Sukses

Tak Ada Amalan Khusus, Buya Yahya Ungkap Riwayat Palsu tentang Keutamaan Puasa Rajab

Buya Yahya mengatakan bahwa amalan-amalan yang biasa dilakukan di luar Rajab boleh dilakukan saat Rajab, termasuk puasa.

Liputan6.com, Jakarta - Perbincangan tentang amalan-amalan Rajab sering terjadi. Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya mengatakan, di antara perbincangannya memacu orang untuk melakukan kebaikan atau kadang ada perbincangan yang melemahkan orang melakukan kebaikan di bulan Rajab.

“Sebagian mengimbau untuk menghidupkan bulan Rajab dengan amalan-amalan, ibadah-ibadah seperti puasa dan lain-lainnya. Sebagian lagi menghalau atau menjauhkan dari mengamalkan hal hal tersebut,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Jumat (3/1/2025).

Menurut Buya Yahya, hal tersebut membuat sebagian muslim bimbang dan bingung. Orang yang semula biasa berbuat baik lalu memutus kebaikan yang pernah mereka lakukan karena mendengar berita semacam itu.

“Akan tetapi, tetap bagi orang yang cerdas adalah ingin tahu yang sesungguhnya kalaupun harus mengamalkan sesuatu amalan maka dia tidak melakukan kesalahan. Kalau meninggalkan satu amalan yang pernah dilakukan, bukan meninggalkan kebaikan yang sesungguhnya,” tutur Buya Yahya.

Buya Yahya mengamini bahwa terjadi perbedaan pendapat tentang amalan-amalan di Bulan Rajab. Buya Yahya secara gamblang sudah menuliskannya dalam buku berjudul Indahnya Memahami Perbedaan Ulama

“Sesungguhnya pembahasan tentang hukum (amalan) bulan Rajab itu sudah kami hadirkan panjang lebar dalam catatan buku yang kami tulis “Indahnya Memahami Perbedaan Ulama”. Maka kami alihkan semuanya untuk membaca kitab tersebut,” kata Buya Yahya.

Berikut adalah inti penjelasan Buya Yahya tentang amalan Rajab yang tertuang dalam karyanya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Tentang Hukum Puasa Rajab

Buya Yahya mengatakan bahwa Rajab adalah salah satu bulan haram yang dimuliakan Allah. Ada empat bulan haram yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. 

Di bulan mulia ini, umat Islam dianjurkan memperbanyak ibadah. Buya Yahya mengatakan bahwa amalan-amalan yang biasa dilakukan di luar Rajab boleh dilakukan saat Rajab, termasuk puasa.

Buya Yahya menyebut tidak ada riwayat larangan berpuasa di bulan Rajab. Justru yang ada adalah imbauan puasa secara umum. 

Buya Yahya kemudian mengutip hadis nabi tentang bulan Rajab yang selalu diisi oleh umat Rasulullah SAW dengan puasa. Hal itu membuat Nabi Muhammad SAW melakukan puasa di bulan Sya’ban, karena bulan ke-8 itu sering dilalaikan oleh umat Islam.

“Dalam satu riwayat dari baginda Nabi SAW menjelaskan waktu nabi berpuasa di bulan Sya’ban. Beliau mengatakan Sya’ban adalah bulan yang dilupakan oleh orang, maka nabi berpuasa di bulan Sya’ban. Hampir semuanya Sya’ban berpuasa karena bulan ini yang dilupakan oleh orang, orang pada lalai tidak memperhatikan Sya’ban karena orang sibuk puasa di bulan Rajab dan Ramadhan,” jelas Buya Yahya.

“Jadi berita dari nabi menunjukkan bahwa orang sudah biasa berpuasa di bulan Rajab dan Ramadhan, tapi lalai di bulan Syaban. Ini isyarat yang jelas bahwa puasa di bulan Rajab adalah bukan suatu yang dilarang,” lanjutnya.

Buya Yahya menegaskan bahwa puasa Rajab tidak dilarang dalam syariat, karena tak ada hadis satu pun yang menyebutkan larangan berpuasa di bulan tersebut. Bahkan, para ulama termasuk Ibnu Hajar memberikan peringatan hendaknya dihukum orang yang melarang puasa Rajab karena melarang sesuatu yang tidak dilarang.

3 dari 4 halaman

Tentang Riwayat Palsu Amalan Rajab

Kendati puasa Rajab boleh dilakukan, Buya Yahya menyoroti tentang berlebih-lebihan sebagian orang mendatangkan riwayat palsu yang merinci tentang pahala puasa hari pertama Rajab, hari kedua, dan seterusnya. Buya Yahya menegaskan riwayat itu tidak ada.

“Memang ada keutamaan tapi tidak sebanyak yang diberitakan itu. Maka dari itu, sudah cukuplah bahwa kita mendengar berita tentang keutamaan bulan haram. Bulan haram itu di antaranya bulan Rajab. Kemudian kita bisa puasa apa saja tanpa harus membawa riwayat-riwayat seperti itu,” ujar Buya Yahya.

“Karena di antara riwayat-riwayat yang merinci tentang keutamaan (puasa hari ke-) satu, dua, tiga, empat. Banyak riwayat palsu biar pun ada riwayat yang masih bisa dibenarkan, Khawatir kita salah membawa riwayat, lalu ternyata kita menyebarkan riwayat palsu, maka lebih baik kita tunda,” sambung Buya Yahya.

Tentang keutamaan puasa Rajab hari kesatu, kedua, dan ketiga terdapat dalam Buku Harian Orang Islam: Agenda Syar'i Muslim/Muslimah Teladan Sepanjang Tahun dengan mengutip H.R. Abu Muhammad al-Khalali. Disebutkan bahwa “Puasa di awal bulan Rajab dapat menghapus dosa (kafarat) selama 3 tahun, di hari kedua menjadi kafarat selama 2 tahun, di hari ketiga menjadi kafarat selama 1 tahun, kemudian di setiap hari sesudah itu menjadi kafarat selama 1 bulan." (HR. Abu Muhammad al-Khalali). 

4 dari 4 halaman

Tidak Ada Amalan Khusus di Bulan Rajab

Buya Yahya menekankan bahwa pada bulan Rajab tidak ada amalan khusus. Namun karena bulan yang dimuliakan, muslim dapat melakukan amalan apa saja seperti yang dilakukan di luar bulan Rajab.

“Jadi di bulan Rajab tidak ada amalan yang khusus, tapi di bulan Rajab adalah amalan yang bisa dilakukan di luar bulan Rajab boleh dilakukan di dalam bulan Rajab. Jangan sampai ada mengatakan menjadi haram, tidak. Akan tetapi, amalan khusus tentang apapun itu yang perlu diwaspadai supaya kita tidak tergolong membawa riwayat yang palsu,” tegas Buya Yahya.

Buya Yahya membolehkan muslim melaksanakan puasa Rajab sejak hari pertama. Akan tetapi, jangan merujuk pada riwayat palsu yang menyebutkan pahala puasa di hari pertama, kedua, dan seterusnya.

“Kalau  menyebut tentang keutamaan (puasa hari ke-) satu, dua, tiga harus waspada, termasuk nanti ada sholawat khusus, istighfar khusus, dan sebagainya. Semuanya harus dikembalikan kepada berita yang benar. Yang jelas semua amalan yang bisa dilakukan di luar bulan Rajab, maka bisa dilakukan di bulan rajab. Mulai dari puasa, sholat, sedekah, dan lainnya,” pungkas Buya Yahya.

Wallahu a’lam.