Liputan6.com, Jakarta - Belakangan, menghafal Al-Qur'an menjadi tren di kalangan muda usia. Ini adalah kabar baik yang perlu didorong dan dilestarikan.
Sebagian ada yang diberkahi hafal Al-Qur'an 30 juz. Beberapa lainnya hanya bisa 15 juz, 10 juz, 5 juz, atau hanya suratan pendek saja.
Advertisement
Baca Juga
Pertanyaannya kemudian, apakah penghafal Al-Qur'an mesti hafal 30 juz?
Penjelasan Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengenai penghafal Al-Qur'an apakah harus hafal 30 juz atau tidak menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Sabtu (28/12/2024).
Artikel kedua yang juga populer yaitu kisah Rasulullah SAW yang menegur sahabat karena berdoa meminta kesabaran sempurna.
Sementara, artikel ketiga terpopuler yaitu kisah karomah Mbah Kholil Bangkalan memperlihatkan Ka'bah dari lubang di dinding pengimaman masjid untuk menunjukkan arah kiblat yang benar kepada menantunya yang ngeyel.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1.Apakah Penghafal Al-Qur'an Harus 30 Juz, Bagaimana jika Hafal Satu Surat Saja? Ini Penjelasan UAH
Penghafal Al-Qur'an merupakan sosok yang sangat dihormati dalam masyarakat Islam. Namun, tidak sedikit yang salah kaprah dengan menganggap bahwa seorang penghafal Al-Qur'an harus hafal seluruh 30 juz.
Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendiri Pusat Kajian Islam Quantum Akhyar Institute, dalam sebuah ceramahnya, menekankan bahwa pemahaman mengenai penghafal Al-Qur'an seharusnya lebih mendalam.
Dalam tayangan video yang dikutip dari kanal YouTube @Astry21, UAH menjelaskan bahwa penghafal Al-Qur'an tidak harus hafal 30 juz secara utuh. Bahkan, ada penghafal yang hanya menghafal satu surat atau beberapa surat, namun mereka mampu mengamalkan isi dari surat tersebut dengan luar biasa.
“Maaf ya maaf, jangan dibayangkan bahwa ahli Qur'an itu mesti hafal 30 juz,” ujar UAH, menanggapi pandangan umum yang menganggap hafalan 30 juz sebagai ukuran utama. “Bahkan ada yang hanya hafal satu surat, tetapi mereka pandai dalam mengamalkan isi surat tersebut.”
Pernyataan tersebut mengingatkan kita bahwa penghafal Al-Qur'an yang sejati adalah mereka yang tidak hanya menghafal, tetapi juga mampu mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya. Hafalan yang hanya sebatas memori tanpa implementasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi kurang bermakna.
Advertisement
2. Kisah Rasulullah Menegur Sahabat yang Berdoa Minta Kesabaran Sempurna, Gus Baha Ungkap Alasannya
Doa menjadi salah satu wujud komunikasi seorang hamba kepada Sang Pencipta. Namun, ada pelajaran berharga yang disampaikan Nabi Muhammad kepada seorang sahabat yang berdoa meminta kesabaran sempurna. Pelajaran ini diceritakan oleh KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA di Rembang, Jawa Tengah.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @takmiralmukmin, Gus Baha mengisahkan kejadian menarik tentang sahabat Nabi yang ditegur karena doa tersebut. Doa itu terdengar sederhana dan religius, namun ternyata memiliki konsekuensi besar.
"Ada sahabat yang berdoa, 'Ya Allah, berikan saya kesabaran yang sempurna.' Mendengar doa itu, Nabi langsung menegur, 'Jangan, kamu tidak akan sanggup,'" ujar Gus Baha dalam ceramahnya.
Gus Baha menjelaskan, alasan Nabi menegur sahabat tersebut karena kesabaran sempurna bukanlah perkara mudah. “Kesabaran sempurna itu ujiannya ekstrem,” tambahnya.
Ia memberikan beberapa contoh. Dalam ujian kesabaran sempurna, seseorang bisa saja kehilangan pasangan hidup, kehilangan anak, dikejar-kejar utang, hingga gagal dalam menjalankan peran sosial seperti menjadi kiai. Semua itu, kata Gus Baha, adalah bentuk ujian berat yang tidak semua orang mampu menanggungnya.
“Kalau meminta kesabaran sempurna, bisa jadi ujiannya sampai pasanganmu minggat, anak-anakmu pergi, yang ngutangin nagih terus. Jadi Nabi mengingatkan, jangan minta seperti itu,” ujar Gus Baha.
3. Saat Mbah Kholil Bangkalan Tunjukkan Ka'bah di Makkah dari Lubang Kecil Pengimaman Masjid, Karomah Wali
Pernah terjadi sebuah kisah menarik antara Mbah Kholil Bangkalan dan menantunya, Kiai Muntaha. Saat itu, Kiai Muntaha sedang sibuk membangun sebuah masjid megah di daerahnya.
Sebagai seorang ulama yang alim, ia memastikan segala sesuatu berjalan sesuai syariat.
KH Muhammad Kholil bin Abdul Lathif atau Mbah Kholil adalah ulama besar Indonesia yang berasal dari Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Karenanya, di belakang namanya, ada nama Bangkalan. Mbah Kholil juga dikenal dengan sebutan Syaikhona Kholil Bangkalan.
Kembali ke kisah dengan menantunya, Mbah Kholil Bangkalan, mertuanya, memberikan sebuah peringatan. "Muntaha, arah kiblat masjidmu ini belum tepat. Ubahlah," ujar Mbah Kholil.
Meski telah diperingatkan, Kiai Muntaha memilih untuk melanjutkan proses pembangunan tanpa langsung mengindahkan nasihat tersebut.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SPORTS_30626, cerita ini menjadi sangat menarik karena melibatkan karomah yang luar biasa. Kiai Muntaha, meski terkenal dengan kealimannya, tetap menyelesaikan masjid hingga tahap akhir dan tinggal menunggu peresmian.
Mbah Kholil yang menyadari kekeliruan arah kiblat tetap sabar. Ia kembali menasihati Kiai Muntaha, "Ubahlah arah kiblat masjidmu ini." Namun, sang mantu tetap bersikeras pada perhitungannya sendiri. Mbah Kholil tidak marah, tetapi justru tersenyum bijak.
Advertisement