Liputan6.com, Jakarta - Islam memiliki pandangan unik tentang kehidupan yang sering kali tidak sejalan dengan logika materialisme. Perspektif ini disampaikan oleh KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, dalam sebuah ceramahnya yang penuh makna.
Gus Baha, yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA) Rembang, menekankan bahwa Islam adalah agama yang tidak terikat oleh materi. Ceramah Gus Baha ini dikutip dari sebuah tayangan video di kanal YouTube @GusBahaofficial99.
"Kenapa kita menjadi enjoy dengan Islam? Karena Islam itu agama yang tidak didikte oleh materi," ungkap Gus Baha dengan gaya santainya. Menurutnya, pola pikir Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu bergantung pada apa yang dimiliki secara materi.
Advertisement
Sebagai contoh, Gus Baha menjelaskan konsep makan enak. Dalam logika umum, makanan yang dianggap enak biasanya adalah makanan yang mewah atau memiliki cita rasa tinggi, seperti sate, bakso Malang, atau gulai. Namun, Islam menawarkan pandangan berbeda.
"Kalau orang-orang jadi wali, cara berpikirnya beda. Kalau mereka ditanya, di dunia baru ini, dalam kondisi resesi atau kesulitan makanan, bagaimana cara makan enak? Jawabnya simpel: lauk paling enak itu lapar," ujar Gus Baha sambil tersenyum.
Ia kemudian menjelaskan bahwa rasa lapar dapat membuat makanan sederhana terasa luar biasa. Contohnya, bagi orang yang sedang berpuasa, makanan seperti tempe dan air putih yang sederhana sekalipun bisa terasa nikmat.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Konsep Memandang Kehidupan
"Ketika kamu puasa, melihat tempe saja sudah luar biasa. Tapi kalau kamu tidak puasa, tempe dan air putih itu biasa saja. Beda rasanya ketika kamu sedang lapar," tambahnya.
Gus Baha juga menekankan bahwa konsep ini bukan hanya soal makanan, tetapi lebih kepada bagaimana seseorang memandang kehidupan. Islam mengajarkan umatnya untuk menikmati apa yang ada, tanpa terlalu terikat pada standar material.
Pendekatan ini, menurut Gus Baha, mencerminkan kebijaksanaan para ulama dan wali. Mereka mampu menikmati hidup dengan cara sederhana, tanpa bergantung pada materi. Hal ini sekaligus menjadi pengingat bagi umat Islam agar tidak terjebak dalam gaya hidup hedonis.
Dalam ceramah tersebut, Gus Baha juga mengkritisi pola pikir masyarakat modern yang sering kali mengaitkan kebahagiaan dengan kemewahan. Ia mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada hati yang ikhlas menerima apa adanya.
"Islam itu sederhana. Kalau kita mau bahagia, ya cukup nikmati apa yang Allah berikan. Jangan didikte oleh materi," katanya.
Pandangan ini juga mengajarkan umat Islam untuk bersyukur atas apa yang dimiliki. Bahkan dalam kondisi sulit sekalipun, ada banyak hal yang bisa dinikmati jika seseorang memiliki hati yang lapang.
Gus Baha mencontohkan bagaimana para wali mampu menjalani hidup dengan tenang, meskipun dalam keterbatasan. Mereka tidak sibuk mengejar materi, tetapi fokus pada bagaimana mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Advertisement
Jangan DIdikte oleh Materialisme
"Kalau kamu lapar, makanan sederhana saja terasa luar biasa. Ini pelajaran penting. Jangan terlalu sibuk mencari makanan mewah, tapi lupa bagaimana cara menikmatinya," lanjutnya.
Ceramah ini mengingatkan bahwa kehidupan tidak seharusnya diukur dengan materi semata. Sebaliknya, Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika seseorang mampu bersyukur dan menikmati apa yang ada di hadapannya.
Pandangan Gus Baha ini relevan dalam kehidupan modern yang sering kali didikte oleh materialisme. Ia mengajak umat Islam untuk kembali pada esensi ajaran Islam, yang menekankan kesederhanaan dan keikhlasan.
Ceramah ini juga menjadi pengingat bagi umat Islam untuk tidak terlalu terpengaruh oleh gaya hidup konsumtif. Sebaliknya, umat diajak untuk lebih fokus pada nilai-nilai spiritual yang mendalam.
"Kalau kamu memahami Islam dengan benar, hidup ini terasa ringan. Kita tidak perlu terbebani oleh keinginan yang tidak ada habisnya," ujar Gus Baha.
Dengan gaya ceramahnya yang santai namun penuh makna, Gus Baha berhasil memberikan sudut pandang baru tentang bagaimana menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam.
Pesan ini juga mengajarkan umat Islam untuk lebih menghargai apa yang mereka miliki, tanpa merasa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain.
Gus Baha mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika seseorang mampu bersyukur dalam setiap keadaan. Dengan bersyukur, hidup akan terasa lebih bermakna.
Melalui ceramah ini, Gus Baha memberikan inspirasi bagi umat Islam untuk menjalani hidup dengan lebih sederhana, namun tetap penuh makna.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul