Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia tasawuf, keberadaan wali sering kali dikaitkan dengan kedalaman spiritual yang melampaui praktik ibadah yang kasat mata. Hal ini menjadi bahasan menarik ketika KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau Gus Baha, menguraikan pandangan tentang ibadah para wali yang sering terlihat biasa saja.
Gus Baha mengisahkan bahwa banyak wali yang ibadahnya tampak sederhana, namun memiliki kedalaman makna yang sulit diukur. Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @khairazzaadittaqwa, ia menjelaskan bagaimana seorang wali dapat memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Allah SWT meskipun ibadah lahiriahnya tampak tidak menonjol.
Menurut Gus Baha, wali adalah hamba Allah yang telah mencapai maqam tertentu, di mana hubungan mereka dengan Allah tidak selalu terlihat dari banyaknya amalan yang dilakukan.
Advertisement
"Mereka itu ibadahnya biasa-biasa saja, tapi nilainya luar biasa," ungkap Gus Baha saat menjelaskan sifat para wali yang mungkin tidak terdeteksi dari luar.
Ia melanjutkan dengan menyebut kisah Umar bin Abdul Aziz, yang dikenal sebagai khalifah kelima setelah Khulafaur Rasyidin. Umar bin Abdul Aziz sering menjadi contoh bagaimana seseorang yang sederhana dalam ibadah dapat memiliki kedekatan yang luar biasa dengan Allah SWT.
Saat Umar bin Abdul Aziz mendekati ajal, keadaannya justru dipenuhi dengan kebahagiaan. Di saat orang lain menangis, ia merasa sangat tenang dan penuh sukacita.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Akan Meninggal Justru Bahagia
"Ketika beliau akan meninggal, semua orang di sekitarnya menangis, tapi dia malah senang," kata Gus Baha, mengisahkan momen-momen terakhir Umar bin Abdul Aziz.
Saat ditanya mengapa ia begitu senang, Umar bin Abdul Aziz menjawab dengan keyakinan bahwa kematian adalah perjalanan menuju tempat terbaik, yaitu Allah SWT.
"Memangnya kalau saya mati itu kemana? Tempat terbaik, yaitu Allah," ujar Umar bin Abdul Aziz sebagaimana dikutip Gus Baha.
Gus Baha menjelaskan bahwa kebahagiaan seorang wali saat mendekati kematian adalah cerminan keyakinan mereka terhadap rahmat Allah. Para wali percaya bahwa kematian bukan akhir, melainkan awal perjalanan menuju keabadian di sisi-Nya.
Kisah ini juga menjadi pelajaran penting bagi umat Islam untuk tidak terlalu terfokus pada kuantitas ibadah, melainkan lebih kepada kualitas dan kedalaman hubungan dengan Allah SWT.
"Yang penting bukan seberapa banyak amalnya, tapi bagaimana hubungan kita dengan Allah," ujar Gus Baha dalam pengajiannya.
Ia menambahkan bahwa amal ibadah seorang wali sering kali disertai dengan keikhlasan yang luar biasa. Inilah yang membuat amal mereka bernilai sangat tinggi di sisi Allah, meskipun terlihat sederhana.
Advertisement
Jangan Remehkan Amal Kecil
Para wali juga dikenal memiliki pemahaman mendalam tentang hakikat kehidupan dan kematian. Mereka memahami bahwa segala sesuatu yang dilakukan di dunia hanyalah persiapan untuk kehidupan abadi di akhirat.
"Kematian adalah kepastian, tapi bagi seorang wali, itu adalah momen bertemu dengan kekasih sejati, yaitu Allah SWT," jelas Gus Baha.
Dalam konteks ini, Gus Baha mengajak umat Islam untuk tidak meremehkan amal kecil yang dilakukan dengan ikhlas. Amal sederhana, jika disertai dengan niat yang tulus, dapat menjadi jalan menuju keridhaan Allah.
Ia juga mengingatkan bahwa menjadi wali bukan berarti harus meninggalkan aktivitas duniawi sepenuhnya. Sebaliknya, seorang wali tetap menjalani kehidupan seperti biasa, namun dengan pemahaman spiritual yang mendalam.
"Para wali itu terlihat biasa saja dalam kesehariannya, tapi hati mereka penuh dengan zikir kepada Allah," katanya.
Melalui kisah ini, Gus Baha mengajarkan pentingnya introspeksi dan meningkatkan kualitas ibadah. Umat Islam diajak untuk terus memperbaiki hubungan dengan Allah tanpa terlalu terobsesi pada pandangan manusia.
Kisah Umar bin Abdul Aziz menjadi teladan bahwa kebahagiaan sejati adalah keyakinan terhadap rahmat Allah. Ketika seseorang hidup dengan keyakinan ini, maka tidak ada rasa takut saat menghadapi kematian.
Gus Baha menutup pengajiannya dengan mengingatkan bahwa rahmat Allah tidak terbatas. Seorang hamba yang berusaha mendekat kepada-Nya, meskipun dengan langkah kecil, akan mendapatkan cinta dan ampunan-Nya.
Semoga kisah ini menjadi inspirasi untuk memperbaiki kualitas ibadah dan memperkuat keyakinan kepada Allah SWT. Dengan demikian, setiap langkah yang diambil di dunia ini dapat menjadi bekal menuju kebahagiaan abadi di akhirat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul