Liputan6.com, Jakarta - Penciptaan siang dan malam adalah sebuah hikmah besar dalam kehidupan manusia, yang menjadi pengingat bagi umat Islam untuk terus melaksanakan ibadah, bekerja, dan beristirahat sesuai dengan perintah-Nya.
Waktu adalah pemberian yang telah ditentukan awal dan batas akhirnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Furqan ayat 62,
وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
Artinya: Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.
Advertisement
Baca Juga
Oleh karena itu, sebagai seorang muslim langkah bijak yang seharusnya dilakukan adalah memanfaatkan waktu secara optimal untuk beribadah sehingga setiap aktivitas yang dijalankan menjadi lebih berkah dan bermanfaat.
Saksikan Video Pilihan ini:
Anjuran Tidur Sejenak Menjelang Waktu Dzuhur
Dikutip dari NU Online, ada satu bab menarik untuk dikaji bersama adalah Adab al-Isti’dad Lisairi ash-Shalawat. Bab ini diawali pembahasan persiapan menjelang sholat dzuhur.
Amalan pertama yang disebutkan dalam tulisan beliau adalah fataqaddim al-qailulata (maka dahulukan qailulah). Menurut Syekh Nawawi, qailulah adalah tidur di tengah hari.
Salah satu keutamaannya adalah dapat menolong agar dapat bangun malam. Dan banyak artikel mengaji tentang ini, terutama arti dan ketentuannya.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, qailulah merupakan tidur sebentar menjelang datangnya waktu sholat zuhur. Dalam kitabnya Syekh Nawawi menambahkan, hendaknya bangun dari qailulah sebelum matahari tergelincir (sebelum datang waktu zuhur).
Kemudian mengambil air wudhu hingga terdengar suara adzan dan menjawab setiap seruannya.
Advertisement
Keutamaan Sholat Sunnah sebelum Dzuhur
Amaliah selanjutnya berdasarkan sunnah Rasulullah adalah sholat sunnah empat rakaat sebelum melaksanakan sholat dzuhur. Sebagaimana redaksinya tertulis,
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallama memanjangkan sholatnya (empat rakaat), dan bersabda, ‘Waktu tergelincirnya matahari adalah waktu dibukanya pintu-pintu langit, maka saya lebih suka amal baik saya diangkat pada waktu tersebut’. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Ayub al-Anshari” (Syekh Nawawi al-Jawi dalam Syarah Maraqil Ubudiyah, Semarang: Toha Putra, hal. 36-37).
Melanjutkan sabdanya, Rasulullah menjelaskan keutamaan sholat empat rakaat dari Abi Hurairah radliallahu ‘anhu
“Sungguh barang siapa sholat empat rakaat (setelah matahari tergelincir) dengan menyempurnakan ruku’, sujud, dan bacaannya, maka sholat bersamanya tujuh puluh ribu malaikat, dan mereka memohonkan ampunan baginya sampai waktu malam.”
Demikian itulah keutamaan yang sepertinya banyak dari umat Islam belum mengetahuinya. Atau mengetahui namun belum sempat mempraktikannya. Bagaimana tidak, waktu tersebut adalah waktu sibuk-sibuknya orang dengan urusan duniawi. Bukan saja tidak sempat untuk qailulah, makan saja sering kali terabaikan.
Dengan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dan ber-muhasabah diri, setidaknya dapat mulai mengatur waktu, menyeimbangkan amal dunia dan akhirat agar setiap waktunya bernilai positif. Dan pada akhirnya akan mendapatkan keberkahan waktu, umur dan mencapai kesempurnaan diri sebagai khalifah dan hamba Allah di bumi.