Liputan6.com, Jakarta - Kiai Abdullah Zain Salam, Kajen, dikenal sebagai seorang ulama besar. Tak hanya itu, diyakini Mbah Dullah Salam adalah seorang wali.
Tapi, suatu ketika ada sosok yang membuat Mbah Dullah dibuat kikuk dan turun dari panggung. Lantas, Mbah Dullah mencium tangan seorang penjual dawet.
Advertisement
Baca Juga
Siapa dia? Kenapa Mbah Dullah turun panggung dan mencium tangan penjual dawet itu?
Artikel ini menjadi salah satu yang terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Rabu (25/12/2024).
Artikel kedua yang juga menyita perhatian adalah doa Imam Syafi'i untuk mayit. Menurut Gus Baha, doa ini seperti ijazah namun haram ditiru oleh orang awam.
Sementara, artikel ketiga yaitu sentilan Gus Baha mengenai orang yang begitu mudah menghakimi orang lain.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Kisah Mbah Dullah Kajen Tiba-Tiba Turun dari Panggung dan Cium Tangan Penjual Dawet, Siapa Dia?
Kepribadian para waliyullah selalu menyimpan pelajaran berharga. Salah satu kisah yang kerap menjadi inspirasi adalah tentang Kiai Abdullah Zain Salam atau Mbah Dullah, seorang ulama kharismatik yang dikenal karena sifat tawaduknya.
Kejadian ini memperlihatkan bagaimana seorang waliyullah memberikan penghormatan luar biasa kepada seorang penjual dawet.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SPORTS_30626, kisah ini bermula saat Mbah Dullah Salam menjadi tamu kehormatan dalam sebuah acara besar. Ribuan santri, tamu undangan, hingga pejabat pusat dan daerah telah memenuhi tempat tersebut. Kehadirannya dinantikan untuk memberikan sambutan penting.
Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Ketika hendak memberikan sambutan dari atas panggung, Mbah Dullah tiba-tiba turun. Semua orang yang hadir dibuat heran.
Di depan panggung, sudah duduk sejumlah kiai terkemuka. Tapi Mbah Dullah malah berjalan ke arah pinggir jalan, mendekati seorang penjual dawet.
Setelah sampai di tempat penjual dawet itu, Mbah Dullah menyapa dengan penuh hormat dan mencium tangannya. Peristiwa ini membuat ribuan pasang mata yang menyaksikan terpana.
Advertisement
2. Lafal Ijazah Doa Imam Syafi’i tapi Haram Ditiru, Gus Baha Beberkan Isinya
Doa memiliki kedalaman makna yang tak jarang menjadi warisan ilmu para ulama. Gus Baha, ulama ahli tafsir dari Rembang, membagikan kisah menarik tentang doa Imam Syafi’i yang diakui sebagai ijazah, namun haram untuk ditiru. Kisah ini mencerminkan kebijaksanaan dan keunikan pendekatan Imam Syafi’i dalam berdoa.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SUDARNOPRANOTO, Gus Baha menyebut doa tersebut sebagai bukti kedalaman iman Imam Syafi’i, meski doa ini kerap menimbulkan salah paham bagi sebagian orang.
Dengan nada santai, Gus Baha mengisahkan peristiwa di mana Imam Syafi’i diminta untuk mendoakan mayit. Gus Baha memulai ceritanya dengan menjelaskan bagaimana Imam Syafi’i dikenal sebagai ulama yang dihormati dan sering dimintai doa.
Pada suatu ketika, sebuah keluarga meminta Imam Syafi’i untuk datang dan mendoakan kerabat mereka yang telah meninggal dunia.
Menurut Gus Baha, Imam Syafi’i menyampaikan doa yang singkat namun penuh makna, “Ya Allah, Engkau tetap menjadi Tuhan meskipun tidak menyiksa orang ini. Jadi, menyiksa orang ini bukan kebutuhan-Mu. Kalau bukan kebutuhan-Mu, maka janganlah Engkau melakukannya.”
Doa ini kemudian memicu kekecewaan di hati keluarga mayit. Mereka merasa doa tersebut terlalu sederhana dan tidak seperti yang diharapkan dari seorang ulama besar seperti Imam Syafi’i. Hal ini menunjukkan bagaimana ekspektasi masyarakat terhadap doa seorang ulama bisa berbeda dari niat dan maknanya.
3. Menghakimi Orang Lain itu Mudah, Bisa Saja karena Itu Bukan Anak Anda Kata Gus Baha
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menemukan diri kita menghakimi atau mengecam orang lain karena perbuatan maksiat yang mereka lakukan. Namun, bagaimana jika kita diposisikan dalam situasi yang sama, yaitu menjadi orang yang terdekat dengan mereka yang berbuat maksiat? Apakah kita akan tetap seteguh itu dalam sikap kita?
Gus Baha, dalam ceramah yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @suudbulak2713, memberikan perspektif baru mengenai fenomena ini. Menurutnya, mengharamkan maksiat itu memang mudah, tetapi kadang kita merasa lebih keras menghakimi orang lain karena itu bukan orang yang kita cintai atau keluarga kita.
Dalam ceramahnya, Gus Baha membagikan analogi yang menarik untuk memahami perasaan ini. "Bayangkan kalau kamu jadi dia, misalnya kita mentang-mentang atasan otoriter sama bawahan. Bayangkan kalau kamu di posisi dia," kata Gus Baha.
Ia mengajak audiens untuk mencoba melihat dari sudut pandang orang yang melakukan kesalahan atau maksiat.
Gus Baha menjelaskan bahwa sering kali kita mudah untuk mengharamkan maksiat pada orang lain karena mereka bukanlah orang yang kita sayangi. Dalam konteks ini, ia memberikan contoh sederhana yang banyak dikenal orang.
"Makanya guyonannya orang Indonesia itu kan orang ngaramkan judi, tetapi kalau yang menang anak jenengan, alhamdulillah," tambahnya disertrai tawa.
Advertisement