Liputan6.com, Jakarta - Keluasan dan kedalaman ilmu dan spritualitas KH Abdurrahman Wahid sudah diketahui secara luas. Salah satu bukti betapa Gus Dur melampai yang tak tampak dikisahkan oleh salah satu sekretaris pribadi sekaligus pendereknya, Sastro al-Ngatawi.
Baca Juga
Advertisement
Suatu ketika, Gus Dur mengajak Satro berziarah ke kaki Gunung Lawu, sebuah makam yang kerap diziarahi kaum abangan. Sastropun heran.
Belakangan, Gus Dur membuka tabir di balik keberadaan makam ini. Ternyata, yang dimakamkan di tempat tersebut adalah wali qutub.
Artikel ini menjadi yang terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Rabu (1/1/2024).
Artikel kedua terpopuler yaitu Ustadz Adi Hidayat (UAH) yang membongkar hadis-hadis palsu tentang keutamaan bulan Rajab. Apa saja?
Sementara, artikel ketiga terpopuler yaitu waktu puasa Rajab terbaik dan amalan lainnya, menurut Mbah Moen.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Kisah Gus Dur Ungkap Makam Wali Qutub di Kaki Gunung Lawu yang Semula jadi Tempat Kaum Abangan Berziarah
Pernahkah kita membayangkan bagaimana seorang tokoh besar seperti KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mampu menyentuh dimensi spiritual yang jauh lebih dalam dari yang biasa kita lihat?
Salah satu pengalaman spiritual yang luar biasa terjadi ketika Gus Dur mengajak asisten pribadinya, Sastro al Ngatawi, untuk berziarah ke makam yang terletak di kaki Gunung Lawu. Ziarah ini bukanlah ziarah biasa, melainkan memiliki cerita yang luar biasa di baliknya.
Ki Sastro, yang dikenal sebagai mantan asisten pribadi Gus Dur, memiliki banyak kenangan yang sangat berharga dalam perjalanannya bersama Gus Dur. Salah satu pengalaman yang sangat mendalam baginya adalah ketika Gus Dur mengajaknya untuk berziarah ke makam Eyang Gusti Aji, sebuah makam yang terletak di kaki Gunung Lawu.
Makam wali itu sebelumbnya terkenal sebagai tempat ziarah bagi kelompok abangan, yang identik dengan keyakinan dan tradisi yang berbeda dengan umat Islam pada umumnya.
Kisah ini tercatat dalam penuturan Ki Sastro, yang pada suatu hari menerima ajakan Gus Dur untuk berziarah ke makam yang dikenal oleh kebanyakan orang sebagai tempat ziarah kaum abangan. Ki Sastro mengaku merasa heran ketika mendengar ajakan Gus Dur tersebut. "Gus, serius mau ajak ziarah ke Gunung Lawu? Itu kan tempat ziarah kaum abangan," tanya Ki Sastro dengan rasa heran. Gus Dur dengan tegas menjawab, "Iya, saya serius."
Advertisement
2. UAH Bongkar Hadis-Hadis Keutamaan Amalan Rajab yang Palsu, tapi Sudah Umum di Masyarakat
Pada bulan Rajab, umat Islam memiliki kesempatan untuk menabung bekal akhirat dengan memperbanyak perbuatan amal saleh. Hal ini karena tidak terlepas dari keutamaan Rajab sebagai bulan yang dimuliakan, di antaranya ialah ibadah yang dilakukan pada bulan tersebut akan dilipatgandakan.
Ada sejumlah amalan yang bisa dilakukan muslim saat memasuki Rajab, baik amalan khusus maupun umum yang biasa dikerjakan di bulan-bulan lain.
Amalan Rajab yang sering diingatkan oleh para ulama di awal bulannya adalah berpuasa. Menurut ulama kharismatik KH Maimoen Zubair alias Mbah Moen, waktu terbaik puasa Rajab adalah 10 hari pertamanya.
Selain puasa, umat Islam dapat memperbanyak sedekah, membaca istighfar, tasbih, dan perbuatan amal saleh lainnya. Masing-masing dari amalan tersebut memiliki keutamaan tersendiri.
Namun demikian, ternyata ada beberapa hadis tentang keutamaan amalan Rajab yang sering dijadikan rujukan tapi palsu. Hal itu diungkap oleh pendakwah Ustadz Adi Hidayat alias UAH dalam salah satu ceramahnya.
3. Ini Waktu Terbaik Puasa Rajab Menurut Mbah Moen Zubair, Jangan Terlewat!
Para ulama selalu mengingatkan agar umat Islam memanfaatkan keistimewaan bulan Rajab dengan memperbanyak aktivitas ibadah. Sebagaimana diketahui, Rajab adalah bulan yang dimuliakan sehingga amal-amal saleh yang dilakukan akan dilipatgandakan pahalanya.
Satu dari sekian banyak amalan Rajab yang sebaiknya dikerjakan muslim adalah puasa. Puasa Rajab termasuk ibadah sunnah yang sangat dianjurkan. Sayang apabila muslim melewatkan amalan ini, mengingat keutamaannya luar biasa.
Keutamaan mengerjakan puasa Rajab diterangkan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihyâ ‘Ulumiddîn (juz 3, h. 431). Dalam kitab tersebut, Imam al-Ghazali menjelaskan keutamaan puasa Rajab dengan mengutip dua hadis, salah satunya hadis berikut.
صوم يوم من شهر حرام أفضل من ثلاثين من غيره وصوم يوم من رمضان أفضل من ثلاثين من شهر حرام
Artinya: “Satu hari berpuasa pada bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), lebih utama dibanding berpuasa 30 hari pada bulan selainnya. Satu hari berpuasa pada bulan Ramadhan, lebih utama dibanding 30 hari berpuasa pada bulan haram.”
Terkait waktu pelaksanaannya, muslim dapat mengamalkan puasa Rajab kapan saja selama masih di bulan tersebut. Namun, ulama kharismatik KH Maimoen Zubair alias Mbah Moen memiliki perhitungan tersendiri terkait waktu terbaik puasa Rajab.
Lantas, kapan waktu terbaik puasa Rajab menurut Mbah Moen? Simak berikut penjelasannya.
Advertisement