Liputan6.com, Jakarta - Kisah-kisah dalam Al-Qur'an selalu memberikan pelajaran hidup yang mendalam bagi umat Islam. Salah satu kisah menarik yang dibagikan oleh Ustadz Adi Hidayat adalah mengenai Nabi Musa AS yang pernah terlibat dalam sebuah peristiwa luar biasa dengan malaikat maut.
Dalam sebuah video yang dikutip darii kanal YouTube @muhasabahislam1, Ustadz Adi Hidayat mengungkapkan kisah tersebut dengan penuh penghayatan.
Menurut Ustadz Adi Hidayat, Nabi Musa dikenal sebagai seorang nabi yang sangat tegas, bahkan dalam situasi yang luar biasa. "Nabi Musa tidak kalah tegas, malah tegasnya luar biasa. Bahkan, tenaganya 10 kali tenaga orang biasa," ungkap Ustadz Adi Hidayat. Kisah ini menunjukkan betapa kuatnya fisik Nabi Musa, namun ada satu momen yang sangat mengagetkan ketika ia harus berhadapan dengan malaikat maut.
Advertisement
Dalam ceritanya, Ustadz Adi Hidayat menyebutkan bahwa Nabi Musa AS pernah menampar malaikat maut. "Malaikat maut menyamar sebagai laki-laki dan masuk ke rumah Nabi Musa tanpa permisi. Begitu masuk, Nabi Musa menamparnya dan matanya keluar," jelasnya. Kejadian ini memang sangat mengejutkan, namun juga memberikan pelajaran penting tentang kekuasaan Allah.
Ustadz Adi Hidayat juga menambahkan bahwa peristiwa tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan sebagai bagian dari takdir yang sudah ditentukan. "Ini adalah gambaran bagaimana malaikat maut, yang sudah ditugaskan oleh Allah, datang tanpa memberi tanda atau permisi," ujarnya. Hal ini mengingatkan umat Islam bahwa kematian datang tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Menariknya, Ustadz Adi Hidayat juga menuturkan bahwa dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, dijelaskan bahwa malaikat maut tidak memberi kode terlebih dahulu sebelum menjemput nyawa seseorang. "Malaikat maut datang begitu saja, tanpa memberi isyarat," tambahnya. Hal ini mengingatkan setiap umat Islam agar selalu siap dalam menghadapi kematian.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Dakwah Nabi Musa AS
Dalam konteks dakwah, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa Nabi Musa AS pernah diutus untuk berdakwah kepada Raja Fir'aun. Dalam Al-Qur'an, khususnya dalam Surah Thaha, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa untuk menyampaikan dakwah kepada Fir'aun dengan cara yang lembut.
"Allah berfirman dalam Surah Thaha ayat 43-44, 'Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut'," jelasnya.
Ayat ini mengandung pesan penting tentang bagaimana seharusnya pendekatan dakwah dilakukan, terutama terhadap orang yang sudah jauh menyimpang dari jalan yang benar. "Meskipun Fir'aun adalah raja yang zalim, Nabi Musa diperintahkan untuk berbicara dengan lembut. Mungkin dengan kelembutan itu, Fir'aun bisa kembali ingat atau takut kepada Allah," ujar Ustadz Adi Hidayat.
Dalam penjelasannya, Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa cara berdakwah yang penuh kelembutan adalah kunci dalam menyampaikan pesan agama. "Lihatlah bagaimana Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk mendekati Fir'aun dengan lembut. Ini adalah pelajaran penting dalam berdakwah kepada siapa pun," tambahnya.
Lebih lanjut, Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa berbicara dengan kata-kata yang lembut tidak berarti lemah atau tidak tegas. "Kelembutan bukan berarti ketidakberanian. Nabi Musa tetap tegas dalam menghadapi Fir'aun, namun cara penyampaian dakwahnya yang penuh kelembutan adalah bagian dari strategi yang diajarkan Allah," jelasnya.
Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan bahwa dalam berdakwah, penting untuk mengenal karakter lawan bicara. "Kita harus tahu siapa yang kita hadapi dan bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikan pesan dakwah. Dengan cara yang tepat, mudah-mudahan mereka bisa menerima dan berubah menjadi lebih baik," ujarnya.
Kembali kepada kisah Nabi Musa dan malaikat maut, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa kejadian tersebut menunjukkan betapa tidak ada yang dapat menunda kematian. "Malaikat maut datang kepada siapa pun yang sudah ditentukan oleh Allah, tanpa ada yang bisa menundanya. Ini adalah pelajaran tentang takdir yang harus diterima dengan lapang dada," jelasnya.
Advertisement
Ambil Sebagai Renungan Kisah Seperti Ini
Ustadz Adi Hidayat juga menyarankan agar umat Islam tidak hanya mengenal kisah-kisah dalam Al-Qur'an, tetapi juga merenungkannya untuk mengambil pelajaran hidup. "Kisah Nabi Musa dengan malaikat maut ini adalah contoh bagaimana kita harus selalu siap menghadapinya. Jangan tunggu sampai kematian datang baru kita menyesal," pesannya.
Kematian adalah hal yang pasti, namun bagaimana kita menyambutnya tergantung pada amalan dan kesiapan kita. "Malaikat maut datang bukan karena kita siap atau tidak, tetapi karena itu adalah takdir yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, persiapkan diri dengan amal yang baik," ujar Ustadz Adi Hidayat.
Lebih lanjut, Ustadz Adi Hidayat menegaskan bahwa kita tidak perlu takut atau khawatir mengenai kematian, asalkan kita sudah mempersiapkan diri dengan amal sholeh. "Kematian akan datang kepada siapa saja, namun yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri sebelum ajal menjemput," tambahnya.
Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan agar setiap Muslim tidak meremehkan amal kecil sekalipun. "Setiap amal baik yang kita lakukan akan bernilai di hadapan Allah, dan itu bisa menjadi bekal kita di akhirat nanti," ujarnya. Amal baik akan menjadi penolong kita, terutama saat menghadapi kehidupan setelah mati.
Sebagai penutup, Ustadz Adi Hidayat mengajak umat Islam untuk selalu merenung dan memperbaiki diri. "Jangan menunda-nunda amal baik, karena kita tidak tahu kapan waktu kita akan tiba. Siapkan diri dari sekarang, agar ketika saatnya datang, kita bisa menghadapinya dengan tenang," pesannya.
Dengan memahami kisah Nabi Musa dan malaikat maut ini, Ustadz Adi Hidayat berharap umat Islam semakin sadar akan pentingnya persiapan dalam menghadapi kematian. "Mari kita persiapkan amal dan sikap yang baik agar kita bisa menerima kedatangan malaikat maut dengan hati yang lapang," tutupnya.
Kisah ini, memberi kita pemahaman mendalam bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan yang harus dihadapi dengan kesiapan dan keteguhan hati.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul