Liputan6.com, Jakarta - Dalam ajaran Islam, dosa dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum-hukum syariat yang telah ditetapkan oleh Allah melalui Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW.
Dosa adalah perbuatan yang dapat menyebabkan kerusakan baik di dunia maupun akhirat. Dosa terjadi karena ketidaktahuan, hawa nafsu, atau pun sebab godaan setan.
Advertisement
Baca Juga
Namun, dosa tidak selalu memiliki tingkat yang sama. Dosa memiliki tingkatan yang berbeda, tergantung pada jenis dan besarnya kesalahan yang dilakukan.
Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan setidaknya ada empat tingkatan dosa yang sudah disadari namun masih tetap dilakukan oleh manusia. Berikut uraiannya dikutip dari YouTube @AdiHidayatOfficial.
Â
Saksikan Video Pilihan ini:
1. Al-'Afwu
"Kesalahan yang dilakukan itu menurunkan sifat maaf dari Allah, disebut dengan 'Al-'Afwu'. Makanya, kita katakan, wa'fu 'anna. Mohon ampuni kami, Ya Allah," ucap UAH.
2. Dzambun
"Yang kedua, kesalahan itu sudah mengandung nilai dosa yang punya konsekuensi tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, berubah jadi Dzambun," ujarnya.
Allah menurunkan sifatnya untuk mengampuni dosa ini, disebut dengan 'Ghafir'. Dalam surah ke-40 Ghafir 'ghafirun dzambih wa qaabilittaubih'.
"Di ayat ke tiganya Allah mengampuni satu kesalahan yang sudah membawa nilai dosa, bukan sekadar akhta biasa, tapi membawa nilai dosa di dalamnya," katanya.
Kemudian, setelah itu, kalau Anda tingkat jenis dan naik, ada banyak nih dosanya, agak banyak. Maka, ini berubah dari Dzambun jadi Dzunubun.Â
Dalam konteks ini, Allah masih memberi peluang untuk mengampuni. Mengampuni, maka Dia turunkan sifat yang selanjutnya disebut dengan 'Ghaffar'.
"Ini kenapa disebutkan ghaffar? Ingin menunjukkan bahwa tingkat kesalahannya sudah mulai berakumulasi, sudah mulai banyak, gitu kan, sehingga naik level pengampunan Allah menjadi Ghaffar," jelasnya.
Advertisement
3. Dzhulmun
"Kalau sudah mengandung sifat dzolim di dalamnya, ya, sudah enggak sholat, nyuruh orang lain enggak sholat, mencela orang-orang yang sholat, itu Dzhulmun. Dzunubun Ma'dzulmi," katanya.
Orang-orang yang mencegah orang-orang untuk beribadah di masjid dan mengagungkan Allah termasuk golongang dzolim. Di antaranya, diungkapkan dalam Al-Qur'an, di ayat ke-114, surah Al-Baqarah.
"Siapa orang paling-paling di antaranya yang mencegah orang-orang untuk berdzikir di masjid-masjid Allah Subhanahu wa Ta'ala ada sifat dzolimnya".
"Maka disini pun Allah masih beri kesempatan pada dia, kalau dingin tobat, maka diberikanlah kemudian sifat nama Allah yang selanjutnya untuk mengampuni, disebut dengan 'Ghafur'," ungkapnya.
4. Israf
"Israf, ini sudah melewati batas lah ya. Kalau kita kesan, kalau enggak bermaksiat, ya kayaknya gatal. Kalau orang lain kerjakan maksiat yang dia belum pernah, kayaknya tersaingi pengen banget, gitu, ya. Enggak ada orang lain boleh melampaui, yaitu Ishraf namanya," jelasnya.
Dalam konteks ini pun, Allah masih berkenan mengampuni, kalau dia mau bertaubat. Allah turunkan sifatnya yang kelima, Rahim. Ini yang paling tinggi. Dalam QS. 39 Az-Zumar ayat 53, Allah SWT berfirman:
"Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".