Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan rumah tangga, seorang suami wajib menafkahi keluarga. Komitmen ini merupakan kewajiban syar'i dan kelaziman dalam pranata sosial.
Namun begitu, ada kalanya ada suami yang tak menafkahi keluarganya. Ada pula yang sudah berusaha, namun nafkah yang diberikan tak mencukupi kebutuhan keluarga.
Advertisement
Baca Juga
Pertanyaannya kemudian, apakah seorang istri boleh menggugat cerai apabila suami tidak mencukupi nafkah keluarga?
Penjelasan Buya Yahya mengenai boleh dan tidaknya seorang istri menggugat suami yang tidak mencukupi nafkah keluarga menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Selasa (17/12/2024).
Artikel kedua yang juga populer yaitu kisah Syekh Nawawi al-Bantani menunjukkan karomahnya di depan ulama Arab. Beliau mendatangkan belut ke Tanah Suci untuk membuktikan perbedaan antara belut dengan ular.
Sementara, artikel ketiga yang juga menyita perhatian pembaca yaitu saat wiridan dianggap sesuatu yang tak penting dan tidak punya uang menjadi masalah serius, penjelasan Gus Baha.
Selengkapanya, mari simak Top 3 Islami.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
1. Suami Tidak Bisa Mencukupi Nafkah Rumah Tangga, Bolehkah Istri Gugat Cerai? Ini Kata Buya Yahya
Menjalin rumah tangga tentunya banyak sekali ujian dan cobaan. Cobaan yang umum di masyarakat ialah faktor finansial. Tidak sedikit rumah tangga bercerai dengan alasan karena suami tidak mampu menafkahi anak dan istri.
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya menjelaskan bahwa nafkah suami untuk istri dan anaknya merupakan amanah bagi seorang kepala rumah tangga.
"Tentunya dalam rumah tangga itu cara melihatnya kita harus punya macam-macam kacamata. Orang normal, suami cukup istri cukup, maka suami yang cukup ini biasa ngasih nafkah. Kalau gak ngasih nafkah, gila dia, masa anaknya nggak dikasih makan," kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Buya Yahya, Ahad (15/12/2024).
Jika suami tidak mampu memberi nafkah, jangan langsung digugat cerai. Menurut Buya Yahya, harus dilihat dahulu bagaimana kondisi suaminya. Sebab, ada karakter orang yang bangkrutan meskipun sudah berusaha sepenuhnya.
"Contoh ada pada zaman nabi ada seorang perempuan mengadu ke Rasulullah. ‘Ya Rasulullah saya punya suami nggak pernah ngasih nafkah ke saya’. Lalu nabi bertanya. ‘Terus kamu makannya pakai apa?’ ‘Alhamdulillah ada peninggalan kurma dari orang tua saya. Masih bisa makan. Cuma, masa saya terus yang nomboki ya Rasulallah?’," kata Buya Yahya mengisahkan.Â
Advertisement
2. Ketika Syekh Nawawi Tunjukkan Kewaliannya di Depan Ulama Arab Gara-Gara Ular dan Belut, Karomah Wali
Indonesia memiliki banyak ulama dan wali Allah yang tersohor hingga mancanegara. Salah satunya adalah Syekh Nawawi Al-Bantani. Beliau merupakan seorang ulama kelahiran Banten yang bertaraf internasional
Mengingat kecerdasan dan kemasyhurannya di bidang ilmu agama, Syekh Nawawi mendapat banyak julukan. Misalnya, Sayyid Ulama al-Hijaz (pemimpin ulama hijaz), al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang mumpuni ilmunya), A'yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah (tokoh ulama abad 14 Hijriah), hingga Imam Ulama al-Haramain, (Imam ulama dua kota suci).
Syekh Nawawi dikenal sebagai ulama yang sangat produktif menulis kitab. Karya-karya tulisnya sudah mencapai ratusan kitab, meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Bahkan, Syekh Nawawi juga sering mensyarahkan kitab dari ulama-ulama ternama.
Selain menulis kitab, Syekh Nawawi juga aktif mengajar. Bahkan, praktik mengajarnya sudah ia lakukan sejak usianya belum genap lima belas tahun. Ia pernah mencari tempat di pinggir pantai agar lebih leluasa mengajar murid-muridnya yang kian hari bertambah banyak.Â
Setelah usianya mencapai lima belas tahun, Syekh Nawawi berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan haji. Kesempatan tinggal di Makkah ia manfaatkan dengan berguru ke sejumlah ulama masyhur di sana.Â
Saat Syekh Nawawi di Tanah Suci, ada satu kisah karomah menarik yang sering dituturkan oleh ulama zaman sekarang tentang kekeramatan Syekh Nawawi. Kisah itu menceritakan tentang Syekh Nawawi yang menunjukkan kewaliannya di depan ulama Arab.Â
3. Saat Wiridan Dianggap Tidak Penting tapi Gak Punya Duit Bermasalah Banget, Sindiran Pedas Gus Baha
Masyarakat sering kali menganggap bahwa wirid atau zikir rutin hanyalah aktivitas tambahan tanpa efek nyata. Di sisi lain, kebutuhan finansial sering diprioritaskan secara mutlak.
Fenomena ini tidak lepas dari perhatian KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, yang menyampaikan pandangan kritis dalam salah satu ceramahnya. Dalam ceramahnya, Gus Baha menyebutkan bahwa pandangan tersebut adalah salah kaprah.
“Kita kalau nggak wiridan itu nggak ada efek samping, tapi kalau kamu nggak punya uang kan terus lemas karena ngerti itu terus uang itu penting, wiridan nggak penting. Nah, dari kesimpulan itu sebenarnya kita menjadi bodoh karena ketika Anda meninggal ternyata uang ini nggak penting, wiridan ini penting, tapi tahu kita terlambat setelah kita meninggal," ucapnya.
Pernyataan Gus Baha ini dikutip dari salah satu video di kanal YouTube @Pengaosangusbaha. Video tersebut mengajak umat untuk merenungkan kembali prioritas hidup yang sering kali lebih condong kepada duniawi dibandingkan urusan spiritual.
Gus Baha menjelaskan bahwa salah satu kesalahan terbesar manusia adalah menganggap uang sebagai segalanya. Kebutuhan materi memang penting, tetapi wirid yang dianggap remeh justru menjadi penyelamat di akhirat. Sayangnya, kesadaran ini sering datang terlambat.
Pemahaman ini seolah mencerminkan kenyataan banyak orang yang fokus pada kebutuhan duniawi tanpa menyadari pentingnya investasi spiritual. Gus Baha menegaskan bahwa wirid memiliki efek yang nyata, meski dampaknya baru terasa setelah kehidupan dunia berakhir.
Advertisement