Liputan6.com, Purbalingga - Suami bekerja istri mengurus rumah tangga adalah hal lumrah. Namun, jika sebaliknya, kerap kali memicu masalah rumah tangga yang berbuntut perceraian.
Fenomena istri bekerja dan suami merawat anak menjadi persoalan serius di Purbalingga, Jawa Tengah. Menurut Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, fenomena ini menciptakan istilah baru, yakni ‘Papa Momong Mama Kerja’ yang diplesetkan jadi ‘Pamong Praja’.
“Jadi papanya momong anak mamanya yang bekerja, ini adalah permasalahan riil yang dihadapi oleh sebagian besar masyarakat di Kabupaten Purbalingga," kata saat menjadi keynote speaker pada acara Exlusive Workshop ‘Kunci Komunikasi Keluarga Yang Efektif Dengan Pendekatan Neurodominance’, di ballroom Braling Grand Hotel, Minggu (16/1/2022).
Advertisement
"Bahkan tidak jarang istilah Pamong Praja ini menimbulkan permasalahan di dalam keluarga. Salah satunya perceraian, di mana yang mengajukan gugatan cerai justru dari kaum perempuan, karena merasa bisa bekerja dan suami tidak bekerja,” kata Tiwi lagi, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (17/1/2022).
Baca Juga
Dia menjelaskan, berbagai permasalahan yang saat ini melanda bangsa Indonesia di antaranya terkait degradasi moral akibat dari perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi menyebabkan banyak anak-anak muda banyak terjerumus kedalam penyalahgunaan narkoba, terjerumus dalam pergaulan bebas dan minuman keras.
Permasalahan di Kabupaten Purbalingga tidak saja degradasi moral, namun juga banyaknya kasus perceraian. Ini sabagai dampak negatif dari banyaknya perusahaan-perusahaan di Purbalingga yang kebanyakan merekrut kaum perempuan dan minim merekrut kaum laki-laki.
Sebagai dampak dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang merekrut banyak tenaga kerja, utamanya wanita, menjadikan kaum laki-laki tidak kebagian pekerjaan (pengangguran), sehingga di Purbalingga muncul kiasan ‘Pamong Praja’.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Komunikasi di Dalam Keluarga
Tiwi menilai, permasalahan degradasi moral dan tingginya angka perceraian di Kabupaten Purbalingga menjadi salah satu alasan penting workshop eklusif Kunci Komunikasi Keluarga ini diselenggarakan. Pasalnya segala sesuatu berawal dari lingkungan terkecil yakni keluarga.
“Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil, yang memiliki peranan yang sangat besar. Pembangunan keluarga merupakan pilar pertama dan utama dalam pembangunan nasional. Pembangunan Nasional dimulai dari lingkungan keluarga,” ujar Tiwi.
Ketua panitia exlusive workshop Anita Anindira menjelaskan, diselenggarakan workshop dengan tema Kunci Komunikasi Keluarga Yang Efektif karena seringkali didalam keluarga tidak terjadi komunikasi yang efektif. Baik antara pasangan suami istri maupun dengan anak. Dalam exlusive workshop ini akan belajar bersama tentang komunikasi di dalam keluarga yang efektif dengan pendekatan neurodominance.
“Seringkali terjadi antara anggota keluarga tidak terjadi komunikasi yang efektif, yakni antara kedua belah pihak mempunyai kesamaan persepsi. Ibu seringkali ngomel ke anak, tujuannya baik, namun belum tentu dapat diterima anak tentang tujuan baik dari seorang ibu. Disinilah kita perlu belajar tentang komunikasi yang efektif. Sehingga tujuan dari kedua belah pihak dapat tercapai. Ibu dapat memberikan kasih saya kepada anak dan anak dapat memahami kasih saying dari seorang ibu,” jelas Anita.
Anita menjelaskan, dalam exlusive workshop yang diselenggarakan oleh RSU PKU Muhammadiyah ini akan mengupas tentang kunci komunikasi keluarga yang efektif dengan pendekatan neurodominance, dengan mengundang pembicara dari CEO Hijrah Coach Daru Dewayanto.
Advertisement