Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, sering kali berbagi kisah menarik dalam ceramahnya. Salah satunya adalah pengalaman bertemu dengan seorang pakar komunisme yang semula menolak Islam. Kisah ini mengandung pelajaran penting tentang cara berdakwah dengan hikmah.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @masnawir, Gus Baha menceritakan momen saat seorang pakar komunisme menantangnya untuk menjelaskan konsep Tuhan dalam Islam. Tantangan tersebut menjadi awal dari dialog yang berujung pada sebuah keputusan besar.
“Saya pernah ketemu seorang pakar PKI, pakar komunis. Dia bilang, ‘Pak, saya tidak mau masuk Islam sebelum Anda bisa menjelaskan Tuhan siapa dalam Islam,’” ujar Gus Baha mengawali ceritanya.
Advertisement
Pertanyaan itu diakui Gus Baha cukup mengejutkan. Namun, ia tetap tenang dan memutuskan untuk memberikan jawaban yang sederhana namun mendalam. Dalam pandangannya, dakwah harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan tingkat pemahaman lawan bicara.
Gus Baha kemudian menjelaskan konsep Allah dalam Islam dengan menggunakan pendekatan logis yang mudah dipahami. Ia memulai dengan menjelaskan bahwa dalam bahasa Arab, Allah disebut sebagai musabbibul asbab, yang berarti "penyebab dari segala sebab."
“Dia tanya, ‘Kenapa Allah penting?’ Saya jelaskan, karena Allah adalah sebab dari segala sebab. Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti ada sebabnya, dan Allah adalah penyebab utama,” terang Gus Baha.
Baca Juga
Tolong Jangan Tinggalkan Dzikir Pendek Ini setelah Sholat Fardhu meski sedang Buru-Buru, Fadhilahnya Dahsyat Kata UAH
Jangan Tidur pada 3 Waktu Ini! Bisa Menghambat Rezeki dan Membahayakan Kesehatan
Jika Semasa Hidupnya Ahli Maksiat dan Jarang Sholat, Wajibkah Jenazahnya Disholati? Ini Kata Buya Yahya
Simak Video Pilihan Ini:
Dialog yang Asyik, Ujung yang Menarik
Penjelasan ini awalnya masih sulit diterima oleh pakar komunis tersebut. Namun, Gus Baha tidak menyerah. Ia terus memberikan analogi-analogi sederhana untuk menggambarkan bahwa keberadaan Allah adalah sesuatu yang logis dan dapat diterima oleh akal.
Ia juga menekankan bahwa dalam Islam, konsep Allah tidak hanya sebatas nama, tetapi mencakup peran-Nya sebagai pencipta, pengatur, dan pemelihara alam semesta. Dengan bahasa yang mudah dipahami, Gus Baha berhasil menyampaikan esensi ajaran Islam.
Dialog tersebut berlangsung cukup lama. Gus Baha mengakui bahwa butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi seseorang yang sudah terbentuk dalam ideologi tertentu. Namun, ia percaya bahwa dakwah harus dilakukan dengan kelembutan dan pemahaman yang mendalam.
Setelah mendapatkan penjelasan yang menyeluruh, pakar komunis tersebut akhirnya mulai memahami konsep Allah dalam Islam. Pemahaman itu menjadi titik balik baginya untuk mulai mempertimbangkan ajaran Islam dengan cara pandang yang baru.
“Ternyata dia selama ini salah paham. Dia mengira Islam hanya sekadar ritual tanpa penjelasan logis. Setelah dijelaskan, dia mulai terbuka dan akhirnya mau masuk Islam,” ungkap Gus Baha.
Peristiwa ini memberikan pelajaran penting tentang pendekatan dalam berdakwah. Gus Baha menunjukkan bahwa setiap orang memiliki tingkat pemahaman yang berbeda, sehingga metode dakwah harus disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Advertisement
Pentingnya Pemahaman yang Logis tentang Islam
Ia juga menyoroti pentingnya pemahaman mendalam tentang agama, terutama dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan kritis. Dakwah bukan hanya tentang menyampaikan ajaran, tetapi juga tentang bagaimana menjelaskan konsep agama dengan cara yang bisa diterima oleh akal sehat.
Gus Baha menambahkan bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan hikmah dan kebijaksanaan. Dengan pemahaman yang benar, Islam dapat menjadi jawaban atas berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan manusia.
Kisah ini menjadi bukti bahwa dialog yang baik dapat membuka hati seseorang. Dalam menghadapi tantangan, kesabaran dan ketenangan menjadi kunci utama untuk mencapai tujuan dakwah.
Melalui pendekatan logis yang disampaikan Gus Baha, pakar komunis tersebut tidak hanya memahami Islam, tetapi juga merasa yakin untuk memeluknya sebagai agama. Keputusan besar itu menjadi akhir dari dialog yang bermula dari keraguan.
Cerita ini juga menjadi pengingat bahwa dakwah tidak hanya tentang mengajak, tetapi juga tentang memahami kebutuhan dan kondisi orang yang diajak. Dengan cara itu, Islam dapat diterima sebagai agama yang rasional dan penuh kasih.
Pengalaman Gus Baha menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia menunjukkan bahwa dakwah adalah seni komunikasi yang membutuhkan ilmu, hikmah, dan kesabaran. Dialog yang ia sampaikan menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang mampu menjawab segala pertanyaan dengan cara yang bijak.
Hingga kini, kisah ini terus menjadi pengingat bahwa dakwah yang dilakukan dengan kelembutan dan penjelasan yang logis dapat membawa perubahan besar. Gus Baha, dengan kebijaksanaannya, memberikan teladan tentang bagaimana berdakwah dengan cara yang efektif dan penuh hikmah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul