholeh Darat dengan harapan Mbah Sholeh Darat bersedia berkompromi dengan penjajah Belanda.
Mengetahui hal itu, Mbah Sholeh Darat marah dan tiba-tiba beliau mengubah bongkahan batu menjadi emas di hadapan utusan Belanda.
Namun kemudian Mbah Sholeh Darat menyesal telah memperlihatkan karomahnya di depan orang. Hingga akhir hayatnya Mbah Sholeh Darat dikabarkan selau menangis jika mengingat kejadian tersebut.
Hingga saat itu makam Mbah Saleh darat selalu banyak dikunjungi para pejara untuk sekedar mendapat berkahnya. Wallahu a'lam bishawab.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Â