Sukses

Kisah Wali yang Jauhkan Diri dari Hiruk Pikuk Dunia tapi Malah Disalahkan, Gus Baha Ungkap Alasannya

Gus Baha mengisahkan pengalaman seorang wali yang memilih menyepi di gunung karena takut tergoda dosa dunia. Wali tersebut makan rerumputan dan menjauh dari manusia. Namun, seorang wali lain yang memiliki maqam lebih tinggi mendatangi dan menegurnya.

Liputan6.com, Jakarta - Uzlah, atau perilaku menyendiri untuk menyucikan jiwa, telah lama menjadi pembahasan dalam Islam. Namun, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, menceritakan kisah menarik tentang seorang wali yang melakukan uzlah tetapi justru dikritik oleh wali lainnya.

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SUDARNOPRANOTO, Gus Baha mengisahkan pengalaman seorang wali yang memilih menyepi di gunung karena takut tergoda dosa dunia. Wali tersebut makan rerumputan dan menjauh dari manusia.

Namun, seorang wali lain yang memiliki maqam lebih tinggi mendatangi dan menegurnya. “Tadi sebetulnya kamu itu tidak menghindari dosa, tapi malah parah,” ungkap Gus Baha mengutip pernyataan wali tersebut.

Menurut wali senior itu, meninggalkan umat tanpa pemimpin yang benar justru bisa membuat mereka dipimpin oleh kelompok yang sesat. Ini bisa mencakup ahli bid'ah, orang kafir, atau pihak-pihak lain yang menyesatkan. Uzlah dianggap bukan solusi dalam menghadapi realitas kehidupan.

Uzlah sendiri telah lama dikenal dalam Islam sebagai cara untuk menyucikan jiwa. Imam Ghazali misalnya, menyebutkan bahwa uzlah memungkinkan seseorang untuk istiqamah dalam ketaatan dan menghindari dosa-dosa sosial seperti riya atau ghibah.

Uzlah juga dapat membantu seseorang untuk fokus dalam ibadah, dzikir, dan menjauhkan diri dari godaan duniawi. Namun, uzlah yang dilakukan dengan alasan frustasi atau keputusasaan dalam menghadapi kenyataan hidup tidak dibenarkan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Uzlah dalam Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an, uzlah tidak dijelaskan secara rinci. Namun, salah satu isyaratnya terdapat dalam surat Al-Kahfi ayat 16, di mana diceritakan tentang Ashhabul Kahfi yang berlindung di gua untuk menyelamatkan iman mereka.

Meskipun demikian, ulama memiliki pandangan yang beragam tentang uzlah. Sebagian mendukungnya sebagai langkah untuk menghindari keburukan, sementara yang lain mengingatkan agar tidak meninggalkan kewajiban sosial kepada masyarakat.

Dalam hadis, Rasulullah SAW juga pernah menyebutkan keutamaan seorang mukmin yang berada di tempat terpencil, bertakwa kepada Allah, dan menjauhkan dirinya dari keburukan manusia. Namun, sikap ini tetap harus dibarengi dengan tanggung jawab sosial.

Menurut Gus Baha, kisah wali yang memilih uzlah tersebut menjadi pengingat penting. Dalam Islam, keberadaan seorang pemimpin yang membimbing umat jauh lebih utama daripada hanya menyelamatkan diri sendiri.

Uzlah memang memiliki nilai positif, tetapi jika tidak dilakukan dengan benar, justru bisa menjadi bumerang. Wali yang menyepi di gunung itu dianggap telah meninggalkan tanggung jawabnya sebagai pemimpin.

Gus Baha menambahkan, uzlah harus dilandasi niat yang murni karena Allah SWT, bukan semata-mata untuk menghindari kesulitan atau dosa. Niat yang salah dalam uzlah bisa membuatnya tidak mendapatkan berkah.

 

3 dari 3 halaman

Pahami SIkap Uzlah dengan Bijaksana

Sikap uzlah juga perlu disesuaikan dengan kondisi. Dalam situasi tertentu, seorang muslim justru harus hadir di tengah masyarakat untuk memberikan manfaat dan membimbing umat.

Uzlah yang benar adalah yang tetap memperhatikan kewajiban ibadah, seperti shalat, zakat, dan amal lainnya. Selain itu, pelaku uzlah harus siap menghadapi godaan hawa nafsu dengan mujahadah al-nafs.

Dalam konteks modern, uzlah dapat diartikan sebagai cara untuk menjaga ketenangan jiwa di tengah hiruk-pikuk dunia. Namun, pelaksanaannya harus tetap memperhatikan tanggung jawab sosial.

Kisah yang disampaikan Gus Baha ini menjadi pelajaran penting bagi umat Islam. Menghindari dosa tidak selalu berarti menjauhi dunia, melainkan tetap berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.

Uzlah hanya menjadi solusi ketika dilakukan dengan niat yang benar dan sesuai syariat. Namun, tanggung jawab sosial tidak boleh diabaikan, karena umat membutuhkan pemimpin yang membimbing mereka ke jalan yang lurus.

Gus Baha mengingatkan, umat Islam harus bijak dalam memahami konsep uzlah. Menjaga keseimbangan antara ibadah pribadi dan tanggung jawab sosial adalah kunci utama dalam menjalani kehidupan yang diridhai Allah SWT.

Dari kisah ini, dapat disimpulkan bahwa uzlah memiliki tempatnya sendiri dalam Islam, tetapi tidak selalu menjadi solusi untuk setiap permasalahan. Umat perlu memahami konteks dan situasi sebelum mengambil langkah tersebut.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul