Liputan6.com, Jakarta - Puasa menjadi salah satu amalan yang sering diingatkan para ulama untuk dikerjakan. Namun demikian, sebagian masih ragu mengamalkan puasa Rajab karena alasan tidak ada dalil khusus tentang amalan tersebut.
Ulama asal Yaman, Habib Umar bin Hafidz mengungkapkan satu hadis tentang puasa Rajab. Hadis ini menerangkan bahwa Rasulullah SAW pernah melaksanakan puasa Rajab dan memuliakan bulan tersebut.
“Telah datang hadis shahih bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam puasa di bulan Rajab dan memuliakannya yakni mengagungkannya. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abul Hasan ali bin Muhammad Arrib'i dengan sanadnya yang para perawinya tsiqat,” kata Habib Umar dikutip dari YouTube Serba Serbi TV, Jumat (3/1/2025).
Advertisement
Baca Juga
“Bahwa 'Urwah bertanya kepada Sayyidina Abdullah bin Umar, ‘Apakah Rasulullah berpuasa di bulan Rajab?’ Ia menjawab, ‘Iya dan beliau memuliakan Rajab. Beliau puasa di bulan Rajab dan memuliakan bulan mulia ini,” demikian hadis yang disampaikan Habib Umar.
Tak hanya Habib Umar, beberapa ulama kharismatik Indonesia juga menyatakan puasa Rajab termasuk amalan sunnah yang baik dilakukan. Amalan ini pernah dilakukan Rasulullah SAW dan dalam waktu lain pernah tidak dikerjakan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Dalil Puasa Rajab Penjelasan Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya mengatakan bahwa terdapat riwayat dalam hadis shahih dari Sayyidina Utsman bin Hakim Al Anshari yang menjadi dasar pelaksanaan puasa Rajab.
“Sayyidina Utsman bin Hakim Al Anshari beliau bertanya ke Sayyidina Sa’id bin Jubair tentang puasa bulan Rajab. Beliau berkata, apa yang hendaknya kita lakukan di bulan Rajab?” ucap Buya Yahya mengutip hadis tersebut, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.
Kemudian Sayyidina Sa’id bin Jubair cerita bahwasanya pernah bertanya ke Sayyidina Anas bin Malik. Lalu Sayyidina Anas bercerita bahwasanya amalan nabi di bulan Rajab adalah berpuasa.
“Nabi pernah di suatu ketika di bulan Rajab puasa banyak sekali. Sampai para sahabat nabi mengatakan ini full puasanya kaya tidak ada bukanya. Tapi pernah juga di tahun lain di bulan Rajab itu nabi tidak berpuasa. Sampai kami itu mengatakan nabi sama sekali tidak puasa di bulan Rajab,” tutur Buya Yahya menyampaikan isi hadis.
Berdasarkan riwayat tersebut, Nabi Muhammad SAW pernah puasa penuh di bulan Rajab dan pernah juga tidak puasa di bulan Rajab.
“Apa kesimpulannya dari kejadian seperti itu? Jadi, semua amalan yang pernah dilakukan nabi kemudian setelah itu kadang ditinggalkan, itu adalah amal sunnah. Kalau diamalkan oleh nabi terus kita disuruh mengikuti jadilah wajib. Makanya yang namanya amalan sunnah itu nabi pernah melakukan lalu nabi pernah meninggalkannya,” jelas Buya Yahya.
Berdasarkan penjelasan Buya Yahya, hukum puasa Rajab adalah sunnah. Jika dilakukan akan mendatangkan pahala, bila ditinggalkan tidak menjadi dosa.
Advertisement
Dalil Puasa di Bulan Rajab Penjelasan UAH
Sementara itu, Ustadz Adi Hidayat atau UAH mengutip hadis Muslim nomor 1.960 dari riwayat Sayyidah Aisyah yang dikuatkan oleh keterangan Ibnu Abbas RA. Disebutkan bahwa nabi sering meningkatkan puasa di bulan-bulan haram, termasuk di bulan Rajab.
“Kata Sayyidah Aisyah termasuk juga kemudian Ibnu Abbas radhiallahu ta'ala anhuma, saya kadang melihat Nabi SAW sering puasa seakan-akan gak buka, tapi juga sering melihat beliau buka seakan-akan enggak puasa ya,” ucap UAH dikutip dari YouTube Media Dakwah Hikmah TV.
Berdasarkan hadis tersebut, UAH mengatakan, meningkatkan ibadah puasa di bulan haram seperti Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram boleh saja dilakukan. Walaupun tidak ada kekhususan mengkhususkan puasa di satu bulan saja.
“Kalau ada yang tanya boleh nggak saya puasa bulan Rajab? Silakan. Anda mau Senin puasa silakan, Kamis puasa silakan. Gak ada batas seperti hari-hari biasa. Cuma pahalanya ketika Anda kerjakan untuk menghindari maksiat maka bisa berlipat dari hari sebelumnya,” kata UAH.
UAH mengatakan, pelaksanaan puasa di bulan Rajab dapat dilakukan saat momentum yang biasa dilakukan puasa. Seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, dan puasa Dawud. Boleh juga puasa yang beruntun, misalnya Senin-Rabu puasa lalu Kamis tidak.
“Apa dalilnya? Tadi karena puasa di bulan-bulan hurum dianjurkan oleh Nabi SAW,” tegas UAH.
Adapun terkait keutamaan puasa di bulan Rajab, menurut UAH, tidak ada keutamaan khusus seperti jika puasa di bulan Rajab akan mendapatkan sungai Rajab di surga. Kemudian, jika puasa sehari di bulan Rajab maka akan diampuni semua dosa dan dibebaskan dari neraka.
“Kalau sudah bebas dari neraka ngapain puasa Ramadhan?” imbuh UAH kepada jemaah.
UAH menyimpulkan, keutamaan puasa di bulan Rajab sebetulnya keutamaan umum yang disebutkan dalam dalil-dalil masuk dalam kategori puasa dan ibadah di bulan bulan haram seperti keutamaan di tiga bulan yang lainnya.
“Tidak ada amalan-amalan khusus misalnya yang hadis-hadis yang menunjukkan keistimewaannya, tapi kalau Anda kerjakan silakan saja kerjakan dengan niat mengerjakan amalan-amalan rutinitas seperti yang lainnya dan pahala Allah berikan kepada Anda,” tandas UAH.
Niat Puasa Rajab
Bagi yang ingin mengamalkan puasa Rajab, Anda harus mengawalinya dengan niat. Waktu niat puasa Rajab adalah malam hari, yakni sejak terbenamnya matahari sampai terbit fajar. Berikut lafal niat puasa Rajab.
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma Rajaba sunnatan lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat puasa Rajab, sunnah karena Allah ta‘âlâ.”
Sebagaimana puasa sunnah pada umumnya, jika lupa membaca niat puasa Rajab pada malam hari, maka boleh niatnya siang hari, yakni dari pagi hari sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu dzuhur). Dengan catatan, belum makan ataupun minum apa-apa sejak terbit fajar hingga waktu niat dilakukan.
Berikut adalah lafal niat puasa Rajab ketika siang hari.
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا الْيَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri rajaba lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Rajab hari ini, sunnah karena Allah ta’âlâ.”
Wallahu a’lam.
Advertisement