Sukses

Apakah Penghafal Al-Qur'an Harus 30 Juz, Bagaimana jika Hafal Satu Surat Saja? Ini Penjelasan UAH

Ada penghafal Al-Qur'an yang hanya menghafal satu surat atau beberapa surat, namun mereka mampu mengamalkan isi dari surat tersebut dengan luar biasa

Liputan6.com, Jakarta - Penghafal Al-Qur'an merupakan sosok yang sangat dihormati dalam masyarakat Islam. Namun, tidak sedikit yang salah kaprah dengan menganggap bahwa seorang penghafal Al-Qur'an harus hafal seluruh 30 juz.

Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendiri Pusat Kajian Islam Quantum Akhyar Institute, dalam sebuah ceramahnya, menekankan bahwa pemahaman mengenai penghafal Al-Qur'an seharusnya lebih mendalam.

Dalam tayangan video yang dikutip dari kanal YouTube @Astry21, UAH menjelaskan bahwa penghafal Al-Qur'an tidak harus hafal 30 juz secara utuh. Bahkan, ada penghafal yang hanya menghafal satu surat atau beberapa surat, namun mereka mampu mengamalkan isi dari surat tersebut dengan luar biasa.

“Maaf ya maaf, jangan dibayangkan bahwa ahli Qur'an itu mesti hafal 30 juz,” ujar UAH, menanggapi pandangan umum yang menganggap hafalan 30 juz sebagai ukuran utama. “Bahkan ada yang hanya hafal satu surat, tetapi mereka pandai dalam mengamalkan isi surat tersebut.”

Pernyataan tersebut mengingatkan kita bahwa penghafal Al-Qur'an yang sejati adalah mereka yang tidak hanya menghafal, tetapi juga mampu mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya. Hafalan yang hanya sebatas memori tanpa implementasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi kurang bermakna.

UAH kemudian mengutip kalimat Abdullah bin Mas'ud, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang sangat terkenal. Abdullah bin Mas'ud berkata, “Perhatikan kalimatnya, per kata-katanya.” Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman terhadap setiap ayat Al-Qur'an yang kita hafal, bukan sekadar menghafal tanpa memahami maknanya.

Banyak sahabat di masa Nabi Muhammad SAW yang hafal Al-Qur'an hanya beberapa surat saja, tetapi mereka sangat pandai dalam mengamalkan isi surat-surat tersebut dalam kehidupan mereka. UAH menekankan pentingnya amal sebagai bentuk pengamalan Al-Qur'an, bukan hanya sekadar menghafal secara mekanis.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Jangan sampai Hafal Tapi Tak Bisa Amalkan Isinya

Lebih lanjut, UAH mengungkapkan bahwa salah satu kekhawatiran Abdullah bin Mas'ud adalah mengenai fenomena yang mungkin terjadi di masa depan. Ia khawatir akan ada orang-orang yang mampu menghafal Al-Qur'an dengan cepat, bahkan dalam waktu singkat, tetapi kesulitan dalam mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya.

“Abdullah bin Mas'ud khawatir di masanya atau di masa yang akan datang akan ada orang yang bisa hafal 30 juz dengan begitu mudahnya. Dalam 6 bulan, 3 bulan, bahkan 30 hari hafal Al-Qur'an dengan nomor, posisi, dan halamannya,” jelas UAH. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan dalam menghafal bukanlah yang utama, tetapi pengamalan terhadap ajaran Al-Qur'an yang jauh lebih penting.

Hafalan yang cepat tanpa pemahaman yang mendalam tidak akan membawa manfaat yang maksimal. “Namun, aku khawatir dia bisa cepat menghafal Qur'an, tapi sulit dalam mengamalkannya,” lanjut UAH, mengingatkan bahwa tujuan utama menghafal Al-Qur'an adalah untuk bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penting bagi setiap penghafal Al-Qur'an untuk terus menjaga kualitas amalannya. UAH menyarankan agar setiap penghafal tidak hanya menghafal ayat demi ayat, tetapi juga berusaha untuk memahami dan mengamalkan isi dari setiap ayat yang mereka hafal.

“Jangan sampai kita hanya menjadi penghafal Al-Qur'an yang hafal 30 juz, namun tidak tahu bagaimana mengaplikasikan ajaran-ajaran dalam kehidupan kita,” tegas UAH. Pesan ini penting untuk mengingatkan kita bahwa Al-Qur'an bukan hanya untuk dibaca dan dihafal, tetapi juga untuk diterapkan dalam kehidupan nyata.

Dalam ajaran Islam, penghafal Al-Qur'an yang sejati adalah mereka yang mampu menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Mereka tidak hanya menjaga hafalan mereka, tetapi juga menjaga agar setiap perbuatan mereka sejalan dengan ajaran Al-Qur'an.

3 dari 3 halaman

Yang Terbaik, Hafal Al-Qur'an dan Mengamalkannya

UAH juga mengingatkan bahwa penghafal Al-Qur'an yang pandai mengamalkan isi surat yang mereka hafal adalah contoh teladan yang seharusnya diikuti. Ketika seseorang bisa mempraktikkan ajaran-ajaran Al-Qur'an, maka ia telah menjadi contoh bagi orang lain dalam menjalani kehidupan yang penuh berkah.

Penghafal Al-Qur'an yang mengamalkan ilmunya dengan baik akan mendapatkan balasan yang sangat baik dari Allah. UAH mengingatkan kita bahwa keberkahan hidup akan didapatkan oleh mereka yang tidak hanya hafal, tetapi juga menerapkan ajaran Al-Qur'an dalam setiap aspek kehidupan mereka.

“Amal perbuatan kita yang sesuai dengan ajaran Al-Qur'an akan menjadi cahaya bagi hidup kita dan orang di sekitar kita,” ujar UAH, menggambarkan betapa pentingnya menerapkan ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut, UAH juga menekankan bahwa penghafal Al-Qur'an yang mampu mengamalkan isinya akan mendapatkan kehormatan yang besar di sisi Allah. Mereka adalah orang-orang yang menghidupkan Al-Qur'an dalam kehidupan mereka.

Keberkahan hidup yang datang dari mengamalkan Al-Qur'an bukan hanya dirasakan oleh penghafal itu sendiri, tetapi juga dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya. UAH menjelaskan bahwa dengan mengamalkan Al-Qur'an, kita dapat membawa manfaat bagi orang lain.

UAH juga mengingatkan bahwa di zaman sekarang, banyak orang yang sibuk menghafal Al-Qur'an dengan cara yang cepat tanpa memahami makna di balik ayat-ayatnya. Ia menekankan bahwa pengamalan Al-Qur'an adalah hal yang sangat penting agar kita tidak hanya menjadi penghafal, tetapi juga pelaksana ajaran Al-Qur'an yang sebenarnya.

Akhirnya, UAH menyimpulkan bahwa penghafal Al-Qur'an yang sejati adalah mereka yang tidak hanya menghafal, tetapi juga mengamalkan isi Al-Qur'an dengan sepenuh hati. Ini adalah tujuan utama dari menghafal Al-Qur'an, yakni agar kita bisa menjalani hidup yang penuh dengan kebaikan dan keberkahan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul