Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, menjaga lisan adalah sebuah tantangan yang seringkali diabaikan. Padahal, tutur kata seseorang dapat menjadi cerminan karakter dan tanggung jawabnya di hadapan Allah SWT. Lisan yang terjaga dari kata-kata buruk dan tidak pantas akan membawa kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat.
KH Yahya Zainul Ma'arif, atau yang akrab disapa Buya Yahya, Pengasuh LPD Al Bahjah Cirebon, menekankan pentingnya menjaga ucapan dalam keseharian. Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial, Buya mengingatkan umat Islam untuk selalu berusaha berkata baik dan menjauhi tutur kata kotor dan jorok.
"Lisan kita harus kita jaga dari berucap dan bertutur kata yang kotor, yang jorok. Masyaallah, ayo kita biasakan jangan sampai naudzubillah ngomong kotor, ngomong jorok," ujar Buya Yahya dalam video tersebut.
Advertisement
Lebih lanjut, Buya Yahya menyoroti bahwa setiap perkataan manusia tidak terlepas dari perhitungan. Ada hisab atau hitungan yang harus dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Ia mengajak umat Islam untuk menyadari betapa besar tanggung jawab atas setiap ucapan yang terlontar.
Buya Yahya memberikan saran praktis untuk melatih kesadaran ini. Salah satunya adalah dengan merekam semua perkataan dari pagi hingga malam hari. Rekaman itu kemudian diperdengarkan kembali keesokan harinya, sebagai bahan introspeksi atas apa yang telah diucapkan.
"Berani gak besok kita langsung kita perdengarkan rekaman kita itu di depan santri-santri?" tantangnya. Menurutnya, langkah ini adalah bentuk kejujuran dalam menilai diri sendiri.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Biasakan Ucapkan Kalimah Thayibah
Selain itu, Buya Yahya menekankan pentingnya membiasakan diri mengucapkan kalimat toyibah, yakni perkataan yang baik. Dalam pandangan beliau, ucapan yang baik tidak hanya mendatangkan pahala, tetapi juga menjadi tanda ketakwaan seseorang.
Buyajuga menjelaskan bahwa ucapan manusia, jika tidak berupa zikir kepada Allah atau amar ma'ruf nahi mungkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran), bisa berubah menjadi dosa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kualitas setiap kata yang diucapkan.
"Kita biasakan omongan anak Adam itu akan jadi hukuman bagi dia, bukan pahala, kecuali zikir kepada Allah dan amar ma'ruf nahi mungkar," tegasnya.
Buya Yahya turut mengingatkan agar umat Islam berhati-hati dalam latah. Menurutnya, latah pun sebaiknya mengandung kebaikan, bukan sekadar ucapan kosong atau bahkan kata-kata yang tidak pantas.
"Masa latah nyebutnya gak berguna, naudzubillah. Kadang nyebut suatu yang gak pantas disebut," tuturnya. Ia mengajak umat Islam untuk melatih diri agar latah tetap membawa manfaat, seperti menyebut nama Allah atau doa.
Pesan ini tentu relevan dengan kehidupan modern yang sering kali dipenuhi oleh percakapan tidak bermakna, baik di dunia nyata maupun di media sosial. Dalam konteks ini, menjaga lisan juga berarti menjaga etika berkomunikasi di platform digital.
Advertisement
Susah Memang Kendalikan Ucapan, Karena Itu Jihad
Mengendalikan ucapan memang tidak mudah. Namun, dengan niat yang tulus dan latihan yang konsisten, hal ini dapat menjadi kebiasaan yang membawa kebaikan. Buya Yahya menyebutkan bahwa menjaga lisan adalah bagian dari jihad melawan hawa nafsu.
Ia juga mengingatkan bahwa lisan adalah salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan kepada manusia. Karena itu, sudah sepatutnya nikmat ini digunakan untuk hal-hal yang mendatangkan ridha-Nya.
Dalam Islam, lisan yang terjaga dapat menjadi jalan menuju surga. Sebaliknya, lisan yang tidak terkendali dapat menyeret seseorang pada dosa besar. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yang menyatakan bahwa sebagian besar penghuni neraka adalah mereka yang tidak menjaga lisannya.
Pesan Buya Yahya ini tidak hanya relevan bagi umat Islam, tetapi juga menjadi pengingat universal untuk semua manusia. Ucapan adalah bagian penting dari kehidupan yang dapat memengaruhi hubungan dengan sesama, bahkan masa depan seseorang.
Semoga kita semua dapat mempraktikkan pesan ini dalam kehidupan sehari-hari. Mari menjaga lisan, menjauhkan diri dari perkataan yang tidak pantas, dan menggantinya dengan kalimat thayibah yang penuh keberkahan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul