Liputan6.com, Jakarta - Beban kehidupan sering kali dirasakan sebagai sesuatu yang berat, apalagi jika disertai dengan kecemasan dan tekanan yang datang dari berbagai arah. Banyak orang merasa terhimpit oleh beban hidup yang tak kunjung usai.
Dalam pandangan KH Yahya Zainul Ma'arif, atau yang dikenal dengan Buya Yahya, beban hidup sebenarnya bisa terasa lebih ringan jika kita memahami akar dari rasa terbebani tersebut.
Menurut Buya Yahya, permasalahan utama yang membuat seseorang merasa terbebani dalam hidup adalah rasa takut dan kecemasan terhadap kehidupan itu sendiri. Namun, Buya Yahya menjelaskan bahwa perasaan ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan sifat tamak dan rakus yang ada dalam diri manusia.
Advertisement
"Beban kehidupan itu ada hubungannya dengan tamak kita dan rakus kita," ujarnya dalam tayangan yang dikutip dari video di kanal YouTube @buyayahyaofficial.
Buya Yahya memberi nasihat, bahwa hidup yang dipenuhi dengan rasa tamak dan rakus membuat seseorang merasa tertekan dan terbebani. Sifat tamak dan rakus sering kali muncul karena keinginan untuk memiliki lebih, yang pada akhirnya justru membuat seseorang merasa tidak pernah cukup dengan apa yang dimilikinya.
"Kalau kita biasa membiasakan hidup sederhana, kita akan capek karena kita biasa hidup dengan ambisi atau hidup kita diatur oleh cara hidupnya orang lain," ujar Buya Yahya lebih lanjut.
Salah satu contoh yang Buya Yahya berikan adalah tentang sikap kita terhadap penilaian orang lain. Dalam masyarakat modern, banyak orang yang hidup dengan terus mencari perhatian dari orang lain.
"Jika kita mencari perhatian terus, apa kata orang, kata orang seolah-olah kita meletakkan belenggu di atas leher kita sendiri," ujar Buya Yahya. Mencari perhatian orang lain sering kali membuat seseorang merasa terjebak dalam keinginan untuk tampil sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh lingkungan sekitar.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Jauhi Sifat Tamak
Buya Yahya mengungkapkan bahwa ketakutan akan pandangan orang lain sering kali menjadi pemicu dari rasa terbebani. "Apa kata orang kita bingung, orang beli motor baru, kita ikut-ikutan beli, kita bingung," ujarnya. Ketika seseorang hanya mengikuti tren atau membeli barang untuk mendapatkan pengakuan, mereka sebenarnya sedang mengorbankan kebahagiaan dan kedamaian batin mereka sendiri.
Rasa cemas ini diperburuk dengan adanya keinginan untuk selalu memiliki yang terbaru atau yang terbaik. "Kita dikuasai oleh ketamaan, ikut-ikutan handphone baru beli, kita pengin beli terus, tersiksa," ujar Buya Yahya. Hal ini menciptakan tekanan yang tak berujung dan membuat hidup menjadi lebih berat.
Menurut Buya Yahya, dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW telah memberikan petunjuk yang sangat jelas untuk menjauhi sifat tamak dan rakus. Nabi melarang umatnya untuk terus-menerus terobsesi dengan dunia dan segala isinya.
"Makanya itu menjadikan hidup susah, tamak, rakus, dan Nabi melarang yang demikian itu," tegas Buya Yahya. Larangan ini bertujuan agar umat Islam tidak terjebak dalam hidup yang penuh dengan ambisi duniawi yang tidak pernah berakhir.
Buya Yahya juga menekankan pentingnya hidup dengan sederhana dan tidak terjebak dalam gaya hidup yang dipaksakan. "Hidup yang sederhana membuat kita lebih tenang dan tidak terbebani oleh tuntutan yang tidak perlu," ujarnya.
Dengan hidup sederhana, seseorang bisa lebih fokus pada hal-hal yang lebih penting dalam kehidupan, seperti keluarga, kesehatan, dan hubungan dengan Tuhan.
Menurut Buya Yahya, dengan mengurangi keinginan untuk memenuhi standar yang ditetapkan oleh orang lain, seseorang akan lebih merasa bebas dan bahagia. "Cobalah untuk hidup sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan," katanya. Ketika seseorang bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, hidup mereka akan terasa lebih ringan dan damai.
Buya Yahya juga mengingatkan umat untuk tidak terjebak dalam keserakahan yang membuat hidup semakin berat. "Serakah itu bukan hanya soal harta, tetapi juga soal waktu, perhatian, dan energi yang kita habiskan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat," ujarnya.
Ketika kita mulai mengejar hal-hal yang tidak penting, kita akan merasa kehabisan energi dan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih bermakna.
Advertisement
Ini Trik Konkret Kurangi Beban Hidup
Lebih jauh, Buya Yahya menegaskan bahwa salah satu cara untuk mengurangi beban hidup adalah dengan mengurangi keinginan untuk memiliki lebih dari yang dibutuhkan. "Janganlah hidup dalam kepanikan untuk mengejar dunia, karena dunia ini sementara," ujarnya. Dunia adalah tempat ujian, dan tujuan hidup yang sejati adalah mencari kebahagiaan yang abadi di akhirat.
Buya Yahya juga mengingatkan bahwa dalam hidup, yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat. "Jangan sampai dunia menjadikan kita lupa pada tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu mencari ridho Allah," ujarnya. Dengan fokus pada ridho Allah, seseorang akan merasa lebih tenang dan tidak terbebani oleh dunia.
Dalam pandangan Buya Yahya, salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati adalah dengan selalu bersyukur atas apa yang kita miliki. "Syukur itu adalah kunci kebahagiaan, dan kebahagiaan akan membuat hidup terasa lebih ringan," ujar Buya Yahya. Dengan bersyukur, seseorang akan merasa cukup dengan apa yang ada dan tidak terjebak dalam keinginan yang tak ada habisnya.
Buya Yahya juga menekankan bahwa kebahagiaan tidak terletak pada harta atau kekayaan, melainkan pada kedamaian batin dan hubungan yang baik dengan Allah. "Kebahagiaan sejati adalah ketika kita merasa dekat dengan Allah dan menerima segala yang Dia berikan dengan lapang dada," katanya. Dengan memiliki kedamaian batin, beban hidup akan terasa lebih ringan.
Buya Yahya mengajak umat untuk terus belajar dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, dengan menjauhi sifat-sifat yang bisa membuat hidup menjadi berat, seperti tamak, rakus, dan serakah. "Hidup dengan sederhana, bersyukur, dan tidak terobsesi dengan dunia adalah cara untuk mendapatkan hidup yang lebih ringan," ujar Buya Yahya.
Dengan pemahaman ini, Buya Yahya mengharapkan umat Islam bisa menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia, tanpa terbebani oleh tuntutan dunia yang tidak ada habisnya. "Beban hidup akan terasa ringan jika kita tidak terjebak dalam keserakahan dan selalu bersyukur," ujarnya sebagai penutup ceramah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul