Liputan6.com, Jakarta - Lailatul Qadar atau malam Al Qadar merupakan momen istimewa di bulan Ramadhan. Momen Lailatul Qadar menjadi istimewa karena pada malam itulah Al-Qur'an diturunkan.
Al-Qur'an merupakan firman Allah yang menjadi pegangan hidup sekaligus panduan yang hidup dalam keseharian umat Islam. Begitu istimewanya Al-Qur'an ini hingga waktu turunya pun juga istimewa.
Advertisement
Keistimewaan itu diungkap Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam surat Al Qadar. Ia menjelaskan, malam al qadar lebih baik dari seribu bulan yang jika dikonversi setara 83 tahun lebih.
"Jadi barang siapa mengerjakan sholat saat malam Lailatul Qadar, maka ia mendapat pahala sholat itu selama 80 tahun tanpa henti," kata dia dalam kanal YouTube Adi Hidayat Official.
Karena manfaat berlipat itu, maka umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah tiap malam di bulan Ramadan. Amalan yang dianjurkan ialah sholat.
"Sholat dianjurkan karena dalam salat ada berbagai macam dzikir," katanya.
Tak hanya itu, UAH juga menjelaskan uraian hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah perihal kapan waktu Lailatul Qadar.
Simak Video Pilihan Ini:
Heboh !!! Anak Sapi Berkaki 6 di Blora
Petunjuk Kapan Waktu Malam Lailatul Qadar
Uraian pertama, Lailatul Qadar turun pada malam hari di bulan Ramadan.
Karena itu, umat Islam diimbau untuk beramal saleh pada setiap malam di bulan Ramadhan. Sebab, tak ada yang tahu pada malam keberapa malam al qadar turun.
Kedua, ada hadis Bukhari yang mengisahkan para sahabat yang mendapat mimpi yang sama perihal malam al qadar pada tujuh hari terakhir bulan Ramadan. Mimpi ini kemudian diutarakan kepada Rasulullah SAW.
Rasul mengonfirmasi malam itu adalah malam al qadar. Dari peristiwa ini, maka para ulama menjelaskan Lailatul Qadar turun di antara tujuh hari terakhir bulan Ramadan.
Hadis Bukhari berikutnya menjelaskan Lailatul Qadar turun pada sepuluh malam terakhir Ramadan, khususnya malam ganjil. Dalam hadis ini, Rasulullah SAW mendapat ilham saat beritikaf bersama para sahabat.
Advertisement
10 Hari Terakhir Ramadhan
Rasulullah SAW meminta para sahabat untuk meningkatkan amal ibadahnya pada sepuluh malam terakhir. UAH kemudian mengimbau agar tak terpaku pada malam ganjil, namun juga pada malam genap.
"Karena di tiap negara waktunya berbeda-beda. Ada yang Ramadanya 29 hari ada yang 30 hari," ujarnya.
Dari petunjuk dalam hadis itu, UAH berharap umat Islam termotivasi untuk meningkatkan amal ibadahnya. Jika karena kesibukan yang tak bisa ditinggal tidak bisa tiap malam berburu Lailatul Qadar, maka bisa pada sepuluh malam terakhir. Jika tidak bisa sepuluh malam terakhir, bisa pada tujuh malam terakhir Ramadan.
"Nah ini sekali lagi menunjukkan bahwa Allah SWT sayang pada kita, kita yang berhalangan bisa menyesuaikan diri sehingga bisa tetap meraih malam al qadar," ucapnya.