Menteri Agama Suryadharma Ali mengaku tidak pernah bosan mengajukan usul kepada pemerintah Arab Saudi agar diizinkan memasang papan petunjuk berbahasa Indonesia. Sebab, banyak jamaah Indonesia tersesat akibat tidak memahami petunjuk arah dalam Bahasa Arab.
"Usulan itu tidak pernah berhenti diminta setiap tahun dan baru diketahui ada penolakan itu disebabkan mereka menganggap Bahasa Indonesia sama dengan Bahasa Melayu dan sudah ada petunjuk itu dalam Bahasa Melayu," kata Suryadharma Ali di Mekah, Rabu (16/10/2013).
Suryadharma Ali yang juga Amirul Hajj Indonesia itu menjelaskan bahwa Bahasa Indonesia berbeda dengan Bahasa Melayu, walaupun akar Bahasa Indonesia berasal dari Melayu. Selain itu jumlah jamaah Indonesia lebih besar dibandingkan dengan jamaah yang memahami Bahasa Melayu.
"Kalau digabung penduduk Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand yang bisa Bahasa Melayu, jumlahnya tidak seberapa dibanding 240 juta di Indonesia. Jadi, sebenarnya sudah pantas ada petunjuk dalam Bahasa Indonesia, terutama saat musim haji," tutur dia.
Sementara itu, berdasarkan data di sejumlah pos petugas, tidak kurang dari 500 jamaah haji Indonesia tersesat dan tidak mengetahui arah pulang ke maktab mereka. Jumlah yang tersesat dipastikan lebih banyak lagi karena banyak juga yang diselesaikan antarjamaah sendiri.
"Petugas yang sudah pernah mukim di Mekkah saja ada yang tersesat, apalagi jamaah haji terutama yang berusia lanjut," ujarnya.
Suryadharma juga mengakui lokasi Jamarat sekarang memang cukup membingungkan karena ada jembatan layang dan persimpangan sehingga mereka yang sudah berkali-kali datang juga sering harus menghafal lebih dulu. "Lokasinya sekarang banyak perbedaan, terutama adanya beberapa terowongan baru," katanya.
Menurut Menteri, jika izin untuk membuat petunjuk berbahasa Indonesia itu dikabulkan Pemerintah Arab Saudi, maka Kementerian Agama akan memasang papan arah, terutama di lokasi-lokasi strategis seperti Jamarat, Masjidil Haram, Mina, dan Arafah. "Kami akan terus melobi, agar upaya ini bisa dipenuhi," katanya.
Terkait dengan 11 kendaraan roda dua yang membantu mengantarkan jamaah tersesat, Menteri mengakui bahwa jumlah kendaraan itu tidak cukup sehingga tahun depan kalau memungkinkan akan ditambah sampai 50 kendaraan.
"Nanti akan ditempatkan di pos-pos tertentu agar jamaah yang tersesat segera diantarkan ke pondokan atau maktabnya," pungkas Suryadharma . (Ant/Eks)
"Usulan itu tidak pernah berhenti diminta setiap tahun dan baru diketahui ada penolakan itu disebabkan mereka menganggap Bahasa Indonesia sama dengan Bahasa Melayu dan sudah ada petunjuk itu dalam Bahasa Melayu," kata Suryadharma Ali di Mekah, Rabu (16/10/2013).
Suryadharma Ali yang juga Amirul Hajj Indonesia itu menjelaskan bahwa Bahasa Indonesia berbeda dengan Bahasa Melayu, walaupun akar Bahasa Indonesia berasal dari Melayu. Selain itu jumlah jamaah Indonesia lebih besar dibandingkan dengan jamaah yang memahami Bahasa Melayu.
"Kalau digabung penduduk Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand yang bisa Bahasa Melayu, jumlahnya tidak seberapa dibanding 240 juta di Indonesia. Jadi, sebenarnya sudah pantas ada petunjuk dalam Bahasa Indonesia, terutama saat musim haji," tutur dia.
Sementara itu, berdasarkan data di sejumlah pos petugas, tidak kurang dari 500 jamaah haji Indonesia tersesat dan tidak mengetahui arah pulang ke maktab mereka. Jumlah yang tersesat dipastikan lebih banyak lagi karena banyak juga yang diselesaikan antarjamaah sendiri.
"Petugas yang sudah pernah mukim di Mekkah saja ada yang tersesat, apalagi jamaah haji terutama yang berusia lanjut," ujarnya.
Suryadharma juga mengakui lokasi Jamarat sekarang memang cukup membingungkan karena ada jembatan layang dan persimpangan sehingga mereka yang sudah berkali-kali datang juga sering harus menghafal lebih dulu. "Lokasinya sekarang banyak perbedaan, terutama adanya beberapa terowongan baru," katanya.
Menurut Menteri, jika izin untuk membuat petunjuk berbahasa Indonesia itu dikabulkan Pemerintah Arab Saudi, maka Kementerian Agama akan memasang papan arah, terutama di lokasi-lokasi strategis seperti Jamarat, Masjidil Haram, Mina, dan Arafah. "Kami akan terus melobi, agar upaya ini bisa dipenuhi," katanya.
Terkait dengan 11 kendaraan roda dua yang membantu mengantarkan jamaah tersesat, Menteri mengakui bahwa jumlah kendaraan itu tidak cukup sehingga tahun depan kalau memungkinkan akan ditambah sampai 50 kendaraan.
"Nanti akan ditempatkan di pos-pos tertentu agar jamaah yang tersesat segera diantarkan ke pondokan atau maktabnya," pungkas Suryadharma . (Ant/Eks)