Liputan6.com, Jakarta - Perbincangan mengenai kecantikan wanita dunia dibandingkan dengan bidadari surga sering menjadi topik yang menarik untuk dibahas, kadang topik ini juga menjadi pembicaraan masyarakat saat ngariung bareng.
Buya Yahya, pengasuh LPD Al-Bahjah, memberikan pandangan mendalam terkait hal ini dalam sebuah ceramah.
Dalam ceramah tersebut, ia mengupas perbandingan kecantikan wanita dunia dengan bidadari surga.
Advertisement
Buya Yahya menjelaskan bahwa bidadari memang memiliki kecantikan luar biasa yang tidak tertandingi oleh manusia di dunia. Namun, wanita dunia yang masuk surga memiliki keutamaan lebih besar dibandingkan dengan bidadari.
"Jika bidadari surga dibandingkan dengan manusia dunia, bidadari jelas lebih cantik. Namun, manusia dunia yang masuk surga akan jauh lebih cantik dibandingkan bidadari," jelasnya, dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial.Â
Menurut Buya Yahya, kecantikan seorang wanita dunia yang masuk surga tidak hanya berasal dari penampilannya, tetapi juga dari amal salehnya. Hal ini menjadi kelebihan utama dibandingkan kecantikan bidadari surga.
Buya Yahya juga menekankan pentingnya memahami gambaran Al-Qur'an terkait kecantikan bidadari dan wanita surga. Gambaran tersebut tidak boleh menjadi alasan kecemburuan, melainkan motivasi untuk berbuat amal saleh.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Wanita yang Masuk Surga
"Allah memberikan perbandingan ini sebagai pelajaran, bukan untuk membuat manusia iri. Wanita dunia yang masuk surga mendapatkan kedudukan yang jauh lebih istimewa," tambahnya.
Ia juga menyoroti perbedaan antara manusia di dunia dan surga. Menurut Buya Yahya, manusia dunia adalah makhluk dengan tanggung jawab besar yang kelak akan mendapatkan balasan atas amalnya di akhirat.
Wanita yang menjalani kehidupan dengan penuh amal saleh, ketakwaan, dan pengabdian kepada Allah akan diberikan keindahan yang tidak dapat dibandingkan dengan makhluk lainnya, termasuk bidadari.
Pandangan ini memberikan penjelasan mendalam tentang bagaimana Al-Qur'an menggambarkan kedudukan wanita di dunia dan akhirat. Buya Yahya menekankan bahwa amal saleh menjadi kunci utama untuk meraih keindahan abadi di surga.
"Manusia dunia yang masuk surga tidak hanya cantik secara fisik, tetapi juga memiliki keindahan hati dan amal yang tak ternilai. Hal ini menjadikan mereka lebih istimewa daripada bidadari," ujarnya.
Buya Yahya juga mengingatkan bahwa gambaran ini tidak boleh disalahartikan. Wanita dunia yang hidup di dunia harus fokus pada ibadah dan kebaikan, bukan membandingkan dirinya dengan bidadari.
Kecantikan yang sejati, menurut Buya Yahya, bukan hanya soal penampilan luar. Wanita dunia yang memiliki akhlak mulia, kelembutan hati, dan amal saleh adalah sosok yang memancarkan keindahan sejati.
Â
Advertisement
Jadi, Jangan Fokus pada Kecantikan Fisik
Pandangan ini memberikan penguatan kepada wanita untuk tidak hanya fokus pada kecantikan fisik, tetapi juga pada kecantikan batin. Keindahan yang berasal dari amal saleh akan bertahan hingga ke akhirat.
Buya Yahya menegaskan bahwa wanita dunia memiliki kesempatan besar untuk menjadi lebih cantik dari bidadari. Dengan amal saleh, mereka tidak hanya mendapatkan keindahan, tetapi juga kedudukan tinggi di sisi Allah.
Ceramah ini menjadi pengingat bagi para wanita untuk memprioritaskan amal dan ibadah dalam kehidupannya. Hal ini juga menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang beriman.
Pada akhirnya, kecantikan sejati adalah perpaduan antara fisik, akhlak, dan amal. Gambaran ini menjadi motivasi untuk terus memperbaiki diri dan berusaha meraih keindahan yang hakiki.
Penjelasan Buya Yahya ini mengajak setiap wanita untuk memahami makna kecantikan sejati. Dengan amal saleh, wanita dunia tidak hanya menjadi lebih cantik dari bidadari, tetapi juga mendapatkan kebahagiaan abadi di surga.
Melalui ceramah ini, Buya Yahya memberikan panduan spiritual yang dapat dijadikan pedoman hidup. Kecantikan fisik hanyalah sementara, tetapi keindahan yang berasal dari amal saleh akan kekal selamanya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul