Sukses

Gempa Bantul dan Guyon Gus Dur tentang Nyai Roro Kidul Dipaksa Berjilbab

Gus Dur menceritakan bahwa seorang Kepala Satuan (Kasat) mendekatinya untuk bertanya soal gempa tersebut. Dengan gaya santainya, Gus Dur menjawab, "Itu mungkin gempa bumi terjadi karena Nyai Roro Kidul dipaksa pakai jilbab."

Liputan6.com, Jakarta - KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur selalu dikenal dengan kepandaiannya menghadirkan tawa di tengah suasana serius. Salah satu cerita yang hingga kini tetap diingat adalah jawaban uniknya ketika ditanya mengenai penyebab gempa bumi Bantul, Yogyakarta, pada tahun 2006.

Dalam sebuah wawancara, Gus Dur menceritakan bahwa seorang Kepala Satuan (Kasat) mendekatinya untuk bertanya soal gempa tersebut. Dengan gaya santainya, Gus Dur menjawab,

"Itu mungkin gempa bumi terjadi karena Nyai Roro Kidul dipaksa pakai jilbab." Jawaban itu langsung membuat semua yang mendengar tertawa terpingkal-pingkal.

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @kanalunik, pewawancara yang terkejut sempat bertanya lagi untuk memastikan apakah Gus Dur serius. Dengan tawa khasnya, Gus Dur menambahkan, “Lha iya, saya ini kan bukan ahli geologi, kok ditanya soal gempa.”

Jawaban ini semakin membuat suasana menjadi cair dan penuh gelak tawa.

Gempa Bantul yang menjadi latar cerita tersebut adalah salah satu bencana besar di Indonesia. Gempa ini mengguncang wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada Sabtu pagi, 27 Mei 2006, sekitar pukul 05:53 WIB.

Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut memiliki kekuatan 5,9 skala Richter. Sementara Survei Geologi Amerika Serikat melaporkan bahwa kekuatannya mencapai 6,3 skala momen magnitudo, dengan pusat gempa berada di dekat Sungai Opak pada kedalaman 12,5 kilometer.

Gempa ini berlangsung selama 57 detik, tetapi kerusakan yang ditimbulkan sangat parah. Bantul dan Klaten menjadi wilayah yang paling terdampak, dengan intensitas gempa mencapai level IX pada Skala Mercalli, yang berarti "sangat hebat."

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Tentang Gempa Jogja

Jumlah korban jiwa akibat bencana tersebut mencapai angka 5.778 hingga 6.234 orang, menjadikannya salah satu gempa paling mematikan di abad ke-21. Mayoritas korban jiwa berasal dari rumah-rumah warga yang tidak tahan gempa.

Selain konstruksi bangunan yang rapuh, waktu kejadian gempa pada pagi hari saat banyak orang masih tertidur juga menjadi salah satu penyebab tingginya jumlah korban. Gempa ini juga menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

Gus Dur, dengan jawaban jenakanya, berhasil mengubah suasana duka menjadi lebih ringan. Humor yang ia lontarkan tidak hanya menghibur, tetapi juga menunjukkan kepribadiannya yang unik. Ia selalu mampu menghadirkan sudut pandang berbeda dalam berbagai situasi.

Meski bukan seorang ahli geologi, Gus Dur tetap memberikan jawaban yang mengena. Ia sering kali menggunakan humor sebagai cara untuk menyampaikan pesan atau memberikan sudut pandang yang lebih sederhana.

Jawaban Gus Dur soal Nyai Roro Kidul yang dipaksa memakai jilbab memang bukan penjelasan ilmiah, tetapi hal itu menggambarkan sisi manusiawi dan jenaka seorang ulama besar. Cerita ini menjadi salah satu dari sekian banyak kisahnya yang terus diingat hingga kini.

Gempa bumi Bantul sendiri mengajarkan pentingnya mitigasi bencana. Wilayah yang terdampak menunjukkan bahwa banyak bangunan di Indonesia belum memenuhi standar tahan gempa. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat.

 

3 dari 3 halaman

Kekuatan Humor Gus Dur

Bencana tersebut juga menunjukkan bagaimana solidaritas masyarakat Indonesia terbangun. Bantuan datang dari berbagai daerah untuk membantu para korban, baik berupa kebutuhan pokok, tenaga medis, hingga rekonstruksi bangunan.

Selain itu, gempa ini juga menjadi pengingat akan pentingnya kesiapan menghadapi bencana alam, mengingat Indonesia berada di kawasan cincin api Pasifik yang rawan gempa.

Gus Dur, dalam banyak kesempatan, kerap menekankan pentingnya persatuan dan gotong-royong, terutama dalam menghadapi musibah. Hal ini pula yang tercermin dari respons masyarakat terhadap gempa Bantul.

Cerita humor yang ia sampaikan mungkin terkesan sederhana, tetapi memiliki makna mendalam. Gus Dur selalu percaya bahwa humor bisa menjadi alat untuk mengurangi ketegangan dan menghadirkan optimisme.

Melalui kisah ini, kita dapat melihat bahwa humor juga bisa menjadi pengingat tentang pentingnya menjaga kebersamaan. Gus Dur memberikan pelajaran bahwa di tengah musibah sekalipun, ada ruang untuk menghadirkan senyum dan tawa.

Kini, cerita tentang jawaban Gus Dur yang jenaka soal penyebab gempa Bantul terus dikenang sebagai salah satu momen yang memperlihatkan kebesaran jiwa seorang pemimpin. Kisah ini mengajarkan bahwa humor bisa menjadi bagian dari kebijaksanaan.

Gus Dur bukan hanya sosok yang dihormati karena pemikirannya, tetapi juga karena kehangatan dan selera humornya. Humor yang ia wariskan akan terus hidup di hati masyarakat Indonesia.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul