Sukses

Tidur Sunnah Apakah Harus Menghadap Kiblat seperti Orang Meninggal? Simak Penjelasan Buya Yahya

Buya Yahya menjelaskan bahwa tidur sunnah dilakukan dengan cara berbaring menghadap kiblat, serupa dengan posisi jenazah saat dimakamkan. Posisi ini memiliki makna mendalam, yaitu mengingatkan manusia akan kematian yang bisa datang kapan saja.

Liputan6.com, Jakarta - Tidur merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan setiap hari oleh manusia. Namun, dalam Islam, tidur bukan hanya soal istirahat fisik, melainkan juga momen penting untuk merenungi dosa-dosa dan mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam sebuah video yang dinukil dari kanal YouTube @albahjah-tv, KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah di Cirebon, memberikan penjelasan mengenai tata cara tidur yang sesuai dengan sunnah. Nasihatnya ini berisi nilai-nilai spiritual yang mendalam.

Buya Yahya menjelaskan bahwa tidur sunnah dilakukan dengan cara berbaring menghadap kiblat, serupa dengan posisi jenazah saat dimakamkan. Posisi ini memiliki makna mendalam, yaitu mengingatkan manusia akan kematian yang bisa datang kapan saja.

"Anda menghadap ke kiblat dalam keadaan seperti berbaringnya orang meninggal dunia," ujar Buya Yahya dalam video tersebut. Menurutnya, posisi tidur ini membantu seseorang menyadari bahwa setiap tidur bisa saja menjadi yang terakhir dalam hidupnya.

Tidur dengan posisi menghadap kiblat tersebut bukan sekadar kebiasaan, tetapi juga bentuk latihan spiritual. Saat seseorang berbaring seperti itu, ia diajak untuk merenungkan dosa-dosa yang telah dilakukan sepanjang hidupnya.

Buya Yahya menambahkan, "Mungkin dia tidak bangun lagi, lalu dia mengingat dosa dan memohon ampun kepada Allah." Tidur menjadi waktu refleksi diri yang mendalam, di mana manusia diingatkan akan kefanaan hidup.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Mencari Tidur yang Berkah

Dalam Islam, tidur juga dianggap sebagai momen persiapan untuk menghadapi hari esok. Dengan tidur dalam keadaan bertaubat dan memohon ampun, seseorang berharap mendapatkan rahmat Allah di dunia dan akhirat.

Selain itu, Buya Yahya menyampaikan bahwa tidur yang sunnah tidak hanya soal posisi tubuh, tetapi juga kondisi hati. Tidur dalam keadaan bersih, baik fisik maupun spiritual, adalah salah satu syarat untuk mendapatkan tidur yang penuh berkah.

Membersihkan diri sebelum tidur, seperti berwudu dan membaca doa, menjadi langkah penting yang tidak boleh diabaikan. Dengan cara ini, seseorang dapat menghadirkan ketenangan batin sebelum terlelap.

Tidur yang sunnah, menurut Buya Yahya, juga mengajarkan manusia untuk selalu bersyukur atas nikmat kehidupan yang diberikan setiap harinya. Mengingat bahwa tidur adalah bentuk istirahat sementara, seseorang diingatkan untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian yang sesungguhnya.

Menganggap tidur sebagai latihan untuk menghadapi kematian membantu seseorang untuk lebih sadar akan waktu yang dimilikinya. Setiap malam, manusia diingatkan bahwa waktu hidup di dunia tidaklah abadi.

Posisi tidur menghadap kiblat juga memiliki simbol spiritual yang kuat. Arah kiblat selalu menjadi orientasi bagi umat Islam, baik dalam beribadah maupun dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Buya Yahya menegaskan bahwa tidur sunnah tidak hanya memberikan manfaat spiritual, tetapi juga melatih kedisiplinan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan kebiasaan ini, seseorang diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat.

3 dari 3 halaman

Tidur Sunnah, Meningkatkan Kualitas Hidup

Tidur seperti ini bukan berarti hidup dalam ketakutan, tetapi sebaliknya, hidup dengan kesadaran penuh akan tanggung jawab sebagai hamba Allah. Kesadaran ini membantu seseorang untuk lebih bijaksana dalam menggunakan waktunya.

Nasihat mengenai tidur sunnah ini tidak hanya bisa untuk orang dewasa, tetapi juga penting untuk diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Dengan begitu, generasi penerus dapat tumbuh dengan nilai-nilai spiritual yang kuat.

Selain posisi tidur, Buya Yahya juga mengingatkan pentingnya membaca doa sebelum tidur. Doa menjadi pengantar untuk menutup hari dengan penuh rasa syukur dan harapan akan keberkahan di hari berikutnya.

Menurut Buya Yahya, tidur adalah waktu di mana manusia benar-benar menyerahkan dirinya kepada Allah. Dengan tidur yang disertai doa, seseorang dapat merasa lebih tenang dan terlindungi.

Buya Yahya juga menekankan bahwa tidur yang sunnah adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup. Dengan tidur yang benar, seseorang dapat bangun dengan semangat baru untuk menjalani aktivitasnya.

Pesan ini menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa tidur bukan sekadar kebutuhan fisik, tetapi juga bagian dari ibadah. Dengan menjalani tidur yang sunnah, seseorang dapat memperbaiki hubungan dengan Allah dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.

Nasihat Buya Yahya ini menjadi refleksi bagi setiap orang untuk lebih menghargai waktu yang dimilikinya. Tidur dengan penuh kesadaran akan dosa dan harapan untuk bertaubat adalah langkah kecil menuju kehidupan yang lebih baik.

Dengan menjadikan tidur sebagai momen introspeksi, manusia dapat mengisi hidupnya dengan lebih banyak kebaikan. Tidur yang sunnah bukan hanya tentang posisi tubuh, tetapi juga tentang bagaimana seseorang mempersiapkan hatinya untuk bertemu dengan Sang Pencipta.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul