Sukses

Ikhtilaf Para Ulama tentang Asal Usul Penamaan Bulan Rajab

Terjadi perbedaan [endapat di kalangan para ulama tentang asal usul penamaan bulan Rajab.

Liputan6.com, Jakarta - Para ulama sepakat bahwa Rajab merupakan salah satu bulan yang mulia. Bulan ini merupakan bulan ketujuh dalam kalender Islam atau hijriyah.

Di bulan suci ini, umat Islam dianjurkan memperbanyak melaksanakan ibadah-ibadah sunah seperti puasa dan sholat sunah.

Berdasarkan riwayat, ibadah sunah yang dilaksanakan di bulan ini akan mendapatkan pahala yang besar. Rasululullah SAW bersabda,

مَنْ صَامَ يَوْمًا مِنْ أَشْهُرِ اللّٰهِ الْحُرُمِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا  

Artinya: “Barang siapa yang berpuasa satu hari pada bulan-bulan yang dimuliakan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), maka ia akan mendapat pahala puasa 30 hari.”

Dalam kaitannya dengan bulan mulia ini, salah satu yang menjadi pembahasan para ulama ialah terkait asal usul penamaan bulan Rajab. Rupanya pembahasan seputar ini terjadi perbedaan pendapat (ikhtilaf) di kalangan para ulama tentang asal usul penamaan bulam suci ini. 

Lantas bagaimana pendapat para ulama tentang asal usul penamaan bulan Rajab ini? Simak pembahasannya berikut ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ikhtilaf Para Ulama tentang Asal Usul Nama Rajab

Mencuplik lspt.or.id, Rajab diambil dari kata Tarjiib (ترجيب) yang artinya mengagungkan atau memuliakan (تعظيم). Demikianlah keterangan yang dinukil dari Kitab I’anatut Thalibin. 

Sementara itu, sumber lainnya mengatakan bahwa kata Rajab diungkapkan dalam kalimat Rajabtu as-Sya’ia (رجبت الشيئ), yang artinya aku mengagungkannya. Raajib (راجب) artinya orang yang mengagungkan tuannya.

Menurut Al-Laits, dari sinilah asal-usul bulan ini dinamakan Rajab. Sementara itu, pakar bahasa seperti Abu Ubaidah dan al-Asma’iy berpendapat bahwa Rajab berasal dari kata Rujbah (رجبة), bukan dari Tarjiib. 

Rujbah adalah kayu bercabang dua sebagai penopang pohon kurma. Fungsi ini mirip dengan rujmah (رجمة) hanya saja rujmah berbentuk bangunan batu. Teknologi ini digunakan Arab jahiliyah dalam rangka pemuliaan pohon kurma ketika berbuah lebat. (Lihat, Tahdzib al-Lughah, 11:39)

3 dari 3 halaman

Bulan Berhentinya Peperangan

Menurut Ibnu Al-Atsir, pada masa Jahiliyyah, mereka menamai bulan Rajab dengan sebutan Munashshlilul Asinnah, artinya mencabut mata tombak dan panah untuk membatalkan peperangan dan memutus sebab-sebab huru-hara. Karena Rajab menjadi penyebab terhentinya peperangan, maka sebutan itu dinisbatkan kepada Rajab. Masyarakat Arab sejak dulu sangat memuliakan Rajab melebihi bulan lainnya.

Bahkan, hal itu telah dilakukan sejak zaman Nabi Ibrahim AS yang melarang perang untuk dilakukan pada bulan itu. Apabila terjadi pembunuhan, maka akan dikenakan Diyah (denda). Imam Al-Hafiz Abu Hasan bin Muhammad Hasan al-Khalal (wafat 439 H) dalam salah satu kitab khususnya menjelaskan tentang keutamaan bulan Rajab mengutip riwayat Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : “Dikatakan kepada Rasulullah SAW, ‘Kenapa (bulan Rajab) dinamakan Rajab?’ Rasulullah menjawab: Karena sungguh banyak di dalamnya kebaikan untuk bulan Sya’ban dan Ramadan.” (Imam Abu Muhammad al-Khalal, Fadhailu Sayahri Rajab, [Lebanon, Beirut, Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama: 1996 H/1416 H], halaman 47).

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul