Liputan6.com, Semarang- Samin adalah salah satu suku nusantara yang berada di pedalaman Blora Jawa Tengah (Jateng). Di tengah kemajuan zaman, suku Samin berhasil mempertahankan tradisinya.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut 5 fakta menarik suku Samin di pedalaman Blora, Jawa Tengah.
Advertisement
Baca Juga
1. Sosok Samin Surosentiko
Samin berasal dari nama seorang penduduk desa Ki Samin Surosentiko yang lahir di Desa Poso, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, pada tahun 1859. Bagi masyarakat setempat, Samin dikenal sebagai sosok mulia dan intelektual desa sehingga ia sangat dihormati.
Namun rupanya tidak bagi pemerintahan Hindia Belanda yang berkuasa saat itu. Samin dikenal sebagai residivis yang hobi keluar masuk pernjara karena tidak patuh dengan aturan yang dibuat penjajah.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Sedulur Sikep
2. Ajaran Sedulur Sikep
Saminisme adalah ajaran sedulur Samin yang berkembang di suku ini. Salah satu ajaran Samin adalah ajaran Sedulur Sikep.
Kata sedulur memiliki makna saudara dan sikep adalah senjata. Maknanya ajaran ini mengutamakan perlawanan tanpa senjata dan kekerasan.
Ajaran ini digunakan masyarakat adat Samin untuk melawan penjajahan di zaman dulu, dengan cara tidak mau membayar pajak dan mengikuti semua aturan yang dibuat para penjajah. Tentu hal ini berhasil membuat jengkel para penjajah pada saat itu.
Namun, suku Samin justru senang jika disebut Wong SIkep. Pasalnya, menurut mereka sebutan ini memiliki makna yang positif yakni orang baik dan jujur.
3. Sohaling Ilat
Ajaran lain yang masih terjaga di antara masyarakat adat suku Samin adalah Sohaling Ilat yang berarti gerakan lidah. Ajaran ini mengajak agar tidak berbicara sembarangan atau menjaga lisan agar tidak mengucapkan kata-kata bohong yang dapat menyakiti perasaan orang lain.
Jangan menyakiti orang lain, kalau tidak mau disakiti. Jangan membohongi orang lain kalau tidak ingin dibohongi, jangan mencelakai orang lain kalau tidak mau celaka, dan masih banyak lagi.
Â
Advertisement
Kemanusiaan yang Tinggi
4. Rasa Kemanusiaan yang Tinggi
Suku Samin memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Warga suku ini hidup berpencar di banyak desa yang tersebar di sekitar Kabupaten Blora dan beberapa daerah lainnya. Dalam satu desa, biasanya terdiri dari lima hingga enam kepala keluarga.
Masyarakat suku ini memegang prinsip 'Ono niro mergo ningsung, ono ningsung mergo niro' yang artinya 'Saya ada karena kamu, kamu ada karena saya'. Prinsip ini membuat orang Samin tidak mau menyakiti orang lain. Meski demikian, mereka tidak akan tinggal diam jika hak-haknya diambil.
5. Suka Bertani
Kebanyakan masyarakat adat Samin bekerja sebagai petani. Mereka enggan berdagang karena khawatir dapat menipu orang. Bertani juga sebagai cara masyarakat adat Samin untuk lebih dekat dan menysukuri nimat Tuhan.
Menariknya, banyak dari keturunan Wong Sikep ini tidak menempuh pendidikan formal. Mereka lebih memilih mengajari anak-anaknya sendiri. Hal itu dilakukan agar keturunan masyarakat adat Samin tetap memegang budaya luhur mereka.
(Tifani)