Melimpahnya jamaah haji di Arab Saudi membuat sejumlah warga ketiban berkah. Tak terkecuali para mahasiswa yang bekerja sebagai sopir taksi part time alias paruh waktu di Jeddah, Mekah, dan Madinah. Membunuh 2 burung dengan 1 batu, itulah peribahasa setempat yang digunakan untuk mengungkapkan limpahan berkah kali ini.
Diberitakan Arab News, Rabu (16/10/2013), para pelajar tersebut mengoperasikan taksi gelap untuk membantu jamaah haji menuju tempat-tempat suci. Sehingga jamaah haji bisa lebih cepat sampai ke tujuan.
Hanya masalahnya, apa yang mereka lakukan ini ilegal. Dan mereka menyadari hal itu. Sejumlah sopir taksi gelap ini mengaku mematok tarif 200 riyal kepada setiap jamaah haji yang diantar dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah menuju Mekah.
"Saya seorang pelajar di sebuah universitas di Mekah dan daya melakukan pekerjaan ini selama liburan," kata salah seorang sopir taksi gelap Mohammmed Saleh.
"Saya seorang sopir paruh waktu selama liburan, Lebaran, dan akhir pekan. Cara ini merupakan cara saya memperoleh uang dan saya bisa membantu orang ke tujuan. Saya menyopiri jamaah haji yang ditangani keluarga saya yang bisa mengakomodir 7 orang beserta barang bawaannya. Mobil saya lebih besar daripada taksi, itu mengapa mereka lebih memilih saya untuk pergi berombongan," tambah dia.
Sopir paruh waktu untuk mengantarkan orang ke tujuan merupakan pekerjaan yang dilarang di sana. Namun menurut sopir lainnya, Abdullah Kareem, tidak akan ada yang mengetahui praktik mereka ini.
"Saya dipecat dari pekerjaan saya sebagai satpam di sebuah mal di Madinah dan saya tidak bisa berbuat apa-apa dengan keahlian saya yang terbatas. Namun suatu hari, ada 2 pria yang meminta saya mengantar mereka pulang dari supermarket dengan bayaran 50 riyal," kata Kareem. Dan sejak itu, dia mulai ketagihan dan terus menjalankan bisnis ini.
Lain lagi dengan Omar Jameel. Dia mengaku menekuni pekerjaan sebagai sopir gelap karena tertarik pada pariwisata Islami. Menjadi sopir, meski ilegal, akan membuatnya semakin akrab dengan situs-situs suci yang dikunjungi oleh jamaah haji.
"Mengantar turis dan jamaah haji adalah semangat saya. Saya suka membicarakan negara dan agama saya dan mendengar turisme Islam. Saya mematok harga 200 riyal tiap orang di setiap kota," tutur Jameel.
Sementara, bagi Adel Al-Shareef yang kesehariannya sebagai guru di sebuah sekolah, pekerjaan sebagai sopir gelap ini untuk menambah pendapatan. Sebab pria yang menyopir Jeep ini merasa penghasilannya sebagai guru masih kurang.
"Saya bekerja sebagai guru Bahasa Inggris di sekolah pemerintah yang tidak memungkinkan saya terikat dengan kontrak kerja lain. Sehingga saya memutuskan untuk mencari sumber penghasilan lain untuk mendapatkan uang lebih," katanya.
Dia manambahkan, "Musim haji dan Ramadan merupakan musim puncak bagi saya sebab antar jemput dari Jeddah ke Mekah dan saya mendapat banyak uang. Ini waktu khusus bagi saya karena sekolah sedang libur dan pekerjaan ini tidak mengganggu pekerjaan utama," ujar Al-Shareef. (Eks)
Diberitakan Arab News, Rabu (16/10/2013), para pelajar tersebut mengoperasikan taksi gelap untuk membantu jamaah haji menuju tempat-tempat suci. Sehingga jamaah haji bisa lebih cepat sampai ke tujuan.
Hanya masalahnya, apa yang mereka lakukan ini ilegal. Dan mereka menyadari hal itu. Sejumlah sopir taksi gelap ini mengaku mematok tarif 200 riyal kepada setiap jamaah haji yang diantar dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah menuju Mekah.
"Saya seorang pelajar di sebuah universitas di Mekah dan daya melakukan pekerjaan ini selama liburan," kata salah seorang sopir taksi gelap Mohammmed Saleh.
"Saya seorang sopir paruh waktu selama liburan, Lebaran, dan akhir pekan. Cara ini merupakan cara saya memperoleh uang dan saya bisa membantu orang ke tujuan. Saya menyopiri jamaah haji yang ditangani keluarga saya yang bisa mengakomodir 7 orang beserta barang bawaannya. Mobil saya lebih besar daripada taksi, itu mengapa mereka lebih memilih saya untuk pergi berombongan," tambah dia.
Sopir paruh waktu untuk mengantarkan orang ke tujuan merupakan pekerjaan yang dilarang di sana. Namun menurut sopir lainnya, Abdullah Kareem, tidak akan ada yang mengetahui praktik mereka ini.
"Saya dipecat dari pekerjaan saya sebagai satpam di sebuah mal di Madinah dan saya tidak bisa berbuat apa-apa dengan keahlian saya yang terbatas. Namun suatu hari, ada 2 pria yang meminta saya mengantar mereka pulang dari supermarket dengan bayaran 50 riyal," kata Kareem. Dan sejak itu, dia mulai ketagihan dan terus menjalankan bisnis ini.
Lain lagi dengan Omar Jameel. Dia mengaku menekuni pekerjaan sebagai sopir gelap karena tertarik pada pariwisata Islami. Menjadi sopir, meski ilegal, akan membuatnya semakin akrab dengan situs-situs suci yang dikunjungi oleh jamaah haji.
"Mengantar turis dan jamaah haji adalah semangat saya. Saya suka membicarakan negara dan agama saya dan mendengar turisme Islam. Saya mematok harga 200 riyal tiap orang di setiap kota," tutur Jameel.
Sementara, bagi Adel Al-Shareef yang kesehariannya sebagai guru di sebuah sekolah, pekerjaan sebagai sopir gelap ini untuk menambah pendapatan. Sebab pria yang menyopir Jeep ini merasa penghasilannya sebagai guru masih kurang.
"Saya bekerja sebagai guru Bahasa Inggris di sekolah pemerintah yang tidak memungkinkan saya terikat dengan kontrak kerja lain. Sehingga saya memutuskan untuk mencari sumber penghasilan lain untuk mendapatkan uang lebih," katanya.
Dia manambahkan, "Musim haji dan Ramadan merupakan musim puncak bagi saya sebab antar jemput dari Jeddah ke Mekah dan saya mendapat banyak uang. Ini waktu khusus bagi saya karena sekolah sedang libur dan pekerjaan ini tidak mengganggu pekerjaan utama," ujar Al-Shareef. (Eks)