Sukses

Jangan Terlalu Serius Mengejar Dunia, Nasib Kita di Akhirat Belum Jelas Kata UAH

Dunia ini telah diatur oleh Allah, sementara nasib di akhirat bergantung pada amal perbuatan kita selama hidup di dunia. Oleh karena itu, persiapkanlah diri dengan sebaik-baiknya.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam menjalani kehidupan, kita sering dihadapkan pada tuntutan untuk meraih kesuksesan di dunia. Banyak orang yang bekerja keras mengejar kekayaan, ketenaran, maupun status sosial.

Namun, seringkali lupa bahwa semua usaha dan kerja keras di dunia ini bersifat sementara. Dunia, dengan segala kenikmatan dan pencapaiannya, bukanlah tujuan hidup yang sesungguhnya.

Tujuan abadi tidak lain hanyalah akhirat, tempat di mana setiap amal perbuatan kita akan dihitung dan setiap langkah hidup akan mendapatkan balasan yang sesuai dengan apa yang telah dilakukan selama hidup dunia.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz Adi hidayat bahwasanya dunia ini adalah tempat untuk mempersiapkan kemuliaan hidup di akhirat. Jangan terlalu serius dalam mengejar dunia, karena itu hanya akan menyesatkan.

Sebaliknya, persiapkan diri untuk kehidupan akhirat dengan memperkuat iman, banyak melakukan amal ibadah, dan senantiasa mengingat kematian sebagai peringatan bahwa hidup di dunia ini hanya sementara.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

2 dari 3 halaman

Ikhtiar Dunia untuk Kemuliaan Hidup di Akhirat

Kehidupan ini hanyalah sementara, namun banyak orang yang berlomba-lomba untuk meraih kesuksesan hidup di dunia hingga lalai dalam mempersiapkan bekal untuk akhiratnya.

"Jadi tidak usah terlalu serius untuk mendapatkan dunia. Dalam arti serius itu sehingga mengerahkan semua kemampuan bahkan untuk menyakiti orang lain, untuk apa?", kata UAH dikutip dari YouTube ceramah ustadz.

Dunia sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah begitupun jaminan rezeki bagi setiap makhluk-Nya. Sehingga tugas kita tidak lain adalah berikhtiar untuk sesuatu yang masih belum pasti yaitu kehidupan akhirat.

"Gunakan ikhtiar itu untuk dalam kehidupan dunia, untuk menjemput kemuliaan akhirat yang telah dijanjikan, satu," ucapnya.

3 dari 3 halaman

Manusia Kebanyakan Lalai dengan Dunia

Kendati demikian, banyak di antara kita terlena dengan kenikmatan dunia yang menyebabkan waktu terbuang sia-sia.

"Kebanyakannya senda gurau dan sesuatu yang sia-sia, pengen tampil indah, menarik perhatian, populer dikenal. Dunia itu," ujarnya.

Bisa kita perhatikan berapa banyak orang yang berpakaian, belanja, makan dan segala macamnya bukan karena kebutuhan tapi atas dasar keinginan atau gaya hidup.

"Sekarang orang bikin konten untuk menarik perhatian supaya dikenal, berapa banyak orang belanja, berpakaian bukan untuk menutupi aurat, sebetulnya standar kalau hanya sekedar nutupin aurat bebannya nggak banyak, nggak akan dikejar-kejar beban" jelasnya.

"Beli kendaraan itu bukan supaya sampai ke tujuan dengan cepat, supaya tetangga tahu saya punya mobil, supaya tetangga tahu saya punya sepeda, itu yang menyebabkan diupload, update status hanya untuk dilihat," sambungnya.

Hal seperti inilah yang menyebabkan beban hidup semakin berat dan lupa kalau suatu hari nanti kita akan meninggalkan dunia ini.

"Itu yang dikatakan Al Imam Al-Ghazali harusnya mencari satu benda, harusnya mencari lima mutiara, harusnya mencari enam permata. Akidah itu satu, lima rukun Islam, enam rukun iman itu yang kita pertahankan untuk pulang, cuman lupa. Nah itulah dunia," pungkasnya.