Sukses

Bubur Pedas Aceh, Sajian Kaya Rempah saat Ramadan

Kandungan rempahnya yang kaya dan tanpa santan membuat bubur ini dipercaya dapat menyembuhkan penyakit.

Berbagai tradisi dilakukan warga di seluruh penjuru negeri untuk berbagi sukacita Ramadan, seperti yang dilakukan di Aceh. Warga Aceh di Kuto Baro, Aceh Besar, punya sajian lezat. Bubur pedas atau ie bu peudah. Selama 1 bulan penuh, warga Desa Bueng Bakjok, Kuto Baro, silih berganti secara gotong royong memasak ie bu peudah sebagai menu berbuka puasa sekaligus bekal sahur.

Ie bu peudah merupakan sejenis bubur beras yang diberi ramuan rempah-rempah dan parutan kelapa. Setiap harinya, sebanyak 4 warga ditugaskan memasak menu ini untuk warga lainnya. Dibutuhkan 7 kilogram beras yang telah dihancurkan bersama ramuan 44 jenis rempah untuk setiap 1 kuali ie bu peudah.

Kunyit, jahe, lada atau merica, dan rempah bumbu India ditumbuk halus bersama beras. Beras yang sudah beramuan ini kemudian dimasak terlebih dulu dengan air secukupnya. Setelah sedikit matang, beras kemudian dibumbui garam dan parutan kelapa muda.
 
Sambil menunggu beras dan bumbu menyatu, para juru masak tak hentinya mengaduk agar tidak bau hangus. Proses pengadukan yang menggunakan batang pohon kala ini baru berhenti ketika bubur matang. Kemudian ditambahkan air kembali. Proses penambahan air tidak bisa dilakukan sekaligus, tapi bertahap agar nikmat.

Setelah bubur masak, warga pun berdatangan mengambil jatah dengan membawa wadah masing-masing. Untuk 1 kuali besar yang bisa dinikmati ratusan orang, dibutuhkan biaya hingga Rp 150 ribu. Tak cuma kepada warga setempat, bubur ini juga dibagikan kepada siapa saja yang melintas.

Tradisi memasak ie bu peudah telah berlangsung selama puluhan tahun. Ada aset desa yang khusus dipersiapkan sebagai biaya pemasakan bubur pedas ini. Sehingga warga tak akan kesulitan ketika harus memasaknya. Kandungan rempah yang kaya dan tanpa santan membuat bubur ini dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. (Ndy/Yus)