Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, adab bertamu menjadi salah satu aspek penting yang seringkali dilupakan. Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendiri Quantum Akhyar Institute, kembali menekankan pentingnya etika dalam berkunjung kepada orang lain. Dalam ceramahnya, UAH mengajak umat Islam untuk memahami adab bertamu sesuai dengan ajaran Islam.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @bintqadhy8092, UAH menjelaskan bahwa bertamu bukan sekadar soal kunjungan fisik, tetapi juga menyangkut etika dan sopan santun yang harus dijaga. UAH mengingatkan bahwa dalam Islam, ada panduan khusus terkait bagaimana sebaiknya seseorang berkunjung ke rumah orang lain.
Menurut UAH, adab bertamu dimulai dengan memberi tahu terlebih dahulu sebelum melakukan kunjungan. Dalam Islam, sangat dianjurkan untuk memberitahukan niat bertamu, agar orang yang akan dikunjungi bisa mempersiapkan diri. Hal ini bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga menghormati hak orang lain.
Advertisement
"Sunnahnya, kalau Anda ingin berkunjung pada siapapun, kabari dulu. Kabari supaya dia siap-siap, jangan bikin kejutan," ujar UAH dalam ceramahnya.
Berdasarkan ajaran Islam, kejutan dalam bentuk kedatangan mendadak tidak diperkenankan. Hal ini dimaksudkan agar tuan rumah tidak merasa terkejut dan terbebani dengan kedatangan tamu secara tiba-tiba. UAH menekankan bahwa kejutan dalam hal bertamu berpotensi membuat orang yang dikunjungi merasa tidak nyaman.
"Jangan bikin kejutan," tegas UAH, "Kejutan itu dalam Islam nggak diperkenankan supaya orang itu nggak repot. Tiba-tiba Anda datang, dia kan merasa nggak enak."
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Alasan Dilarang Buat Kejutan
Mengapa begitu? UAH menjelaskan bahwa dalam Islam, setiap individu memiliki hak untuk merasa nyaman dan tenang di rumahnya. Oleh karena itu, memberi tahu terlebih dahulu adalah bentuk penghormatan terhadap hak orang lain. Ini juga mencerminkan sikap empati dan saling menghargai antar sesama.
Lebih lanjut, UAH menambahkan bahwa memberikan pemberitahuan sebelumnya juga memberikan kesempatan bagi tuan rumah untuk mempersiapkan sesuatu jika perlu, seperti menyediakan tempat duduk atau minuman untuk tamu. Dengan demikian, kunjungan menjadi lebih nyaman dan tidak terburu-buru.
"Sampaikan agak dekat-dekat nggak apa-apa, saya di jalanimau berkunjung," lanjut UAH menjelaskan. "Itu sunnah. Sunnah sampaikan supaya dia bisa siap-siap."
Dengan cara seperti ini, menurut UAH, interaksi antar individu menjadi lebih positif dan saling menghormati. Hal ini juga menunjukkan sikap yang baik sebagai seorang tamu yang menghargai waktu dan ruang orang lain.
UAH mengingatkan bahwa tidak hanya bertamu, tetapi setiap tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari harus berdasarkan adab yang baik, termasuk dalam cara kita berinteraksi dengan orang lain. Berkunjung, menurutnya, harus selalu diiringi dengan niat yang baik dan menjaga keharmonisan hubungan.
Tak hanya itu, UAH juga menekankan bahwa setiap amalan dalam Islam yang dilakukan dengan niat tulus akan mendatangkan berkah. Jadi, dalam bertamu pun, jika niatnya baik dan dilakukan dengan cara yang benar, maka akan ada keberkahan dalam hubungan yang terjalin.
"Adab bertamu adalah bagian dari adab berinteraksi dengan sesama. Ini adalah hal yang perlu kita jaga untuk menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial," ujar UAH.
Advertisement
Jangan Terlalu Lama Kalau Bertamu
Menurut UAH, tidak hanya dalam bertamu, tetapi dalam setiap aspek kehidupan, kita diajarkan untuk menjaga adab. Termasuk dalam cara kita berkomunikasi, cara kita menghargai orang lain, dan cara kita mengatur waktu kita untuk bertemu.
Selain itu, UAH menambahkan bahwa dalam Islam, kita juga dianjurkan untuk tidak terlalu banyak mengganggu orang lain. Bertamu dengan cara yang benar adalah salah satu cara untuk menghargai waktu orang lain, terutama dalam hal kedatangan yang tidak terduga.
Mengenai adab bertamu, UAH juga mengingatkan tentang pentingnya tidak terlalu lama tinggal di rumah orang lain. Sebagai tamu, kita harus bijak dan tidak memberatkan tuan rumah dengan waktu kunjungan yang terlalu lama.
"Jangan sampai kita membuat orang yang dikunjungi merasa tidak nyaman dengan kedatangan kita yang berlarut-larut," tegas UAH. "Adab bertamu juga termasuk dalam menjaga batas waktu dan ruang."
Untuk itu, UAH menyarankan agar tamu selalu berusaha untuk memperkirakan waktu kunjungan yang sesuai. Bertamu dalam waktu yang tidak terlalu lama dan tidak mengganggu rutinitas orang lain adalah bagian dari menjaga adab.
Selain itu, UAH juga mengingatkan bahwa adab dalam bertamu adalah salah satu bentuk dakwah yang bisa membawa keberkahan dalam hidup. Setiap tindakan kita yang sesuai dengan ajaran Islam, termasuk adab bertamu, akan mendapatkan pahala dan mendekatkan kita kepada Allah.
"Melalui adab yang baik, kita tidak hanya menciptakan kedamaian dalam hubungan sosial, tetapi juga mendapatkan pahala dari Allah," ujar UAH mengakhiri ceramahnya.
Dengan memperhatikan adab bertamu yang diajarkan dalam Islam, UAH berharap umat Islam dapat terus membangun hubungan yang baik, penuh rasa saling menghormati dan menjaga keharmonisan dalam masyarakat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul