Liputan6.com, Cilacap - Kiai Musyaffa atau lebih populer dengan sapaan Mbah Syaffa diakui sebagai seorang ulama Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Tak hanya itu, masyarakat sekitar mempercayainya bahwa Mbah Syaffa merupakan seorang wali yang memiliki karomah hebat.
Hingga kini, makam Mbah Syaffa kerap dikunjungi para peziarah dari berbagai pelosok tanah air, terlebih pada hari Kamis Wage sore dan Jum’at Kliwon.
Pada hari-hari itu biasanya para peziarah membeludak tidak seperti biasanya hingga mencapai ratusan bahkan ribuan peziarah.
Advertisement
Adapun salah satu karomah Mbah Syaffa terlihat saat seorang tentara atas izin Allah selamat meski kapal yang ditumpanginya hancur setelah terlebih dulu sowan kepada beliau untuk memohon doa restu.
Baca Juga
Berikut ini kisahnya sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @ceritaislami836, Selasa (24/12/2024).
Simak Video Pilihan Ini:
Selamat meski Kapal Hancur Lebur
Sekitar tahun 1960-an, Mbah Syafa’ kedatangan seorang tentara. Tentara itu bermaksud memohon restu, karena sebagai pembela negara dia mendapat tugas ikut dalam rombongan pasukan Trikora yang akan membebaskan Irian Jaya dari pendudukan Belanda.
Saat dia sampai di tempat tinggal Mbah Syafa’ dan mengemukakan maksudnya, Mbah Syafa’ tidak menjawab sepatah kata pun. Beliau hanya mengambil sebuah wajan yang telah di bakar hingga merah membara.
Oleh Mbah Syafa’ wajan itu di dekatkan ke kepala orang tersebut sambil dipukul beberapa kali. Sesaat kemudian beliau masuk kedalam rumah dan keluar dengan membawa tiga buah biji randu (Klentheng), lantas menyerahkannya pada orang itu.
Orang tersebut tidak mengerti apa maksud Mbah Syafa’, namun ia tetap menyimpan biji randu pemberian Mbah Syafa’. Di belakang hari, isyarat tersebut bisa diketahui setelah kapal yang ditumpangi tentara Indonesia hancur di tengah laut. Namun atas izin Allah orang tersebut selamat,”.
Advertisement
Menggali Tanah, Terus Baca Yasin meski Penjajah Datang
Dalam kisah yang lain diceritakan pada 1940-an, suatu hari Mbah Syafa’ menggali tanah hingga dalam. Orang-orang di sekitarnya merasa heran dengan apa yang dikerjakannya itu. Sebagian mengira tempat itu akan digunakan untuk memelihara ikan, sebagian yang lain menyangka akan dibuat sumur.
Setelah beberapa saat, orang baru sadar bahwa Mbah Syafa’ mengetahui peristiwa yang bakal terjadi belakangan. Karena tidak lama berselang, tentara Jepang menyerbu daerah Kaliwungu, dan lubang itu dipergunakan sebagai tempat persembunyian orang-orang yang ada di sekitarnya.
Ketika terjadi serangan tentara Jepang, masyarakat sudah panik dan lari kesana kemari mencari perlindungan. Namun Mbah Wali Syafa’ justru tenang-tenang saja di teras rumahnya membaca surat Yasin. Beberapa kali Mbah Wali membacanya, akhirnya tba-tiba berhentilah serangan montir tentara Jepang tadi.
“Ini Barokahnya bacaan surat Yasin yang dibaca Kiai Musyafa,” paparnya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul