Liputan6.com, Jakarta - Puasa di bulan Ramadhan hukumnya adalah wajib. Jika ditinggalkan, maka muslim harus menggantinya (qadha puasa) di waktu lain sebelum memasuki bulan suci berikutnya.
Qadha puasa Ramadhan dilakukan sejumlah puasa yang ditinggalkan. Misalnya, jika tidak puasa Ramadhan selama lima hari karena alasan syar’i, maka qadha puasanya juga lima hari.
Ketentuan qadha puasa Ramadhan telah disebutkan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 184.
Advertisement
“...Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain…”
Baca Juga
Pada dasarnya, qadha puasa Ramadhan boleh dilakukan kapan saja selama belum tiba Ramadhan berikutnya. Namun, alangkah baiknya disegerakan agar utang puasanya cepat selesai.
Muslim yang memiliki utang puasa Ramadhan dapat memanfaatkan kemuliaan bulan Rajab. Mengingat ibadah-ibadah yang dilakukan di bulan tersebut akan dilipatgandakan pahalanya karena termasuk bulan yang dimuliakan (asyhurul hurum).
Pada bulan Rajab juga terdapat puasa sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan. Sebagian ulama menekankan anjuran puasa Rajab di 10 hari pertama, seperti yang disampaikan KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.
Jika melaksanakan qadha puasa Ramadhan di bulan Rajab, apakah muslim memperoleh pahala dobel? Yakni pahala ganti puasa wajib dan ganjaran puasa sunnah Rajab. Simak berikut penjelasan dari Ustadz Abdul Somad alias UAS.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penjelasan UAS
Terkait hal tersebut, Ustadz Abdul Somad dalam suatu ceramahnya pernah menyampaikan bahwa mengqadha puasa Ramadhan boleh dilakukan di bulan Rajab. Meski niatnya adalah qadha puasa wajib, ia akan mendapat pahala kesunnahan melaksanakan puasa di bulan Rajab.
“Sunnahnya otomatis dapat. Bapak ibu yang qadha puasa hari Kamis (di bulan Rajab) qadhanya dapat, puasa Kamis-nya dapat, puasa Rajab-nya dapat, tapi niatnya qadha. Kalau niatnya (puasa) Kamis (atau puasa Rajab) tidak dapat qadha,” katanya dikutip dari YouTube Novita Rahma, Rabu (1/1/2025).
Maka dapat disimpulkan bahwa qadha puasa Ramadhan di bulan Rajab akan mendapat pahala dobel, terlebih lagi dilakukannya di hari-hari yang diutamakan berpuasa seperti Senin, Kamis, atau Ayyamul Bidh.
Pahala dobel itu dapat diperoleh dengan syarat niatnya adalah qadha puasa, bukan puasa sunnah. Jika niat utamanya puasa sunnah, maka tidak dihitung sebagai qadha puasa Ramadhan.
Advertisement
Beda Niat Puasa Sunnah dan Wajib
Mengutip keterangan dalam kitab Fathul Mu’in via situs Nahdlatul Ulama (NU), puasa Rajab dan puasa sunah lainnya sah dikerjakan dengan niat puasa secara mutlak, tidak menentukan jenis puasanya.
Misalnya dengan niat, “Saya niat berpuasa karena Allah”, tidak harus ditambahkan “karena melakukan kesunahan puasa Rajab”.
Berbeda dengan puasa qadha Ramadhan. Karena puasa wajib, maka wajib juga ditentukan jenis puasanya, misalkan dengan lafal, “Saya niat berpuasa qadha Ramadhan fardhu karena Allah”.
Dengan demikian, menggabungkan niat puasa Rajab dengan puasa qadha Ramadhan hukumnya diperbolehkan (sah) dan pahala keduanya bisa didapatkan. Bahkan menurut Syekh al-Barizi, meski hanya niat mengqadha puasa Ramadhan, secara otomatis pahala berpuasa Rajab bisa didapatkan.
Niat Qadha Puasa Ramadhan di Bulan Rajab
Niat qadha puasa Ramadan dapat dilakukan dari malam hari. Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT".
Wallahu a’lam.
Advertisement