Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan spiritual sering kali menghadirkan kisah luar biasa yang sulit dicerna oleh akal manusia. Salah satu kisah yang menarik adalah pengalaman KH Ahmad Muwafiq atau yang lebih dikenal sebagai Gus Muwafiq ketika menjalani perjalanan ziarah makam Walisongo di usia muda.
Saat itu, Gus Muwafiq masih berusia sekitar 15 hingga 16 tahun dan menuntut ilmu di sebuah pesantren. Suatu hari, sang kiai memberikan perintah agar dirinya berziarah ke makam Walisongo dengan berjalan kaki. Sebagai seorang santri, perintah tersebut diterima tanpa banyak pertanyaan meskipun terasa berat.
Perjalanan panjang pun dimulai. Hari demi hari, langkah demi langkah, Gus Muwafiq berjalan dari satu makam ke makam lainnya. Namun, seiring waktu, kelelahan mulai menghampiri. Godaan untuk menaiki kendaraan muncul di benaknya.
Advertisement
Ketika sebuah bus melintas di hadapannya, Gus Muwafiq mencoba menghentikannya. Ia melambaikan tangan berharap dapat menumpang untuk menghemat tenaga. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Kondektur bus yang melihatnya justru langsung menempeleng wajahnya tanpa alasan yang jelas.
Peristiwa tersebut bukan hanya terjadi sekali, melainkan berulang kali. Setiap kali mencoba menghentikan bus dan berniat menaikinya, selalu ada kejadian serupa. Seakan-akan ada kekuatan yang menghendaki agar ia tetap berjalan kaki tanpa menggunakan kendaraan.
Dilansir dari tayangan video di kanal YouTube @Fakta_Bray, Gus Muwafiq akhirnya menyadari bahwa perjalanan ini memang harus ditempuh sesuai dengan perintah sang kiai. Ia pun mengurungkan niat untuk menaiki kendaraan dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Perjalanan panjang itu akhirnya selesai setelah tiga bulan. Gus Muwafiq berhasil menuntaskan ziarah Walisongo dengan penuh ketabahan. Ia kemudian kembali ke pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu.
Simak Video Pilihan Ini:
Piknik, Berbagi Bahagia dengan Anak Yatim Banjarnegara
Keanehan Terjadi di Sini
Namun, hal aneh terjadi setibanya di pondok. Salah seorang teman menegurnya dan bertanya mengapa selama tiga hari terakhir ia tidak terlihat. Padahal, menurut hitungannya, ia telah pergi selama tiga bulan penuh.
Gus Muwafiq terkejut dengan perbedaan waktu tersebut. Ia merasa telah menempuh perjalanan panjang selama berbulan-bulan, tetapi bagi orang-orang di sekitarnya, ia hanya menghilang selama tiga hari saja.
Seperti didketahui makam Wali Songo berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Makam Wali Songo di Jawa Timur meliputi Makam Sunan Ampel di Surabaya, Makam Sunan Bonang di Tuban, Makam Sunan Drajat di Lamongan, Makam Sunan Giri di Gresik, serta Makam Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) di Gresik. Sementara itu, di Jawa Tengah terdapat Makam Sunan Kudus di Kudus, Makam Sunan Kalijaga di Demak, dan Makam Sunan Muria di Kudus. Adapun di Jawa Barat, Makam Sunan Gunung Jati berada di Cirebon.
Wali Songo adalah penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting di pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Kejadian ini pun menjadi salah satu pengalaman spiritual yang meneguhkan keyakinannya akan kekuasaan Allah. Ia percaya bahwa ada dimensi lain dalam perjalanan ibadah yang tidak selalu bisa dipahami dengan logika manusia.
Sebagai seorang santri, ia semakin yakin bahwa ketaatan kepada kiai dan menjalankan perintah dengan penuh keikhlasan akan selalu membawa berkah yang luar biasa.
Advertisement
Pelajaran, Taat Perintah Guru
Kisah ini juga menjadi inspirasi bagi banyak santri dan masyarakat luas. Ketika seseorang menjalankan sesuatu dengan niat yang tulus dan penuh keikhlasan, maka pertolongan Allah akan selalu menyertainya.
Dalam perjalanan spiritual, sering kali muncul keajaiban yang sulit dicerna oleh akal manusia. Namun, keimanan dan keyakinanlah yang membuat seseorang mampu menerima setiap kejadian dengan hati yang lapang.
Gus Muwafiq tidak pernah mencari keistimewaan dalam perjalanan ini. Ia hanya menjalankan apa yang diperintahkan oleh gurunya. Namun, dari perjalanannya itu, ia justru mendapatkan pengalaman berharga yang terus dikenangnya hingga kini.
Banyak orang yang mendengar kisah ini merasa takjub. Tidak sedikit pula yang percaya bahwa ini adalah bentuk karomah yang diberikan oleh Allah kepada Gus Muwafiq karena ketulusan dan ketaatannya.
Perjalanan yang ditempuhnya menjadi bukti bahwa dalam ibadah, yang terpenting bukanlah bagaimana cara kita menjalankannya, melainkan sejauh mana ketulusan hati dalam melaksanakannya.
Kisah ini juga mengajarkan bahwa perjalanan spiritual bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan hati dan jiwa yang penuh makna.
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman ini. Salah satunya adalah bahwa ketika seseorang diberikan amanah atau tugas dalam ibadah, sebaiknya dijalankan dengan penuh keyakinan tanpa mencari jalan pintas.
Kisah Gus Muwafiq dalam perjalanan ziarahnya ke makam Wali Songo mengingatkan kita bahwa ketaatan kepada guru, keikhlasan dalam menjalankan ibadah, serta keyakinan kepada Allah akan selalu membawa keberkahan dalam hidup.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul