Liputan6.com, Banyumas - Santernya isu pro kontra Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara yang dikaitkan dengan era Majapahit membuat diskusi tentang Majapahit selalu menarik.
Karena itu, Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), pada Minggu (30/1/2022) menggelar Diskusi Sejarah #9 Historia.AGSI bertema 'Budaya Majapahit di Jawa Tengah' melalui moda daring Zoom meeting.
Advertisement
Baca Juga
Kegiatan yang diikuti puluhan peserta dari seluruh Indonesia itu dipandu Ketua Litbang AGSI Lilik Suharmaji dengan pemateri Ari Burhan dari Jepara dan Heni Purwono dari Banjanegara.
Dalam materinya, Heni mengungkapkan bahwa salah satu budaya Majapahit yang tidak lekang oleh zaman di Banyumas Raya adalah keberadaan bahasa Panginyongan atau yang populer disebut bahasa Ngapak.
"Kosa kata Panginyongan yang dipakai oleh masyarakat Banyumas Raya banyak yang sama dengan bahasa Jawa Pertengahan era akhir Majapahit. Sehingga hal itu menunjukkan jika budaya Majapahit masih eksis di Banyumas Raya," ujar ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Kabupaten Banjanegara itu.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Tradisi Blakasuta
Tak hanya dalam tradisi lisan, tambah Heni, tradisi tulis dalam babad Banyumas juga banyak kosa kata yang sama dengan Pararaton maupun Negara Kertagama sebagai kitab babon era Majapahit.
"Mungkin karena ada istilah Banyumas Raya itu adoh Ratu perek watu, jauh dari pusat kerajaan dekat dengan gunung-gunung, sehingga secara bahasa kita tidak terpengaruh dengan bahasa Jawa baku yang muncul ketika era Mataram Islam dan masih memakai bahasa warisan era Majapahit" tandas Heni.
Ia menegaskan bahwa bahasa Jawa Panginyongan mustinya dilestarikan, karena selain untuk komunikasi, di dalamnya ada juga watak egaliter, jujur atau blakasuta sebagai identitas warga Banyumas Raya yang masih relevan sepanjang zaman.
Penulis: Heni Purwono
Advertisement