Sukses

Waspada Calo Dam Tipu Jamaah Haji Indonesia

Selama musim haji ada saja orang yang tak bertanggung jawab memanfaatkan kelengahan dan menipu jamaah Indonesia. Calo dam misalnya.

Selama musim haji ada saja orang yang tak bertanggung jawab memanfaatkan kelengahan dan menipu jamaah Indonesia. Calo dam atau denda berupa hewan kurban misalnya.

Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Anggito Abimanyu mengingatkan agar jamaah haji Indonesia tak terjebak permainan para calo dam atau denda untuk kurban selama berhaji di Tanah Suci.

"Untuk mengatasi percaloan itu, pemerintah kini sedang berupaya menjalin kerja sama penandatangan nota kesepahaman dengan pihak Arab Saudi agar pembayaran dam dilakukan di tempat resmi," ujar Anggito, Sabtu (12/10/2013) saat mengunjungi pasar hewan Kaqiya dan Cow and Camel Slaughter House yang berada wilayah Mekah, Arab Saudi.

Anggito menjelaskan, selama ini pemotongan hewan tersebut dilakukan agak liar, sehingga tak jarang para calo dan pemotong hewan kurban bermain. Lantaran itulah Anggito berharap, nanti jamaah haji Indonesia dapat membeli hewan kurban di tempat-tempat resmi.

"Langkah tersebut sedang dirintis dengan menggandeng Islamic Development Bank (IDB) dan rumah pemotongan hewan yang resmi. Yang penting, jamaah tidak tertipu oleh broker (calo) dan jamaah juga bisa memilih untuk didistribusikan ke mana daging tersebut," papar Anggito.

Saat ini jamaah haji Indonesia kerap membeli hewan kurban secara kolektif tiap rombongan melalui orang-orang yang belakangan diketahui bertindak sebagai calo. Semisal di Pasar Kaqiya, seorang calo asal Indonesia mematok harga kambing 350 riyal Arab Saudi (SAR) per ekor.

Ketika ditanya Dirjen PHU, dia tidak bisa menjelaskan dari mana kambing itu diperolehnya, karena harga yang dipatok itu di bawah harga pasar. Sementara, jamaah Indonesia biasanya mengaku percaya sepenuhnya pada sang calo. Padahal tak jarang terjadi unsur penipuan dalam praktik pembelian hewan ini.

Kasus penipuan diharapkan bisa dihindari jika jamaah membeli hewan kurban di tempat resmi. Di Cow and Camel Slaughter House di Moeaseem umpamanya, hewan yang dijual dijamin kesehatannya dengan sertifikat resmi. Rumah pemotongan hewan (RPH) yang baru diresmikan setahun lalu ini sudah bekerja sama dengan 14 negara untuk mengelola hewan kurban jamaah haji.

"Pembeli dapat memilih unta di sini dengan kisaran harganya 3.000-3.500 SAR.  Jika kami yang memotong, ongkosnya 150 SAR dan itu sudah termasuk semuanya," kata Kepala Humas IDB Khaled Nazer.

Khaled menambahkan, ongkos 150 SAR itu sudah termasuk pengulitan hingga dipotong-potong menjadi frozen meat (daging beku).

Di Rumah Potong Hewan Moaeseem, pemotongan dilakukan secara otomatis oleh mesin yang mirip dengan sistem ban berjalan. "Para pembeli datang secara berombongan dengan bus. Biasanya 7 orang akan berpatungan untuk membeli 1 ekor unta," kata Khaled.

Pembeli dapat memilih sendiri hewan yang akan dibeli. Khusus unta, mereka boleh melakukan tawar-menawar soal harga. Hewan yang sudah dibeli jamaah akan diberi tanda khusus. Hewan-hewan tersebut kemudian akan digiring oleh hewan yang dilatih khusus untuk memimpin rombongan hewan itu memasuki ruang pemotongan.

Setelah disembelih, hewan itu akan dikuliti, kemudian diproses hingga dibekukan menjadi daging beku. Jamaah pun dapat memilih akan disalurkan ke negara negara mana saja daging yang sudah beku itu dikirim. Jika ingin diproses lebih lanjut, dikalengkan misalnya, daging beku itu akan dikirim untuk diproses di London, Inggris. (Sss)
EnamPlus