Ketua Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Slamet Efendi Yusuf mengingatkan para petugas Tim Pelaksana Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) dan para pembimbing ibadah untuk bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Dia meminta petugas benar-benar diperhatikan memperhatikan pelaksanaan ibadah jamaah haji.
"Kita minta untuk TPIHI dan para pembimbing itu melaksanakan tugasnya dengan baik. Karena ini ibadah, bukan traveling ke Mekah," kata Slamet di Mekah, Rabu (9/10/2013).
Slamet mengaku mendengar cerita yang menyedihkan saat berkunjung ke sektor khusus. Dia prihatin karena ada anggota jamaah haji khusus yang kebingungan saat hendak pulang ke hotel setelah tiba di Masjidil Haram untuk mencium Hajar Aswad. Ketika ditanya apakah sudah tawaf dan sai, jamaah haji itu mengaku belum melakukannya.
Petugas sektor khusus pun menawarkan diri untuk mengantarkan jamaah itu kembali ke area tawaf. Namun orang itu justru mengatakan tidak usah dan dia merasa puas karena sudah mencium Hajar Aswad. Tak hanya itu, Slamet juga menerima informasi tentang jamaah yang selesai tawaf lalu pulang ke pemondokannya. Ketika ditanya kapan sainya, jamaah itu menjawab besok.
"Artinya, dia itu kan belum sai dan belum tahallul sehingga harus tetap mengenakan pakaian ihram. Ini kan rawan, karena lazimnya kan habis tawaf, langsung sai dan tahallul, sehingga selesai ibadah umrahnya," papar Slamet.
Yang lebih memprihatinkan, Slamet mengaku memperoleh informasi tentang adanya ketua rombongan (karom) yang menganggap cukup ibadah tawaf jamaahnya, meski baru 3 kali putaran. Untung hal ini diketahui oleh petugas sektor khusus dan ketika diminta untuk meneruskan, akhirnya diteruskan. "Fakta ini menunjukkan bahwa ada pembimbing haji yang seperti itu, dan ini harus menjadi perhatian," tutur dia.
"Ini perlu jadi perhatian para pembimbing haji. Apalagi kalau ada anggapan sudah puas mencium hajar aswad, itu kan tidak ada urusannya dengan ibadah. Haji itu ibadah, bukan traveling," tukas Slamet.
Senada dengan Slamet, Kepala Sektor Khusus Husban Abadi mengaku menerima informasi terkait persoalan kesempurnaan peribadahan jemaah. Di Masjidil Haram juga ditemukan fakta tentang jamaah yang tertinggal dari rombongannya sehingga belum menyempurnakan ibadah umrah wajibnya. (Eks)
"Kita minta untuk TPIHI dan para pembimbing itu melaksanakan tugasnya dengan baik. Karena ini ibadah, bukan traveling ke Mekah," kata Slamet di Mekah, Rabu (9/10/2013).
Slamet mengaku mendengar cerita yang menyedihkan saat berkunjung ke sektor khusus. Dia prihatin karena ada anggota jamaah haji khusus yang kebingungan saat hendak pulang ke hotel setelah tiba di Masjidil Haram untuk mencium Hajar Aswad. Ketika ditanya apakah sudah tawaf dan sai, jamaah haji itu mengaku belum melakukannya.
Petugas sektor khusus pun menawarkan diri untuk mengantarkan jamaah itu kembali ke area tawaf. Namun orang itu justru mengatakan tidak usah dan dia merasa puas karena sudah mencium Hajar Aswad. Tak hanya itu, Slamet juga menerima informasi tentang jamaah yang selesai tawaf lalu pulang ke pemondokannya. Ketika ditanya kapan sainya, jamaah itu menjawab besok.
"Artinya, dia itu kan belum sai dan belum tahallul sehingga harus tetap mengenakan pakaian ihram. Ini kan rawan, karena lazimnya kan habis tawaf, langsung sai dan tahallul, sehingga selesai ibadah umrahnya," papar Slamet.
Yang lebih memprihatinkan, Slamet mengaku memperoleh informasi tentang adanya ketua rombongan (karom) yang menganggap cukup ibadah tawaf jamaahnya, meski baru 3 kali putaran. Untung hal ini diketahui oleh petugas sektor khusus dan ketika diminta untuk meneruskan, akhirnya diteruskan. "Fakta ini menunjukkan bahwa ada pembimbing haji yang seperti itu, dan ini harus menjadi perhatian," tutur dia.
"Ini perlu jadi perhatian para pembimbing haji. Apalagi kalau ada anggapan sudah puas mencium hajar aswad, itu kan tidak ada urusannya dengan ibadah. Haji itu ibadah, bukan traveling," tukas Slamet.
Senada dengan Slamet, Kepala Sektor Khusus Husban Abadi mengaku menerima informasi terkait persoalan kesempurnaan peribadahan jemaah. Di Masjidil Haram juga ditemukan fakta tentang jamaah yang tertinggal dari rombongannya sehingga belum menyempurnakan ibadah umrah wajibnya. (Eks)