Liputan6.com, Jakarta - Kebencian sering kali muncul dalam kehidupan manusia, baik karena perbedaan pendapat, keyakinan, atau kepentingan. Namun, pertanyaannya, apakah kebencian termasuk dalam nikmat yang dihitung oleh Allah?
Umat Islam diajarkan untuk menilai setiap perasaan yang ada dalam hati mereka. Tidak jarang, kebencian muncul dengan dalih amar ma’ruf nahi munkar. Tetapi, apakah ini benar-benar bagian dari kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia?
Ulama kharismatik asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, memberikan penjelasan mendalam terkait hal ini. Dalam pengajian yang ia sampaikan, ia menegaskan bahwa kebencian bukanlah bagian dari nikmat yang dihitung oleh Allah.
Advertisement
Menurut Gus Baha, yang termasuk dalam nikmat Allah adalah perasaan nyaman dan saling mencintai di antara sesama manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an: "Wa allafa baina qulubihim," yang berarti Allah menyatukan hati mereka.
Pernyataan ini dirangkum Liputan6.com dari tayangan video di kanal YouTube @Kangreds, di mana Gus Baha menguraikan bagaimana Islam menekankan pentingnya kasih sayang antar sesama. Ia juga menyinggung bahwa persatuan dan kedamaian adalah anugerah terbesar dari Allah.
Dalam video tersebut, Gus Baha menegaskan bahwa seseorang tidak boleh menjadikan kebencian sebagai sesuatu yang dibenarkan hanya karena alasan amar ma’ruf nahi munkar. Menurutnya, kebencian bukanlah jalan yang sesuai dengan ajaran Islam.
“Jangan mentang-mentang kamu demi nahi munkar terus adanya kebencian itu,” kata Gus Baha. Ia menekankan bahwa Islam justru mengajarkan rekonsiliasi dan kelembutan dalam berdakwah.
Simak Video Pilihan Ini:
Ventilator Sederhana dan Murah Karya Dokter RSI Banjarnegara
JIka Pemerintah Gelontorkan Dana Sekalipun, Tak Akan Mampu
Bahkan, Rasulullah SAW sendiri mendapatkan nikmat dari Allah berupa kemampuan untuk menyatukan hati manusia. Ini menunjukkan bahwa kasih sayang dan persatuan adalah hal yang sangat dijunjung dalam Islam.
Gus Baha juga memberikan contoh bahwa jika negara menggelontorkan dana besar untuk menciptakan rekonsiliasi nasional, hal itu tetap tidak akan berhasil jika tidak ada keikhlasan dalam hati masyarakat.
“Andaikan kamu biayai, andaikan negara menggelontorkan APBN untuk rekonsiliasi nasional, itu gak bisa,” ujar Gus Baha.
Menurutnya, menyatukan hati bukanlah perkara materi, tetapi anugerah yang hanya Allah berikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.
Islam menekankan bahwa persaudaraan adalah bagian dari nikmat yang harus disyukuri. Allah bahkan menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa menyatukan hati adalah pemberian yang lebih besar daripada sekadar harta benda.
Dengan demikian, seseorang yang hidup dalam permusuhan dan kebencian justru sedang kehilangan nikmat Allah yang besar. Sebaliknya, mereka yang hidup dalam cinta dan kasih sayang telah mendapatkan anugerah yang luar biasa.
Sejarah mencatat bahwa Rasulullah SAW berhasil menyatukan banyak suku dan kelompok yang sebelumnya bermusuhan. Ini menjadi bukti nyata bahwa Islam membawa kedamaian, bukan kebencian.
Advertisement
Manusia Fokus Ciptakan Kedamaian
Gus Baha juga mengingatkan bahwa manusia seharusnya lebih fokus pada menciptakan kedamaian daripada menumbuhkan kebencian. Karena pada akhirnya, nikmat sejati adalah ketika seseorang bisa hidup dalam harmoni dengan sesama.
“Ini urusan hati,” kata Gus Baha. Menurutnya, kebencian adalah perasaan yang hanya akan menambah beban dalam hidup seseorang dan menjauhkannya dari keberkahan.
Oleh karena itu, seorang Muslim harus berusaha untuk menanamkan cinta dan kasih sayang dalam hati mereka. Sebab, Islam adalah agama yang mengutamakan kedamaian dan persaudaraan.
Mereka yang memilih jalan kebencian justru kehilangan kesempatan untuk mendapatkan nikmat yang lebih besar, yaitu ketenangan hati dan persatuan.
Pada akhirnya, nikmat yang dihitung oleh Allah bukanlah kebencian, melainkan bagaimana manusia bisa hidup dalam kedamaian dan menyatukan hati satu sama lain.
Gus Baha menutup pembahasannya dengan mengingatkan bahwa seorang Muslim sejati adalah yang selalu berusaha untuk menciptakan keharmonisan, bukan perpecahan.
Seorang Muslim yang baik adalah mereka yang mampu melihat perbedaan sebagai rahmat, bukan alasan untuk saling membenci. Karena itu, penting untuk terus menjaga hati agar tetap dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul