Sukses

Kisah Sunan Gunung Jati Bikin Pasukan Pajajaran Tak Berdaya, Berbondong-bondong Masuk Islam  

Kisah pasukan Pajajaran yang mendadak lumpuh sebab karomah Sunan Gunung Jati

Liputan6.com, Cilacap - Sunan Gunung Jati merupakan salah satu anggota Walisongo atau beliau juga dikenal dengan nama Sayyid Kamila atau Syarif Hidayatullah.

Beliau lahir pada tahun 1448 M dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin dan Syarifah Mudain (Nyai rara Santang) di Mekah Al-Mukarramah.

Sunan Gunung Jati berdakwah di wilayah Jawa Barat, tepatnya di wilayah Cirebon, Banten dan sekitarnya. Dalam berdakwah beliau sangat memperhatikan kearifan local masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, dakwahnya mudah diterima masyarakat luas.

Sebagai seorang wali, Sunan Gunung Jati memiliki beberapa karomah yang sukar dinalar, salah satunya saat ia membuat pasukan Kerajaan Pajajaran mendadak lumpuh dan akhirnya mereka berbondong-bondong masuk Islam.

Simak kisah karomah Sunan Gunung Jati sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Kisah Hikmah, Kamis (02/01/2024) yang bertajuk “The Story of Karomah Sunan Gunung Jati."

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Melihat Cahaya Terang dari Arah Timur Laut

Alkisah, sebanyak 100 pasukan Kerajaan Pajajaran, yang setia kepada Prabu Siliwangi, bersama seorang patih yang juga dikenal dekat dengan raja, memilih memeluk Islam. Hal ini terjadi, berkat peran Sunan Gunung Jati.

Anggota Walisongo, bernama asli Syarif Hidayatullah atau Sayyid Al-Kamil, dikenal memiliki karomah yang tak dapat dilogika manusia. Sunan Gunung Jati, mampu membuat orang yang hendak menyerangnya lumpuh seketika, hal itu dirasakan oleh pasukan Pajajaran.

Proses ratusan pasukan Pajajaran dalam memeluk Islam ini, diwarnai peristiwa tak logis akal manusia. Dikisahkan dalam "Sajarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati: Naskah Mertasinga", terjemahan Amman N. Wahju, Prabu Siliwangi awalnya sering melihat cahaya yang sangat terang di arah timur laut.

Cahaya terang ini kian menganggu pikiran Prabu Siliwangi, sebab di sisi lain Ki Kuwu Carbon tak lagi mau membayar pajak terasi ke Pajajaran.

Tersiar kabar, Ki Kuwu telah tunduk kepada Syekh Maulana sebutan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, sehingga terhentinya pembayaran pajak itu, dan dia telah membangkang kepada pemerintah Pajajaran.

3 dari 3 halaman

Pasukan Pajajaran Mendadak Lumpuh dan Masuk Islam

Dua peristiwa itu mengganggu betul di alam pikiran Prabu Siliwangi. Oleh karenanya sang penguasa Pajajaran ini, memerintahkan anak buahnya untuk mengecek sumber cahaya terang terlebih dahulu. Sang patih bernama Patih Lembusasrah dan 100 pasukannya berangkat untuk memeriksa cahaya itu.

Patih Lembusasrah tiba di Carbon pada tengah malam, dan ternyata cahaya itu datang dari arah Gunung Jati. Sang patih Pajajaran dan 100 prajuritnya melanjutkan perjalanannya, dan telah tiba di Gunung Patuhunan. Keseratus prajuritnya yakin bahwa cahaya yang terlihat itu adalah cahayanya Bathara Luhung.

Setibanya di Gunung Sembung kemudian mereka maju menyerbu, akan tetapi senjatanya menjadi tidak berfungsi lagi, tombak dan rencong menjadi hancur lebur. Ki Patih lalu memerintahkan pasukannya untuk mengamuk dan menghancurkan musuh, akan tetapi ternyata popor dan bedil semuanya tidak berbunyi. Pasukan Pajajaran mencoba mendaki Gunung Kentaki, akan tetapi para prajurit itu kemudian menjadi tidak dapat bergerak, mereka menjadi tak berdaya terguguk-guguk terpaku di tempatnya.

Keesokan harinya Syarif Hidayatullah turun bersama Patih Keling, dan menjumpai pasukan Pajajaran yang telah lumpuh menjerit-jerit mohon ampun. Mereka memohon untuk dibiarkan hidup dan dipulihkan dari kelumpuhannya. Dengan tenang kemudian Syarif Hidayatullah menasehati pasukan itu sambil berkata "Ada obat yang mujarab berama dua Kalimah Syahadat, terimalah ini".

Pasukan itu menerima wejangan Kalimah dua dan mereka pun pulih kembali dan masuk agama Islam. Alhasil sesudah mengucapkan dua kalimat syahadat, 100 orang ini tidak mau pulang kembali ke negaranya, mereka memutuskan untuk tinggal berbakti kepada Syarif Hidayatullah an melupakan rajanya.

Dengan demikian pengikut Syekh Maulana sekarang menjadi empat ratus orang banyaknya, 100 orang dari Keling, 100 orang dari Cangkuang, 100 orang dari Kawu Carbon itu, dan 100 lagi dari pasukan Pajajaran, semuanya menjadi pengikutnya di Gunung Jati.

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda I Cingebul