Liputan6.com, Cilacap - Hidup bertetangga adalah keniscayaan. Sebab, sepanjang hidupnya, seseorang akan hidup di lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial terdekat setelah keluarga adalah tetangga.
Tetangga baik tentu saja sangat berharga bagi kita. Sebab kebaikannya akan memberikan keberkahan dan kenyamanan dalam hubungan sosial.
Sebaliknya tetangga buruk tentu saja sangat menjengkelkan dan menjadi penyebab ketidakharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Bagi kiai nyentrik asal kota Rembang Jawa Tengah, yakni KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), tetangga baik atau buruk itu sama-sama baik berdasarkan pendapat Imam Syafi'i.
Baca Juga
Tentu saja mengherankan bagi banyak orang. Bagaimana bisa tetangga baik dan buruk sama-sama berdampak baik terhadap kita? Penasaran, simak ulasan Gus Baha selengkapnya di bawah ini!
Simak Video Pilihan Ini:
Sama-Sama Menyenangkan
Menurut Gus Baha, bagi Imam Syafi'i memiliki tetangga baik dan buruk itu sama-sama postif dan sama-sama menyebnangkan.
Menurut Imam Syafi'i jika kita mempunyai tetangga baik tentu saja senang, sebab memberikan kenyamanan dalam interaksi sosial dan hubungan sosial lainnya.
“Kita punya tetangga yang kurang baik ya senang, punya tetangga baik ya senang. Kata Imam Syafi’I, saya berkali-kali cerita,” tutur Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Short @ @MuharulizChannel, Senin (16/12/2024).
"Lho kok senang semua? Kata Imam Syafi'i, "Ya baguslah, kalau yang senang saya enaklah diajak ngobrol, diajak ngopi," sambungnya.
demikian halnya jika kita memiliki tetangga kurang baik juga tetap senang. Pasalnya saat kita punya tetangga tidak baik dan tidak menyukai kita maka kita akan repot sebab pinjam uang atau lainnya.
"Yang tidak senang saya tidak akan berutang," tuturnya.
"Kamu punya tetangga, tidak senang kamu, aman kan, tidak akan pinjam uang atau mobil kan? Sebab tidak senang kok," imbuhnya.
Advertisement
5 Etika Bertetangga dalam Islam
Merangkum laman yatimmandiri.org, berikut ini adab bertetangga dalam Islam.
1. Menghormati dan Menghargai Tetangga
Semua mukmin harus menghormati dan menghargai tetangga di sekeliling mereka. Sikap hormat dan menghargai ini dapat mencegah konflik antar tetangga.
Dalam kajian Ustadz Das’ad Latif disebutkan bahwa perilaku hormat dan menghargai tetangga telah diajarkan oleh Rasulullah. Sehingga, setiap mukmin harus meneladani sikap tersebut.
Ajaran Nabi tersebut dapat dilihat pada penggalan hadits HR Bukhari dan Muslim yang berbunyi “… Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, sebaiknya ia memuliakan tetangganya. …”
2. Memperlakukan Tetangga dengan Baik
Berbuat baik kepada tetangga juga merupakan perintah Allah. Perintah ini tersurat dalam QS An-Nisa ayat 36. Bunyi dan Arti dari ayat tersebut adalah sebagai berikut.
۞ وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ
“Dan sembahlah Allah serta janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”
3. Saling Berbagi dan Tidak Meremehkan Pemberian
Berbagi makanan dengan tetangga sangat dianjurkan dalam agama Islam. Memberi makanan kepada tetangga dapat membantu mereka mengatasi kesulitan dan mempererat silaturahmi.
Ada setidaknya dua hadits yang berisi anjuran untuk saling berbagi terhadap tetangga dan tidak meremehkan pemberian tetangga. Arti dari kedua hadits tersebut adalah sebagai berikut.
“Wahai istri-istri kaum muslimin, jangan sampai seorang tetangga meremehkan pemberian tetangganya, meski hanya berupa kaki kambing.” (HR Bukhari & Muslim)
“Wahai Abu Dzaar, apabila engkau memasak sayur maka perbanyaklah kuahnya dan bagikanlah kepada tetangga-tetanggamu.” (HR. Muslim)
Etika Bertetangga dalam Islam (4-5)
4. Tidak Menyakiti Tetangga
Seorang muslim dilarang menyakiti tetangga baik melalui perbuatan maupun perkataan. Menyakiti tetangga dapat mengakibatkan dampak yang cukup serius.
Hal ini karena doa seseorang yang terzalimi akan dikabulkan oleh Allah SWT. Tetangga yang tersakiti biasanya akan mengucapkan doa yang kurang baik yang ditujukan kepada si zalim.
Jika doa ini terkabul, maka Sahabat dapat mengalami hal yang kurang menyenangkan. Selain itu, menyakiti tetangga juga merupakan perbuatan tercela yang tidak disukai oleh Allah dan Rasulullah.
Beberapa hadits menjelaskan larangan menyakiti tetangga. Salah satu hadits ini mengajarkan kaum muslimin yang mengimani Allah dan hari akhir untuk tidak menyakiti tetangganya.
5. Tidak Mengusik atau Mengganggu Tetangga
Adab bertetangga dalam Islam yang kelima adalah tidak mengusik atau mengganggu tetangga. Perbuatan atau ucapan yang tidak mengusik tetangga dapat menjaga kerukunan antar warga.
Mengutip dari Al-Adab Al-Mufrad no 119, Rasulullah pernah berkata bahwa seorang mukmin yang rajin sholat, puasa, dan sedekah akan masuk neraka jika perkataannya sering mengusik tetangga.
Baginda Nabi juga bersabda bahwa seseorang yang hanya melakukan sholat fardhu, puasa wajib, dan sedekah akan masuk surga jika ia tidak mengganggu tetangganya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement