Sukses

26 Jamaah Haji Wafat Saat Prosesi Armina

Jutaan jamaah haji dari seluruh dunia, termasuk sekitar 168 ribu warga Indonesia menjalani tahapan ibadah haji di Arafah-Muzdalifah-Mina.

Dalam 5 hari terakhir, jutaan jamaah haji dari seluruh dunia, termasuk sekitar 168 ribu warga Indonesia menjalani tahapan ibadah haji di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina). Seperti tahun-tahun sebelumnya, prosesi Armina adalah masa kritis kondisi kesehatan jamaah haji Indonesia.

Terbukti, hingga Kamis (17/10/2013) pukul 15.00 Waktu Arab Saudi, tercatat 94 orang wafat termasuk 26 orang meninggal pada masa Armina.

"Mina adalah puncak haji, jarak maktab ke lokasi jumroh antara 2-7 kilometer. Jadi kalau pulang-pergi ke lokasi pelemparan jumroh jarak tempuhnya 4-14 km," beber Kepala Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Arab Saudi, Fidiansjah di Mekah, Kamis (17/10/2013).

Fidiansjah menjelaskan, tanpa adanya persiapan fisik, tubuh akan dipaksa melakukan penyesuaian. Terlebih, suhu di Arab Saudi lebih panas dibandingkan di Indonesia.

Mereka yang wafat umumnya menderita sakit paru-paru, jantung, dan pencernaan. "Tidak aneh jika banyak yang jatuh sakit atau wafat selama Armina," ucap Fidiansjah.

Ia pun mengamati jamaah yang berusia lanjut dengan tingkat kesehatan rendah 'dipaksa' mengikuti rombongan yang mayoritas jamaah berumur lebih muda.

Menurut Fidiansjah, bagi jamaah yang maktabnya dekat Misi Haji Indonesia di Moaisim lebih beruntung. Sebab, ada Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di sana.

"Mereka bisa beristirahat. Biasanya pengobatannya cukup diberikan infus lalu minum susu kedelai, alhamdulillah lekas pulih dan bisa kembali ke maktab," paparnya.

Sementara, untuk jamaah yang jauh dari BPHI di Mina, masing-masing pos kesehatan posko diberi pasokan infus dan susu kedelai. "Sekarang jamaah yang sudah mengambil nafar awal bisa beristirahat. Sedangkan mereka yang memilih nafar tsani harus mempersiapkan fisik," jelas dia.

Menurun

Kendati demikian, Fidiansjah menilai terjadi penurunan jumlah kematian jika dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya. Pada 2011 hari yang sama, jumlah jamaah wafat 145 dan tahun berikutnya menjadi 141 orang.

Penurunan jumlah tersebut dinilai cukup signifikan. Menurut Fidiansjah, penurunan kemungkinan karena data kesehatan jamaah yang dikelola lebih baik, termasuk pemberian gelang kuning untuk jamaah berisiko tinggi.

"Identifikasi sakit akan meningkatkan kecepatan memberi pertolongan," ucap Fidiansjah.

Hal lainnya adalah semakin tingginya kesadaran akan ancaman virus Korona sehingga jamaah menjadi lebih berhati-hati menjaga kesehatan.

Sementara, menurut Wamenkes Ali Gufron, DPR meminta agar tingkat kematian selama haji tidak menjadi ukuran keberhasilan tata laksana kesehatan.

Saat ini perkiraan rasio kematian adalah 2,1 per seribu anggota jamaah. Dengan total jamaah 168 ribu lebih, maka perkiraan jumlah jamaah wafat 338 orang.

"Namun, kami optimistis bahwa jumlah wafat akan lebih rendah dari 338," pungkas Ali Gufron. (Mut)